Arcanagram:Volume00 18th card

From Word Craft
Jump to navigation Jump to search

Part 1

Asagiri Sora melihatnya.

Ia melihat dengan jelas hilangnya seorang pemain untuk yang kedua kalinya di depan kedua matanya sendiri.

Di tengah-tengah kota di mana sebuah festival tahunan merayakan ulangtahun kota tersebut tengah berlangsung, di antara kerumunan orang dan mobil-mobil parade serta suara hingar bingar yang memekakkan teling, Asagiri Sora melihatnya.

Hal tersebut terjadi tepat di sebuah selasar bangunan bertingkat, kemungkinan sebuah penginapan atau hotel murah. Sora berada di jalanan, sementara dua orang pemain yang ia lihat secara posisi berada di atasnya, sehingga mereka kemungkinan besar tidak melihat Sora. Ingin rasanya ia menghentikan kejadian itu, namun perempuan itu sudah lenyap tanpa Sora sempat melakukan apa-apa.

Yang ada di pikiran Sora pertama kali adalah memanggil Zekken Isshiki, pemilik [The Justice], yang kemarin telah setuju untuk bekerjasama dengannya. Mereka berdua telah bertukar nomor telepon, namun saat ini memang tidak sedang bersama karena Isshiki sedang mengurus sesuatu berhubungan dengan kasus-kasus terkait Arcanagram yang terjadi belakangan ini. Dalam waktu kosong itulah, Sora berkeliling kota terutama di tempat ramai dengan harapan bertemu dengan pemain lain.

Ia tak menyangka masih ada yang berusaha menyingkirkan pemain lain, sekalipun sisa permainan sudah memasuki hari terakhir seperti ini.

Setelah terhubung dengan Isshiki, Sora segera berkata, "Isshiki-san! Aku ada di tengah-tengah parade festival ulangtahun kota, kau tahu posisinya? Ya, saat ini ada seorang pemain yang---"

DOR!

Suara desing peluru berbaur dengan suara musik dan keramaian, dan tanpa disadari telah mengenai pelipis Asagiri Sora.

Handphone yang sebelumnya ia genggam kini telah berlubang dan jatuh di tanah.

Dengan gemetar ia menatap ke arah penembaknya.

Pemilik [The Judgement].

Seorang pria dengan rambut berantakan dan kaos hitam, berdiri di atas bangunan di depannya, baru saja melepaskan sebuah tembakan dari pistol yang ia genggam. Matanya menatap Sora dengan tajam, seolah tak peduli dengan orang-orang kota yang berada di sekitar Sora dan hanya melihat ke arahnya. Tindakannya menembak barusan juga mengindikasikan kalau ia benar-benar tidak ragu menyingkirkan pemain lain tanpa melihat apakah mereka yang bukan pemain Arcanagram akan terlibat atau tidak.

"Tunggu!" pinta Sora. "Dengarkan aku! Aku tidak bermaksud untuk--"

Lagi-lagi Sora tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena peluru kedua sudah ditembakkan oleh pemilik [The Judgement] itu. Dan kali ini, peluru tersebut berhasil menembus dadanya.

"AAAAAAAAAAAAKKHH!!"

Sontak Sora berteriak, menarik perhatian orang-orang di sekitar. Beberapa terkejut, beberapa yang lain terlihat hendak menolong Sora, namun perempuan itu tidak ingin melibatkan mereka. Sambil menahan sakit, ia menggunakan [The World] untuk menyempurnakan penutupan luka-lukanya, kemudian berusaha untuk bangkit dan tersenyum sekalipun bersimbah darah.

"Tidak apa-apa, tidak ada yang terluka! Ini hanya drama, film, film!"

Susah payah Sora meyakinkan orang-orang untuk pergi dari tempat itu, dan sekali lagi dengan [The World] ia membuat seolah dirinya baik-baik saja. Kerumunan orang akhirnya berkurang setelah melihat Sora bisa berdiri kembali, mungkin akhirnya yakin kalau ini cuma akal-akalan sebuah acara syuting film.

Sora segera mengedarkan kembali pandangannya dan melihat pemilik [The Judgement] tersenyum ke arahnya sambil bertepuk tangan.

"Hebat, hebat," katanya dengan nada merendah. "Harus kupuji usahamu untuk tidak melibatkan warga sipil dalam hal seperti ini. Benar-benar orang yang baik. Aku Kiyotaka Tooru. Namamu?"

"Asagiri Sora," jawab Sora, masih berusaha untuk tersenyum. "Ukh..haha, rasanya aneh memperkenalkan diri pada seseorang yang baru saja menembakmu...apa kau memang tipe pembunuh yang mencatat nama korbannya?"

"Aku suka cara berpikirmu. Tapi sayang, aku harus mengakhirimu di sini. Tolong salahkan permainan ini dan bukan diriku karena kau harus tersingkir sekarang."

Sekali lagi pria itu mengarahkan mulut pistolnya kepada Sora. Ia sudah siap untuk menghindar, namun kemudia ia melihat perubahan di raut wajah pria tersebut.

Pria itu menurunkan pistolnya dan menampakkan ekspresi kecewa.

"...ternyata kau juga salah satu pemain? Kenapa aku tidak heran, tapi juga tidak suka melihatmu di sini?"

Sesaat Sora tak mengerti apa yang dimaksud pria itu, namun kemudian ia berbalik dan menemukan siapa lawan bicara yang dituju oleh perkataan barusan.

Zekken Isshiki kini telah hadir di belakang Sora dengan wajah geram.

"Kiyotaka Tooru---!!"

Part 2

"Kau mengenalnya?"

"Lebih dari kenal, dia adalah orang yang kucari selama ini.."

"Mencari? Untuk ap--"

"Maaf, Asagiri-san. Mulai dari sini, aku sangat berharap kau tidak ikut campur untuk sementara. Ini adalah urusanku dengannya. Satu lawan satu."

Pria yang dimaksud oleh Isshiki kemudian berkata,

"Aku tidak salah dengar? Satu lawan satu, kau bilang?"

"Ya, satu lawan satu!" ulang Isshiki tegas. "Kalau kau memang pria, jangan lari lagi, dan jangan libatkan mereka yang tidak bersalah lagi! hadapi aku sekarang!"

Pria itu tertawa pelan.

"...baiklah. Aku akan ada di gedung ini dan tidak akan keluar, sampai kau atau aku menghilang dari permainan ini. Setuju?"

"Kenapa aku harus menuruti aturanmu?"

"Kau yang meminta kesempatan padaku, detektif! Penjahat murah hati mana lagi yang akan memberimu kesempatan seperti ini?"

"...."

Tanpa berkata-kata lagi, Zekken Isshiki mengangguk pelan, kemudian berteriak,

"Kau sebaiknya pegang kata-katamu, Kiyotaka Tooru! Bersiaplah!"

"Berhentilah memanggil-manggil namaku berulang-ulang begitu, kau bukan ibuku."

Pria itu kemudian memasuki gedung dan menghilang dari pandangan Isshiki dan Sora.

"Asagiri-san! Tolong evakuasi tempat ini dengan kemampuanmu! Bila aku tidak kembali, cari pemain lain yang bisa membantumu menahan pria berbahaya itu!"

"Tapi--"

"Aku mengandalkanmu!"

Tanpa membuang waktu lagi, Zekken Isshiki segera memasuki gedung penginapan tersebut.

Part 3

Pada awalnya meyakinkan semua orang yang ada di gedung penginapan ini untuk keluar bukanlah hal yang mudah, meskipun Isshiki membawa-bawa nama polisi dan berbohong soal keberadaan bom di dalam gedung tersebut. Namun setelah beberapa saat, semua orang di gedung tersebut menurut dan keluar begitu saja tanpa diminta. Isshiki heran, tetapi segera sadar kalau kemampuan [The World] milik Asagiri di luar sana mungkin sudah bekerja. Setelah yakin tidak ada lagi yang perlu ia khawatirkan, ia pun bergerak mencari Kiyotaka Tooru.

Mencari satu orang di sebuah gedung juga bukan hal yang mudah. Karenanya, Isshiki kemudian menggunakan kartu [The Justice] miliknya.

Kartu [The Justice] yang ia pegang memiliki kemampuan untuk membuat keadaan pemilik kartu [The Justice] sama dengan target, atau sebaliknya. Isshiki belum pernah mencoba seluas apa kemampuan ini dapat bekerja. Tanpa pikir panjang, ia mencoba untuk membuat 'tempat di mana Kiyotaka Tooru berada menjadi sama dengannya'.

Dalam sekejap mata, Kiyotaka Tooru mendadak hadir di hadapannya seperti baru saja melakukan sebuah teleportasi.

"Kau-? Apa yang---?!"

Ekspresi terkejut terlihat di wajah Tooru, namun tidak lama. Pria itu segera menarik pistol dari sakunya dan menembaki Isshiki.

Isshiki berlindung dengan membalikkan sebuah meja di lobi utama, dan mengeluarkan senjata api yang sama dengan pria tersebut.

Maka tak lama kemudian, terjadilah adegan baku tembak di antara keduanya.

Peluru demi peluru beterbangan, barang-barang hancur, dan suasana di dalam gedung semakin kacau. Beruntung mereka berada di dalam gedung dan bukan di jalanan, sehingga suara pertarungan tersebut teredam dan tidak perlu mengkhawatirkan adanya peluru nyasar.

Isshiki bangkit dari tempatnya berlindung, dan melihat Tooru bergerak dari salah satu pilar ke pilar lain. Ia menembak, namun Tooru ternyata lebih gesit dalam menghindar. Tembakan demi tembakan Isshiki lepaskan hingga tanpa terasa magasin pelurunya telah habis.

"Cih!"

Isshiki kembali menunduk untuk bersembunyi dan mengisi ulang pelurunya.

Akan tetapi, Tooru ternyata tidak diam di satu tempat. Ia bergerak dan terus bergerak, kini semakin dekat dengan tempat Isshiki bersembunyi. Dengan satu lompatan ia menerjang tempat Isshiki berlindung di balik kursi dan meja penginapan, seraya mengarahkan mulut pistolnya dari jarak yang sangat dekat.

"Kena kau!"

"Uwooooooooh!!"

DUAGH!

Tooru tidak sempat menarik pelatuk karena kaki Isshiki telah menyambar tangannya, membuat pegangannya pada pistolnya sendiri terlepas. Buru-buru ia mundru dan berusaha meraih pistolnya yang terlempar akibat tendangan Isshiki, namun detektif itu bangkit lebih dulu dan menendang pistol itu jauh-jauh hingga Tooru tak bisa meraihnya.

Tooru melayangkan sebuah tinju ke arah perut Isshiki, membuatnya jatuh terjerembab. Sekali lagi ia berusaha meraih pistolnya, tetapi tangan Isshiki mendadak menggenggam salah satu kakinya dengan kuat hingga ia terjatuh sebelum sempat melangkah.

"Keras kepala!"

Sekuat tenaga Tooru menarik kakinya. Ia memutar badannya untuk mendekati Isshiki, siap untuk kembali melayangkan tinju ke kepala pria itu. Namun ia berhenti ketika melihat sebuah pistol di salah satu tangan Isshiki yang bebas sudah terarah kepadanya.

"Jangan bergerak," kata Isshiki pelan. "Menyerahlah, dan biarkan aku menangkapmu."

"Menangkap? Kau masih berpikir soal keadilan walaupun kita mungkin akan mati saat hari ini berakhir?"

"Aku tidak pernah peduli dengan permainan ini! Aku adalah seorang penegak hukum, dan selama itulah aku akan menghukum mereka yang bersalah dengan balasan setimpal."

"Heh. Heheh. Hehahahaha!! Astaga...tak kusangka kau sebegitu keras kepalanya soal menangkapku kembali hingga tidak memedulikan permainan ini. Kau ini bodoh sekali!"

"Diam! Seorang penjahat tidak punya hak untuk menilai diriku!"

"...begitukah?"

Mendadak sosok Kiyotaka Tooru menghilang dari pandangan Zekken Isshiki.

"...dia memakai kartunya?"

Isshiki mencoba memanggilnya kembali dengan kemampuan [The Justice], namun nihil. Pria itu tidak muncul bagaikan diteleportasi seperti sebelumnya. Mungkinkah kemampuan [The Judgement] miliknya melarang pemakaian kemampuan untuk hal yang sama?

"Kalau begitu.."

Isshiki mencoba hal sebaliknya, yaitu membuat dirinya berada di tempat yang sama dengan Kiyotaka Tooru saat ini.

Dalam sekejap mata, seluruh pemandangan di sekeliling Isshiki berubah menjadi atap gedung.

Dan Kiyotaka Tooru berada tepat di hadapannya, tak bisa menyembunyikan wajahnya yang terkejut dengan kemunculan Isshiki.

"Kau, bagaimana..."

"Harusnya aku yang bertanya padamu," kata Isshiki, kembali mengacungkan pistolnya. "Sekarang kau tidak bisa lari lagi. Menyerahlah!"

Part 4

Kiyotaka Tooru tidak paham.

Kenapa ada orang sekeras kepala Isshiki yang mau bergerak sejauh ini hanya demi keadilan?

Ia baru saja menggunakan [The Judgement] untuk melarang penggunaan senjata selain tangan kosong dengan hukuman pemain yang diserang akan dipindahkan ke tempat yang dipikirkan oleh pemain yang diserang, kemudian segera kembali menggunakan [The Judgement] untuk melarang penggunaan kemampuan kartu untuk hal yang sama dua kali dengan hukuman pelanggarnya akan kehilangan 'kemampuan untuk hal yang sama' tersebut. Ia kira dengan begini, Zekken Isshiki tidak akan sempat mengejar, dan ia bisa lari dari atap gedung ini ke gedung lain.

Akan tetapi ia salah.

Kini di hadapannya, detektif kepolisian itu berdiri seolah berusaha menghantuinya hingga mati sekalipun.

Tooru memang tidak paham, tapi ia tahu apa yang mungkin mendasari perbuatan detektif ini.


Kiyotaka Tooru adalah seorang tumbal yang difitnah untuk kejahatan yang tidak ia lakukan. Sebelum memasuki penjara, kehidupannya memang keras, dan ia memang tidak bisa disebut sebagai 'orang baik'. Namun ia sama sekali tidak merasa dirinya pernah melanggar hukum, hingga saat itu.

Tooru murka. Baginya, kesalahan pengadilan dan pihak kepolisian adalah bukti bahwa keadilan tidak selamanya adil. Keadilan hanya memihak sesuatu secara subjektif.

Maka Tooru menghabiskan hari-harinya di penjara untuk berlatih dan berpikir.

Kini, ia memiliki prinsip sendiri mengenai siapa dan bagaimana kriteria seseorang yang dihakimi. Dalam kepalanya bahkan sudah terpikirkan mengenai aturan miliknya sendiri.

Ya. ia menganggap manusia seharusnya memiliki aturan masing-masing, bukan banyak manusia di bawah satu aturan yang mengekang.

Sebuah kesempatan membuatnya berhasil melarikan diri dari penjara. Setelah itu pulalah kehidupannya benar-benar dipenuhi dengan aksi kejar mengejar dan pertarungan setiap hari. Sebagai buron yang tidak mengakui kesalahan dan tidak pernah merasa dirinya sendiri salah, Tooru berjuang keras setiap hari hanya untuk bertahan hidup. Ia bahkan tidak berpikir untuk membersihkan nama baiknya atau menunggu masa hukumannya selesai, karena menolak untuk mengikuti apapun yang ada di bawah nama 'hukum'.

Hingga takdir membawanya pada Zekken Isshiki dan seorang partner seniornya.

Tooru tidak begitu mengingat rangkaian kejadian yang berlangsung di masa lalu antara dirinya dan dua detektif itu, namun ia ingat pengejaran mereka berujung pada kematian partner senior Isshiki. Isshiki tidak bisa melupakan hal itu, dan begitu juga Tooru. Bagi Isshiki, Tooru adalah target balas dendam, sementara bagi Tooru, Isshiki adalah bukti kalau hukum adalah panggung boneka, dengan orang sepertinya sebagai boneka dari hukum itu sendiri.

Kesan kuat yang timbul pada keduanyalah yang membawa mereka pada pertemua hari ini.


"Aku sudah menyaksikan sendiri seperti apa seseorang yang berhasil membalaskan dendamnya," kata Tooru. "Dan bagiku, dendam tidak benar-benar membawa apapun. Tetapi, keadilan juga tidak berarti hal yang benar. Aku tahu kau mengincarku bukan karena permainan Arcanagram ini. Jadi katakanlah padaku; yang mana yang menjadi dasar bagimu untuk terus mengejarku? Dendam pribadi, atau tuntutan hukum?"

Isshiki tampak mengeratkan pegangannya pada pistol, kemudian menjawab,

"Tentu saja keadilan! Keadilan tampak salah bagimu karena pemikiranmu yang salah! Oleh karena itu, aku akan membawamu kembali pada apa yang menurutku benar!"

"...tetap saja itu artinya kau hanya menuruti keegoisanmu. Kau bilang ini bukan dendam, tapi kata-katamu juga mengindikasikan kau bergerak karena pemikiranmu sendiri, bukan digerakkan oleh kewajiban."

"Diamlah!"

Sebelum Isshiki sempat menarik pelatuknya, Tooru yang sedari tadi mengulur waktu dengan mengajaknya berbicara telah menggunakan [The Judgement] sekali lagi untuk membuat 'pertarungan antar pemain selain menggunakan Arcanagram dan tangan kosong dilarang', dengan hukuman benda lain yang dianggap 'senjata' akan hilang. Maka hilanglah pistol Isshiki dari genggaman tangannya.

"!!"

Sekian detik di mana Isshiki terkejut dimanfaatkan oleh Tooru untuk kembali menerjang ke arahnya dengan satu tendangan terbang. Isshiki terlambat bertahan, dan terhempas ke ujung gedung.

Kali ini Tooru kehilangan niatnya untuk lari. Kalau orang yang menjadi lawannya ini pemain Arcanagram, menyingkirkannya adalah hal pertama yang wajar untuk dilakukan dalam kondisi seperti ini.

Tooru segera berlari ke arah Isshiki sebelum pria itu bangkit dan mendorong tubuhnya.

"Kh--kau!"

Isshiki sekuat tenaga menahan dorongan Tooru, dan terjadilah adu tenaga di antara mereka. Namun secara posisi, Tooru yang setengah berdiri dan Isshiki yang setengah terbaring justru membuat Isshiki lebih mudah memberikan tekanan pada Tooru. Ditambah lagi, Tooru lengah ketika kaki Isshiki menjungkalnya hingga ia terjatuh. Mereka bergulat hebat dan menggelinding di atap tersebut, hingga posisi pada akhirnya berbalik; Isshiki menahan Tooru yang nyaris terdorong jatuh dari bangunan ini.

Tooru bahkan tidak tahu kapan kartu [The Judgement] telah berpindah tangan ke tangan Isshiki.

"Sejak kapan--?"

"Berhenti!" ujar Isshiki yang masih menahan Tooru dengan satu tangan, sementara tangan lainnya menggenggam kartu [The Judgement] milik Tooru. "Atau kuhancurkan kartu ini! Menyerahlah dan serahkan dirimu pada pihak berwenang!"

"...sialan.."

Kiyotaka Tooru kini harus mengakui kalau dirinya berada di ujung tanduk.

Part 5

Zekken Isshiki berada di atas angin sekarang.

Dalam kondisi seperti ini, Kiyotaka Tooru tidak punya pilihan selain menyerahkan diri bila masih ingin selamat.

Atau begitulah seharusnya.

Karena yang saat ini terjadi justru sangat ganjil

Kiyotaka Tooru tersenyum...tidak, lebih tepatnya menyeringai. Seringai yang seolah mencemooh kegigihan Isshiki hingga detik ini.

"Apa yang lucu!? Aku serius, kau tahu! Kalau kau coba-coba menggunakan kemampuanmu sekalipun, aku akan---"

"Ya, ya, aku tahu kau serius," kata Tooru memotong kalimat Isshiki. "Tapi justru karena itulah aku merasa ironis. Apakah dengan begini kau benar-benar yakin posisimu berada di pihak keadlian, hai pemilik [The Justice]?"

"Mau apa kau, mengulur waktu?"

"Tidak. Aku ingin menyadarkanmu. Bahwa keadilan sekalipun tidak punya kuasa di hadapan siapa yang membuat aturan dan hukuman."

"...aku tidak mengerti."

"Akan kubuat kau mengerti," ujar Tooru, yang kini menaruh tangannya di pergelangan tangan Isshiki. "Bahwa apa yang kau anggap benar bahkan tidak bisa menyelamatkan satu jiwa sepertiku."

"Apa yang---"


Kiyotaka Tooru melepaskan pegangan Isshiki ke tubuhnya.

Yang berarti, tak ada lagi yang menahan dirinya dari ujung gedung.

Part 6

Sampai akhir Tooru masih tidak paham tentang banyak hal.

Tentang permainan ini. Tentang keadilan. Tentang alasan Zekken Isshiki mengejarnya. Tentang dunia ini. Tentang banyak hal lainnya.

Tetapi entah mengapa, dalam keadaan jatuh dari ketinggian bebas seperti ini, ia merasa ringan.

Ia puas.

Ia berhasil membuat pihak yang menganggap dirinya sebagai keadilan gagal melindungi keadilan itu sendiri.

Dan baginya, itu sama saja dengan memenangkan pertarungan ini.

Persetan dengan permainan tidak jelas ini.

Part 7

Sebuah tubuh bersimbah darah terlihat di bawah gedung.

Asagiri Sora melihatnya. Ia tidak mau mempercayainya, tapi ia melihatnya dengan jelas.

Dengan ini, sudah dua orang pemain menghilang di depan matanya, dan dua orang pemain mati begitu saja di depannya.

Ia melihat ke atas, berusaha melihat seperti apa rupa orang yang menyebabkan semua ini terjadi. Ia mendapati Zekken Isshiki berdiri mematung di atas sana, terlihat juga tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Tetapi ada satu hal yang pasti yang Sora tahu.

Zekken Isshiki kini terlihat seolah kehilangan sesuatu.

Wajahnya terlihat kosong...

...sekalipun sebuah senyuman aneh tersungging di wajahnya.



Intermission Report

Inactive Player : No.X [The Fortune], No.III [The Empress], No.0 [The Fool], No.VIII [The Strength], No.XIV [The Temperance], No.V [The Hierophant], No.I [The Magician], No.II [The Priestess], No.VII [The Chariot], No.XII [The Hangedman], No.XVI [The Tower] , No.VI [The Lovers], No.XIII [The Death], No. XVIII [The Moon], No.XIX [The Sun], No.IV [The Emperor], No.XVII [The Star], No.XX [The Judgement]

Player Remaining : 4

Arclist18.jpg