Non Sequitur:Volume00 Prolog

From Word Craft
Jump to navigation Jump to search

Prologue

Outsider View

Takdir.

Sebuah benang yang menghubungkan setiap manusia di dunia ini dengan satu sama lain.

Kehidupan.

Sebuah roda yang terus berputar tanpa henti, menggerakkan dunia seolah tanpa akhir.

Dunia.

Sebuah tempat di mana semuanya berkumpul menjadi satu.

Takdir, kehidupan, dan dunia.

Ketiganya akan selamanya beriringan, saling melengkapi, dan terus berjalan untuk membawakan lembaran cerita dalam kehidupan manusia.

Cerita kehidupan manusia dapat diibaratkan dengan sebuah buku.

Kau memulainya dengan membuka halaman pertama. Kau akan melihat dunia seperti apa yang manusia itu hadapi. Kau akan melihat ke mana takdir membawa manusia itu melangkah. Dan pada akhirnya, saat kau menutup buku tersebut, cerita kehidupan manusia itu akan berhenti.

Sederhana sekali.

Seandainya saja semua manusia bisa berpikir bahwa kehidupan yang mereka jalani tak lebih dari sebuah cerita, tentulah mereka akan lebih sadar diri dan mengeluhkan apa yang terjadi selama mereka hidup di dunia ini.

Bagaimanapun juga, semua yang berawal pasti akan menemui akhirnya.

Jadi mari kuceritakan padamu kisah tentang seorang remaja manusia.

Di mana ia bertarung melawan takdir.

Di mana ia mencari arti dari kehidupannya.

Di mana ia berusaha mendapatkan tempat sebagai suatu keberadaan di dunia.

Kisah seorang remaja manusia, yang akan kita mulai dari halaman pertama.


Insider View

“Shinra...”

“Hm?”

“Boleh aku bertanya sesuatu?”


“Selama aku bisa menjawabnya, kenapa tidak?”

“Benar ya? Kalau begitu kau tidak boleh tidak menjawab pertanyaan ini.”

“Memangnya kau ingin bertanya soal apa sih?”

“Hehehe... Shinra, seandainya, Cuma seandainya saja, aku harus mati dan meninggalkan dunia ini, apa yang akan kau lakukan?”

“....”

“Shinra?”

“....”

“Kok diam saja? Ayo dong jawab~. Kau sudah janji~!”

“...mungkin tergantung kondisimu saat itu.”

“Eh? Apa maksudmu?”

“Kalau saat itu kau memang ingin mati, mungkin aku tidak akan melakukan apa-apa dan hanya akan melihat kepergianmu saja. Tidak ada gunanya juga kan menolong orang yang memang ingin mati?”

“Kau...kenapa jawabanmu kejam sekali...”

“Salah sendiri memberiku pertanyaan seperti itu, seolah-olah kau memang berencana untuk mati saja.”

“Dingin! Kau dingin, Shinra! Benar-benar tidak kelihatan seperti seorang anak SD!”

“Aku juga tidak akan mengatakan pertanyaan barusan adalah sesuatu yang biasa keluar dari mulut anak SD.”

“....Shinra.”

“Hm? Apa lagi?”

“Terima kasih.”

“Untuk apa?”

“Tidak.... tidak ada apa-apa....”