Arcanagram:Volume00 2nd card

From Word Craft
Jump to navigation Jump to search

Part 1

Adalah hal bodoh bagi seorang Hanamura Yumeha untuk terlibat di dalam permainan aneh seperti ini.

Dua jam setelah permainan Arcanagram dimulai, ia tidak melihat perubahan apapun dalam hidupnya selain sebuah kartu aneh yang entah sejak kapan ada di saku bajunya. Ya, dia mungkin juga mengalami sedikit hilang ingatan, tapi ia tidak merasa hal itu lantas membenarkan fakta kalau dia sedang terlibat sebuah permainan aneh seperti ini.

Selama dua jam pertama, ia hanya duduk di bawah sebuah jembatan dan berusaha memikirkan banyak hal.

Seperti mengingat apa yang ia lakukan sebelum ini.

Seperti memikirkan apa permainan ini adalah hal yang logis.

Atau seperti memanfaatkan kartu Arcanagramnya untuk bereksperimen demi melihat apakah kartu ini nyata atau tidak.

Kartu yang dipegang oleh Yumeha mengeluarkan tulisan aneh yang ia baca sebagai berikut :

‘Status pemain No.III : Aktif. Arcanagram No.IV [The Empress] : Penciptaan. Menjadikan segala sesuatu yang dapat ia bayangkan menjadi kenyataan, selama hal itu 'mungkin' terjadi.‘

Karena di situ disebutkan kalau ia bisa menciptakan apapun, maka ia mencoba untuk menciptakan apa yang bisa ia pikirkan saat itu : sebuah boneka untuk menemaninya yang tengah sendiri di bawah jembatan.

Yumeha bukan anak kecil. Ia hanya ingin tahu saja apakah kartu Arcanagram ini benar-benar memiliki kemampuan seperti yang tertera atau tidak.

Dan saat itulah dua jam 'kehidupan yang tak berubah' dari Hanamura Yumeha berhenti.

Di hadapannya, sebuah boneka beruang seukuran tubuhnya sendiri tiba-tiba jatuh dari langit.

Awalnya Yumeha mengira ia hanya bermimpi, dan mungkin mimpinya menipu dirinya. Ia mencoba mencubit pipinya sendiri, tapi bukannya terbangun, yang ia dapat hanya rasa sakit.

Tanpa sengaja ia memikirkan lebih banyak boneka, dan dalam sekejap banyak boneka yang muncul, membuat suasana di bawah jembatan itu menjadi semakin meriah.

Yumeha tak habis pikir. Bukankah kemampuannya dibatasi oleh syarat 'selama hal itu hal yang mungkin terjadi'?

Lalu bagaimana ceritanya sekumpulan boneka beruang ini jatuh di sini? apa ada pesawat yang kebetulan tengah memuat boneka beruang dalam jumlah besar dan kebetulan boneka-boneka itu jatuh dari pesawat hingga tiba di hadapannya?

Hanya itu kemungkinan paling mungkin yang bisa dipikirkan oleh Yumeha, walau ia belum sepenuhnya menerima kemungkinan itu.

Yumeha kemudian mencoba berpikir untuk terbang tanpa bantuan alat.

Hasilnya seperti yang ia bayangkan. Tidak ada perubahan apa-apa.

Artinya, kemampuan ini memang tidak bisa mengabulkan hal-hal yang logis, namun bisa memaksakan kebetulan menjadi kenyataan.

Untuk saat ini, Yumeha menganggap itulah penjelasan yang paling logis. Meski ia masih meragukan kelogisan di balik permainan dan kemampuan kartu Arcanagram ini.

Tiga jam setelah permainan Arcanagram dimulai, beberapa orang di kota mendengar soal 'kemunculan pasukan boneka beruang misterius di bawah jembatan'.

Saat itu Yumeha telah meninggalkan tempat tersebut. Ia hanya bisa mencipta dengan kemampuannya, tapi tak bisa menarik kembali apa yang telah ia ciptakan. Merasa tidak ingin keberadaannya diendus banyak orang, ia segera berpindah tempat.

Dengan kemampuan seperti ini, ia tak akan heran kalau ada pemain lain yang nantinya mengira bahwa ialah sang [pencipta].

Tapi ia bukan [pencipta]. Sekalipun kemampuan Arcanagram yang ia miliki sangat cocok untuk menjadikannya tersangka, ia tidak ingat apakah ia memang [pencipta] atau bukan.

Saat berpikir demikian, ia jadi ragu.

Apakah [pencipta] yang berbaur di antara para pemain juga tahu kalau dirinya seorang [pencipta]?

Di tengah pemikirannya itu, takdir membawanya ke hadapan seorang pria moncolok yang memandanginya dari seberang jalanan tempat Yumeha berdiri menunggu lampu merah untuk menyebrang saat ini.

Seorang pria dengan penampilan bak kriminal jalanan yang meninggalkan kesan 'berantakan' bagi siapapun yang melihatnya.

Saat itu tepat tiga setengah jam setelah permainan dimulai.

Pria itu melihat Yumeha dari balik kartunya, dan segera setelah ia membaca apapun tulisan yang muncul di kartunya, ia mengeluarkan sebuah benda yang Yumeha kira tak akan pernah ia lihat dalam kehidupannya sebelum ini.

Sebuah pistol genggam.

Tanpa basa-basi pria tersebut menembakkan sebuah peluru ke arah Yumeha. Yumeha yang terkejut tak sempat berpindah tempat, dan hanya berharap sesuatu dapat melindunginya dari situasi hidup dan mati tersebut.

Setelah bunyi letusan dari mulut pistol, Yumeha tidak merasakan apa-apa.

"...?"

Apa serangan pria itu meleset?

Yumeha membuka mata.

Peluru yang ditembakkan pria itu terhenti sebelum sampai mengenai Yumeha. Tidak, 'terhenti' saja bukan kata yang tepat. Peluru itu dihentikan oleh sesuatu yang melindungi Yumeha saat ini.

Sebuah truk berisi bensin yang kebetulan berhenti di tengah lampu merah, membatasi Yumeha dan penyerangnya yang berada di pinggir jalan.


BUUUUUMMM!!


"Kyaaaah!!"

Yumeha merasakan angin kuat ke sisi jalanan akibat ledakan yang terjadi. Beruntung mulut jalan cukup lebar, dan karena truk tadi berhenti di bagian tengah dari jalan, Yumeha tidak berada terlalu dekat dengan sumber ledakan.

Tapi ini benar-benar gila.

Kini pemandangan di depan mata Yumeha berubah seperti neraka. Penuh dengan api dan kekacauan di sana-sini.

Sejujurnya, Yumeha hanya berpikir untuk menciptakan 'sesuatu yang dapat menghalangi laju peluru' barusan. Ia tidak tahu kalau kemampuan Arcanagram miliknya bisa sedemikian rupa menyesuaikan diri dengan situasi yang ada.

Baru saja ia hendak merasa simpati dengan penyerangnya dan supir truk yang ia pikir tidak akan selamat, ia melihat siluet yang masih berdiri tegak di ujung jalanan.

Tak salah lagi. Itu pria pembawa pistol barusan.

Ia melihat ke arah penyerangnya dari balik kartu Arcanagram, dan mendapati tulisan seperti berikut :

‘Arcanagram No.XX [The Judgement] : Hukuman. Membuat satu aturan di mana orang yang melanggar aturan tersebut akan mendapat hukuman yang telah ditentukan oleh pemilik the Judgement..‘

"Oi!!" panggil pria itu. "Kau benar-benar keterlaluan! Berapa orang yang kau bunuh dengan kemampuanmu itu?!"

Yumeha baru menyadari kalau sebagian dari kecelakaan besar yang terjadi saat ini memang merupakan akibat dari kemampuannya.

Ia bersalah.

Ia telah melibatkan banyak orang tak berdosa.

Tetapi...

"...ta,tapi... ka-kau yang memulai duluan! Kau berusaha membunuhku dengan menembakku kan?!"

"Itu karena kau adalah [pencipta]!" balas pria itu.

"Bukan!! Kartuku memang seperti ini...tapi aku bukan [pencipta] permainan ini!"

Pria tersebut bergeming sesaat. Ia menurunkan pistol yang sedari tadi teracung ke arah Yumeha, kemudian berkata,

"Semua pemain dapat berkata hal sama seperti yang kau katakan! Dari mana kita akan tahu siapa yang [pencipta] dan siapa yang bukan, atau siapa yang berbohong dan siapa yang tidak?"

"Kenapa tidak kau coba pakai kemampuan Arcanagram milikmu itu? Kurasa memastikannya lebih mudah daripada menarik perhatian orang-orang...kyaaaah! Me, mereka sudah berkerumun di sini?!"

Tentu saja, suara letusan api dan kebakaran hebat seperti ini pasti cukup untuk membuat penduduk kota berkumpul dan bertanya-tanya apa yang tengah terjadi.

Melihat hal ini sebagai sesuatu yang merepotkan sekaligus karena tidak mau menjadi pihak yang dicurigai kalau terus berada di lokasi,, Yumeha segera melarikan diri dari tempat tersebut.

"Ah, hei!"

Yumeha menoleh ke belakang, dan melihat pria pemegang [The Judgement] itu kini berlari mengejarnya sambil membawa kartu Arcanagram dan pistol di kedua genggamannya.

"Jangan mengejarkuuuuu!"

"Aku harus! Setengah tanggungjawab dari kerumunan ini juga hasil ulahmu!"

"Sudah kubilang salahmu mulai duluan! Aku tidak punya pilihan!"

"Kalau begitu berhenti lari dan biarkan aku memastikan kau [pencipta] atau bukan!"

"Tidaaaaaaaaaak!! Kau pasti akan membunuhku! Toloooong!! Ada pembunuh!!"

"Hei, jangan berteriak yang macam-macam!"

Dan terjadilah kejar-mengejar antara seorang pria dan wanita pemain Arcanagram di tengah kota.

Part 2

Dari semua orang yang ia ingat pernah dihadapinya dalam pertarungan nyata, Kiyotaka Tooru merasa pemilik Arcanagram [The Empress] di depannya saat ini mungkin lawan yang paling menyusahkan sejauh yang dapat ia ingat.

Bagaimana tidak? Kemampuan 'penciptaan' yang ia miliki benar-benar membuatnya kewalahan sejak ia mengejarnya.

Pertama-tama perempuan itu hanya memunculkan rintangan ringan berupa orang lewat, pekerja bangunan lewat, hingga kereta lewat. Tooru sudah trbiasa berlari dengan rintangan seperti ini, dan soal stamina ataupun kecepatan, Tooru yakin ia di atas perempuan itu.

Namun ternyata ia salah sangka.

Apa yang berikutnya perempuan itu 'ciptakan' untuk memperlambat Tooru benar-benar suatu kegilaan.

Karena kini di belakang Tooru, sekumpulan binatang sirkus yang lepas dari kandang (setidaknya begitulah yang Tooru pahami) tengah mengejarnya dengan nafsu memburu, membuat skema pengejaran saat ini menjadi bintang sirkus -> Tooru -> perempuan [The Priestess].

Tooru tidak mau lagi melihat pengejarnya terdiri dari apa saja. Ia merasa sudah cukup repot bahkan untuk sekedar menoleh.

Kalau sudah begini, ia tak punya pilihan lain selain mencobanya.

Sebelum bertemu dengan perempuan ini, Tooru sama sekali belum mencoba kemampuan Arcanagram miliknya. Tooru tidak tahu rencana macam apa yang ia bisa pikirkan dalam kondisi kejar-kejaran seperti ini. Akhirnya, ia memikirkan sebuah 'aturan' dan 'hukuman' sederhana seperti berikut :

Aturan : Tidak boleh menggunakan kemampuan Arcanagram di radius 500 meter dari pemilik [The Judgement]

Hukuman : Pemain yang melanggar akan dihilangkan

Saat Tooru berpikir demikian, sebuah tulisan baru muncul di kartu yang ia pegang.

Pesan konfirmasi : Aturan tersebut akan mencakup semua pengguna Arcanagram, termasuk pemilik [The Judgement]. Bila Anda tidak keberatan diri Anda hilang setelah satu kali pemakaian pertama ini, maka silakan lanjutkan

[Ya / Tidak]

"....cih, aturan yang ketat sekali."

Tooru kira semua pemilik kartu Arcanagram akan mendapat kemampuan yang imbalance. Ternyata ada juga kemampuan yang punya batasan seperti ini.

Melihat jarak pengejar di belakangnya dengan dirinya telah lebih dekat daripada jaraknya dengan perempuan sumber masalah ini, Tooru mengubah sedikit peraturan yang ia pikirkan sebelumnya.

Aturan : Semua pemain selain pemilik [The Judgement] tidak boleh menggunakan kemampuan Arcanagram di radius 2000 meter dari pemilik [The Judgement]

Hukuman : Efek dari kemampuan yang digunakan akan dihilangkan

Saat Tooru berpikir demikian, sebuah tulisan baru lagi-lagi muncul di kartu yang ia pegang.

Pesan konfirmasi : Semua memiliki posisi yang sama di hadapan aturan dan hukum, karenanya tidak boleh ada pengecualian sekalipun itu adalah pemilik [The Judgement]. Bila Anda tidak keberatan kemampuan Anda hilang setelah satu kali pemakaian pertama ini, maka silakan lanjutkan

[Ya / Tidak]

Tooru ingin sekali menghancurkan kartunya sendiri saat itu juga.

Tapi ia tidak bisa. Masalah ini begitu serius hingga walaupun sekilas terlihat konyol, tapi ia merasa seperti mempertaruhkan nyawa di sini.

"Sialan! Baiklah, bagaimana kalau begini!?"

Aturan : Penggunaan kemampuan Arcanagram tidak boleh sampai terlihat dengan sadar oleh pihak di luar permainan Arcanagram

Hukuman : Efek dari kemampuan yang digunakan akan dihilangkan

"....."

Pesan konfirmasi : Tidak ada masalah berarti dalam aturan dan hukuman yang Anda tetapkan. Anda tidak menetapkan jarak, maka asumsi penegak hukum adalah aturan ini berlaku di seluruh penjuru dunia. Jalankan ketentuan berikut?

[Ya / Tidak]

"YAAA!!!!"

Tooru tidak mengerti kenapa aturan yang seperti ini baru bisa diterima, tapi masa bodoh. Yang penting sekarang adalah dia bisa menghentikan perempuan di depannya!

"Jalankan aturan dan hukuman!!"

Dan seketika itu juga, semua binatang yang mengejar Tooru dari belakang mendadak berhenti.

"Berhasil?"

Tooru kembali melihat ke depan. Ia belum kehilangan sosok perempuan itu, tapi perempuan itu sudah begitu jauh dari dirinya. Terlihat saat ini perempuan itu berada di atas sebuah jembatan penghubung antar gedung, semetara Tooru berada di platform yang ada di seberang tempat perempuan itu berdiri saat ini. Pasti ia tertinggal sejauh ini karena ia terlalu lama berurusan dengan batasan kartunya sendiri tadi.

"Tunggu!" seru Tooru pada perempuan itu. "Kita harus bicara!"

"Percuma!" balas perempuan itu. "Selama kau masih memegang kartu dan benda berbahaya itu, aku tidak bisa mempercayaimu!"

"Ck."

Tooru tahu, perempuan ini sebenarnya hanya luar biasa takut padanya.

Hal yang wajar sebenarnya, mengingat ia langsung berniat menembaknya saat pertama kali bertemu. Apalagi setelah kecelakaan besar sebelumnya, ia tak akan heran kalau perempuan itu mengalami semacam trauma mental.

Tapi apa peduli Tooru dengan semua itu?

Ia hanya perlu memastikan apakah perempuan ini adalah sang [pencipta] permainan atau tidak. Kalau iya, ia akan menyelesaikan permainan ini secepatnya. Kalau tidak, ia tidak akan mengganggunya lagi.

Kini perempuan di hadapannya itu tengah terlihat kebingungan.

Ah, ini pasti karena efek dari [The Judgement] yang kutetapkan barusan, pikir Tooru. Perempuan ini pasti bingung kenapa kemampuan [The Empress] miliknya tidak bekerja.

"Aku baru saja membuatmu tidak bisa menggunakan kemampuan bila ada saksi orang di luar permainan!" seru Tooru sekali lagi. "Kau boleh mencobanya berapa kalipun kalau kau mau. Tidak akan berhasil lagi."

Perempuan itu semakin bingung dengan kata-kata Tooru. Merasa mereka tidak akan beranjak ke mana-mana kalau mneruskan permainan kejar-kejaran seperti ini terus, Tooru pun mngambil sebuah inisiatif.

"Tangkap!"

"!?"

Perempuan itu terkesiap, namun kemudian dengan gugup menangkap benda yang dilempar Tooru.

"--!? I, ini..?!"

"Pistol," ujar Tooru sambil menyusuri persambungan jalan antara jembatan penghubung gedung tempat perempuan itu berdiri dan tempatnya berdiri saat ini. "Jangan bergerak dan biarkan aku pergi ke sana sekarang. Atau, kau bisa menembakku dari sana kalau kau mau. Tapi jangan lari! Kalau kau lari lagi, aku benar-benar akan mengejarmu tanpa ampun setelah ini!"

Diancam seperti itu, perempuan itu terlihat makin ragu dengan apa yang harus ia lakukan.

Di satu sisi, kalau ia mengacungkan pistol ke arah Tooru, orang-orang di sekitarnya pasti akan melihatnya dan mungkin ada yang melapor polisi. Ia pasti tidak mau membuat keributan lebih dari apa yang mereka buat sebelumnya (mereka sudah cukup jauh dari tempat pertama mereka membuat keributan).

Di sisi lain, ia tidak akan mau terus-terusan dikejar Tooru. Permainan ini masih panjang, pesertanya masih banyak, dan stamina mereka terbatas. Setidaknya Tooru mencoba menganggap perempuan itu berpikir demikian.

Kalau memamng begitu adanya, maka semua akan berjalan lancar bagi Tooru.

Perempuan itu hanya akan diam di tempat hingga Tooru sampai di sana.

Satu langkah...dua langkah...

...beberapa langkah kemudian, jarak Tooru dan perempuan sudah kurang dari 1 meter.

"Ternyata kau memang orang baik, seperti dugaanku."

Tooru tersenyum mengejek seraya merebut pistolnya dari genggaman lemah sang perempuan yang bahkan tidak berusaha melawan saat benda itu direbut dari tangannya.

Part 3

"Jangan menangis begitu... Lihat, aku tidak akan menembakmu lagi. Aku begitu di awal cuma untuk menggertak, kau tahu. Aku bahkan baru pertama kali itu memegang pistol."

"Mana ada orang yang pertama memegang pistol yang bisa menembak orang lain seringan itu!? Hiks...aku akan mati sebentar lagi... Kau pasti akan membunuhku setelah ini...hiks."

Kiyotaka Tooru menghela nafas pelan.

Saat ini, ia dan Hanamura Yumeha -perempuan yang baru saja ia kejar- tengah duduk di sebuah kursi taman di pusat kota. Orang-orang berlalu lalang dengan bebas, dan selama masih ada orang-orang inilah, perempuan itu tidak mungkin bisa melakukan hal macam-macam.

Tapi Tooru tahu, perempuan ini memang bukan orang jahat.

Setidaknya penjahat seperti dirinya tahu mana batas orang yang jahat dan yang tidak. Perempuan ini terlihat sekali menghindari menyerang Tooru secara langsung selama pengejaran tadi. Ia hanya berlari, menghalangi langkah Tooru, dan mengancam dengan binatang.

Padahal Tooru pikir, kalau ia mau, kenapa tidak ia ciptakan saja senjata api atau peluru kendali untuk membunuhnya?

Saat melihat mata perempuan itu, Tooru langsung tahu kalau perempuan ini bukan tipe yang bahkan bisa menipu orang lain.

"...dengar," Tooru mencoba berbicara. "Mari kita periksa dengan kemampuanku apakah [pencipta] ini ada di antara kita berdua. Kalau kau terbukti bukan [pencipta], aku akan melepaskanmu. Kita punya batas waktu dan aku tidak mau menghabiskannya di sini."

Yumeha menghentikan isakannya.

"...benarkah itu?"

Tooru paling malas berlagak baik, tapi apa boleh buat, ia sudah terlalu muak kalau harus meladeni orang baik lebih lama dari ini.

Maka ia segera membuat aturan dan hukuman baru.

Aturan : [Pencipta] tidak boleh berbohong ketika ditanya apakah ia [pencipta] atau bukan

Hukuman : Orang yang terdekat dengan [pencipta] keluar sebagai pemenang

"Apa ini bisa diterima?" Tooru bergumam pada dirinya sendiri.

Pesan konfirmasi : Tidak ada masalah ditemukan. Jalankan ketentuan berikut?

[Ya / Tidak]

"?"

Tooru heran. Kalau ia bisa membuat aturan yang spesifik tentang [pencipta], sebenarnya apa batasan dari kemampuan miliknya?

"Ya," ujar Tooru, menetapkan aturan dan hukuman yang ia tentukan. "Sekarang, Hanamura Yumeha, biar kutanya padamu. Apakah kau sang [pencipta] permainan ini?"

Yumeha menggeleng pelan.

Baik Tooru maupun Yumeha kemudian terdiam untuk beberapa saat. Merasa tidak ada yang berubah, Tooru kemudian berkata,

"Coba tanyakan hal serupa padaku."

"Ah? Uh... Ng, Kiyotaka Tooru.. Apakah kau [pencipta] permainan ini?"

Karena Tooru sendiri tidak pernah mengingat dirinya adalah seorang [pencipta] permainan absurd seperti ini, ia menggeleng.

Dan tidak terjadi apa-apa setelah beberapa menit mereka menunggu.

"Kurasa itu artinya memang tidak ada [pencipta] di antara kita berdua..," ujar Tooru lesu. "Kalau begitu, sampai jumpa."

"Eh? Kau melepasku begitu saja?"

"...terus? Kau ingin aku membawamu ke mana-mana, begitu? Ke mana perginya kau yang barusan terlihat takut sekali padaku?"

"A,aku.."

"Dengar," gertak Tooru. "Kalau kau kira aku ini sebenarnya baik hanya karena berlaku lembut padamu sesaat, buang pikiran itu. Aku cuma malas membuat keributan atau masalah yang tidak berarti. Kalau kau bukan [pencipta], aku tidak punya urusan lagi denganmu. Bersenang-senanglah, dan selamat tinggal."

Part 4

Yumeha benar-benar tidak mengerti kelakuan pria pemegang kartu [The Judgement] barusan.

Pertama kali muncul di hadapannya, ia terlihat seolah siap membunuhnya. Lalu kemudian sikapnya melunak meski masih sedikit kasar. Dan di akhir, dia seolah tidak peduli lagi dengannya?

Berapa kalipun Yumeha memikirkannya, ia tidak merasa kelakuan pria itu adalah sesuatu yang logis.

Pria itu bahkan tidak menghancurkan kartu atau membunuhnya. Padahal kalau melihat keadaannya yang kacau tadi, mudah bagi pria itu untuk menghabisinya kalau ia mau.

Kini pria itu sudah tak tampak lagi di pandangan Yumeha. Ia pasti berkeliling mencari pemain lawan yang lain.

Yumeha menghela nafas, entah karena lega atau justru karena lelah.

Sekarang, apa yang harus ia lakukan?

Melanjutkan permainan ini rasanya berlawanan dengan batin seorang Hanamura Yumeha. Ia tidak ingin melibatkan dirinya dalam permainan yang tidak logis dan tidak tentu tujuannya seperti ini.

Tapi ia tahu, kalaupun ia diam, cepat atau lambat orang sperti Kiyotaka Tooru barusan mungkin akan datang lagi.

Yumeha menatap langit kosong, berharap semua ini akan segera berakhir.

"!!!"

Yumeha segera terlonjak dari tempat duduknya.

Celaka. Barusan aku berpikir sesuatu yang seharusnya tidak kupikirkan..

Kemampuan Arcanagram milik Hanamura Yumeha, [The Empress], adalah 'penciptaan'.

Penciptaan ini berasal dari apapun yang Yumeha bayangkan, baik sengaja atau tidak, dengan memikirkan nama arcana miliknya secara bersamaan.

Dan ia baru saja meminta agar semua ini segera berakhir.

Ini benar-benar gawat. Logika Yumeha mengatakan dirinya dalam bahaya karena 'permintaan' yang tidak sengaja terlintas di pikirannya tadi.

Ia menjadi tidak tenang. Ia beranjak untuk meninggalkan tempat duduknya.

Tetapi baru saja ia hendak melangkah, di hadapannya sudah ada seorang wanita bersahaja dengan rambut kepang yang tersenyum lembut ke arahnya.

Senyum lembut yang membuat wanita itu terlihat cantik, bagai lukisan rapuh. Namun Yumeha entah bagaimana segera mendapat firasat kalau wanita ini pasti salah satu pemain Arcanagram.

"Pagi," sapa wanita itu dengan nada ramah. "Cuacanya bagus, ya?"

umeha tidak menghiraukan spaan wanita itu. Belajar dari pertemuannya dengan Kiyotaka Tooru, Yumeha segera melihat wanita itu dari balik kartunya seraya berusaha menciptakan 'cara apapun untuk kabur'.

"A...kau?!"

Yumeha terkejut melihat apa yang ia baca saat kartunya menunjukkan status wanita di depannya.

"Kau..apa-apaan kau ini?"

Wanita itu terlihat tidak menghiraukan reaksi dari Yumeha.

Wanita itu masih tersenyum ramah.

Namun dengan sebuah pisau di tangannya.

"Cuaca yang cerah ini tentu tidak baik kalau dirusak dengan teriakan atau keributan, kan? Mari kita lewati pagi ini dengan tenang-tenang saja.."


CRAAAAASH



Intermission Report

Inactive Player : No.X [The Fortune], No.III [The Empress]

Player Remaining : 20

Arclist2.jpg