YMIR:Volume01 Chapter01

From Word Craft
Jump to navigation Jump to search

Dahulu, ada Negara dan Kerajaan. Saat ini, hanya ada Kota dan Kota; Dan satu Korporasi.



Di Batavia, tahun ajaran baru dimulai pada pertengahan musim kemarau di bulan Juli. Tentang hal itu, Pandu pernah beberapa kali bertanya mengapa demikian, tapi tak ada seorangpun yang benar-benar tahu ataupun ambil peduli; Yang jelas, karena lahir pada bulan Juni, itu artinya ia benar-benar akan menjalani hari pertamanya di SMA sebagai seorang pemuda berusia sembilan belas tahun; Dua tiga tahun lebih tua dari usia rata-rata teman sekelasnya yang lain.

Pandu mengeluh. Dalam kondisinya sekarang, ia sama sekali tak berharap untuk menjadi pusat perhatian apalagi bahan pembicaraan.

Tapi bahkan tanpa hal itu pun, dengan tinggi badannya yang 193cm, sulit bagi Pandu untuk tidak menjadi pusat perhatian di manapun ia berada.

Ya sudahlah. Tak ada gunanya mengkhawatirkan sesuatu jika tak ada yang bisa dilakukan mengenai sesuatu tersebut. Jadi, setelah sekali lagi memastikan tak ada yang tertinggal, Pandu pun meninggalkan kamar apartemennya lalu berangkat ke sekolah.

Setelah hampir seratus lima puluh tahun sejak ditetapkan sebagai bagian dari Korporasi, entah bagaimana dewan kota berhasil mengubah Batavia yang dahulunya semerawut menjadi yaah lumayan teratur dengan menata ulang distrik-distrik kota yang ada dan membangun sebuah jaringan rel kereta api listrik yang kompleks dan rumit untuk menghubungkan distrik-distrik tersebut. Dewan kota bahkan berhasil memaksa Korporasi mengizinkan diberlakukannya kebijakan lokal yang melarang penghuni kota untuk menggunakan kendaraan pribadi beroda empat atau lebih.

Tentu saja semua kebijakan itu pada mulanya mendapatkan tantangan...

Beberapa kali bahkan, dalam sejarah kota, sempat tercatat terjadi kerusuhan-kerusuhan berskala besar yang sekalinya sempat membuat Korporasi mengeluarkan ancaman untuk membubarkan Dewan dan mengambil alih pengelolaan kota.

Namun pada akhirnya semua itu pun berlalu, sehingga saat ini jadilah Batavia menjadi salah satu kota terbaik yang ada di seluruh penjuru dunia.

Tapi benarkah demikian?

Pandu meragukannya. Apa yang telah ia alami membuatnya sadar bahwa seringkali kenyataan adalah lebih dari apa yang biasa kau lihat dan rasakan setiap harinya, bahwa kebanyakan manusia lebih memilih hidup dalam dunia yang batas-batasnya mereka tentukan sendiri seraya mengabaikan apa yang ada di luarnya.

Hal semacam itu... tentu saja manusiawi.

Ketika Pandu tersadar dari lamunannya, kereta yang ia tumpangi tengah melaju melewati wilayah pinggiran kota begitu dekat dengan dinding beton setinggi kurang lebih dua puluh meter yang menjadi batas kota, sementara itu duduk di seberangnya, dua orang gadis yang mengenakan seragam yang sama dengan yang ia kenakan tampak sedang berbisik sambil sesekali melirik ke arahnya. Keduanya tertawa kecil lalu pura-pura sibuk sendiri saat menyadari bahwa orang yang sedang mereka bicarakan kini memperhatikan mereka.

Dasar cewek, pikir Pandu sambil menarik napas panjang. Tapi bagaimanapun juga ia harus mulai membiasakan diri. Bukan masalah, cepat atau lambat, selama ia tak melakukan sesuatu yang berlebihan, mereka toh akan segera bosan sendiri.

...