Angkringan Malam:Volume00 Atogaki

From Word Craft
Jump to navigation Jump to search

Hai hai~ Kenalkan namaku Dimas!

Ini adalah karya ketigaku yang benar-benar selesai—dengan catatan memang masih banyak karya yang belum selesai—dengan segenap kekuatan dan kerja keras. Aku masih amatir dan belajar, jadi aku tidak bisa membuat sebuah karya semudah dan secepat membalikkan telapak tangan, mirip dengan pepatah.

Tapi bukan itu yang sebenarnya ingin dibahas di sini, walau yah, isi dari bagian ini memang hampir semuanya berupa curahan hatiku saja.

Ya, dimulai setelah aku menyelesaikan karya keduaku, aku mendengar ada lomba kepenulisan yang mana bergenre fantasi, berbeda dengan tema karyaku yang kedua. Makanya aku mencoba mengolah otak dan berpikir, hal fantasi apa sih yang bisa dengan mudah aku ciptakan tanpa harus menghabiskan waktu yang relatif lama?

Dari situ muncullah ide untuk menulis buku ini—Angkringan Malam.

Semuanya berawal dari terbatasnya waktu yang aku miliki, lima belas hari sebelum masa tenggang. Kareanya aku mulai meyakinkan diri sendiri seraya menantang kemampuanku untuk menulis satu bagian satu hari. Alhasil, aku mampu menyelesaikan ini dalam waktu seminggu, prestasi yang hebat bukan?

Tepuk tangan untukku!

Yak cukup. Aku lanjutkan pada isi cerita daripada Angkringan Malam itu sendiri.

Plot yang aku angkat memang cukup absurd, seorang anak berpengetahuan rendah soal hantu mewarisi angkringan kakeknya yang mana semua pengunjungnya adalah hantu. Tapi di situlah sisi menariknya, bagaimana kalau hantu dan manusia bisa berinteraksi layaknya manusia dengan manusia, cukup menyenangkan bukan?

…eh? Tidak? Kalian takut ya?

Aku juga takut sih, tapi aku juga tidak berencana untuk mendirikan angkringan di tengah hutan berhantu, jadi aku santai saja.

Pemilihan tokoh pun awalnya acak, sebelum kemudian aku menyadari bahwa tokoh-tokohnya memang pas dan cocok, sesuai dengan peran yang mereka mainkan. Misalnya Dik Jombi—oh ya, aku lupa akan dia.

Mengapa dipanggil sebagai Dik Jombi?

Jawabannya mudah, karena Kakek pernah menonton televisi yang sedang menayangkan film Zombie yang mana ketika beliau tirukan, jadinya malah Jombi. Benar, selanjutnya yang terjadi adalah Kakek yang menganggap Dik Jombi mirip dengan makhluk ganas berjalan yang pernah beliau lihat di televisi dan memanggilnya sebagai Dik Jombi. Cukup aneh bukan?

Lalu untuk pembayaran minuman yang disajikan Damar. Percayalah, mereka yang meminumnya tidak pernah membayar Damar. Walaupun tidak ia pikirkan atau sebutkan, tapi itu juga yang menjadi salah satu alasannya untuk tidak meneruskan lagi berjualan di hutan tersebut. Boro-boro berjualan, ia malahan terlihat seperti sukarelawan yang memberi dan menolong hantu-hantu tersebut gratis tanpa biaya!

Selanjutnya konflik, yang kupilih adalah masalah Whinny karena saat itu aku ingin Damar menyelesaikan derita Whinny si gadis cengeng. Bukan, bukan berarti aku pecinta gadis kecil! Hanya saja dialah yang tampak paling kasihan antara keempatnya, jadi aku mulai dari dia. Dan kalian setuju kan? Ayo katakan setuju atau pisau ini akan meluncur ke lehermu!

Oh ya, ada satu alasan kenapa aku tidak menceritakan bagaimana Damar menemukan Whinny dari sudut pandang Damar sendiri. Yaitu karena aku tidak ingin membuat cerita ini melenceng ke horor dan kalimat-kalimat yang bisa membuat pembaca menjulur-julurkan lidahnya disertai mual. Karenanya aku tidak mungkin menuliskan usus Whinny yang sudah dibelah rapi menjadi tujuh bagian sama besar dan dilintangkan membentuk ‘+’ lalu dipaku di salah satu ujung tangannya yang membawa jantung—ups, maaf!

Oke, akan aku hentikan.

Tak lupa aku ucapkan terima kasih pada Emir dan Sunoto yang menjadi sainganku dalam menulis sehingga aku bisa memaksakan diri untuk menyelesaikan Angkringan Malam secepat ini…fuuuhhh, aku sendiri tidak percaya bisa secepat ini. Tidak lupa juga banyak nama yang tidak bisa kusebutkan, terima kasih sudah membantuku menemukan padanan kata bagus dan menyemangati langkahku dalam dunia kepenulisan.

Akhir kata dariku, semoga kalian menikmati buku ini!


Sampai jumpa di karya-karayku yang selanjutnya~