The Lonely Moon And The Single Star:Volume00 2

From Word Craft
Jump to navigation Jump to search

The Lonely Heaven And The Single Book

Sejak dahulu kala, manusia selalu berangan-angan untuk menemukan [surga].

Namun, seperti apakah [surga] itu sebenarnya?

Apakah tempat itu merupakan tempat di mana semua keinginan dapat menjadi kenyataan?

Ataukah...


Di dalam sebuah ruangan luas yang dipenuhi oleh bantal dan buku, seorang perempuan terbangun.

Sang perempuan, Luna, menguap satu-dua kali, kemudian menghela nafas pelan saat melihat tumpukan buku-buku di sekelilingnya, yang belum juga selesai ia habiskan sejak minggu kemarin. Baginya, membaca memang hal yang menyenangkan, namun akan lebih menyenangkan lagi kalau ia tidak harus merasa ‘dipaksa’ untuk membaca buku-buku ini dalam waktu singkat.

“Yo, Luna! Sudah selesai sampai di mana ‘tantangan membaca’nya?”

Luna menoleh ke arah pemilik suara riang bernada menyebalkan itu, yang tak lain dan tak bukan adalah teman masa kecilnya, Stern.

Lelaki itu memasuki ruangan tempat Luna membaca tanpa izin, dan dengan santainya kini ia tengah menyandarkan diri di samping Luna sambil membaca sebuah buku berjudul ‘Buku dan Surga’.

“...Stern, kalau kau punya waktu untuk bermalas-malasan seperti ini, lebih baik latihan memanah atau berkuda, sana. Aku tak punya waktu untuk mengurusimu dan mengurusi ‘tantangan membaca’mu sekaligus,” jawab Luna ketus.

Tidak, Luna bukannya marah karena Stern tiba-tiba mengajukan permintaan untuk membaca seperti ini. Memang, aneh rasanya orang yang tidak pernah banyak menggunakan otak seperti Stern tiba-tiba menyuruh Luna untuk membaca seluruh buku perpustakaan kerajaan yang memiliki kata ‘Surga’ dan ‘Buku’ di judulnya. Sejujurnya ia senang, karena sebagai teman masa kecil sekaligus penyihir kerajaan, adalah kebahagiaan dan kehormatan baginya untuk bisa menolong sang Pangeran di saat ia membutuhkan.

Namun yang lebih membuat perasaannya makin tidak karuan adalah, Stern mendadak berubah menjadi semakin filosofis sejak ia mengajukan pertanyaan itu.


“Menurutmu, apa itu surga buku?”


Karena Luna tidak bisa menjawab, Stern tiba-tiba mengiriminya sejumlah buku dari perpustakaan kerajaan, dan menyuruhnya untuk membaca semua buku itu sampai ia menemukan jawabannya.

Maka di sinilah ia saat ini, terperangkap di dalam ‘ruang baca’nya selama seminggu, ditemani oleh sang Pangeran yang setiap hari masuk (tanpa izin) dan ikut membaca.

“Dan daripada menyuruhku, memanah atau berkuda, lebih baik kau cari jawaban atas pertanyaanku minggu lalu,” jawab Stern sambil tersenyum.

BUK!

Luna melempar buku yang ada di genggamannya ke kepala Stern.

“Kau ini... Aku tidak tahu apa maksudmu, tapi akan kukatakan sekarang : Aku menyerah! Coba kau jawab sendiri, apa arti dari surga buku itu?” omel Luna dengan nada sebal.

Stern hanya tertawa kecil, kemudian bertanya,

“Luna, apa hobimu selain sihir?”

“Ng? Membaca buku, tentu saja,” jawab Luna spontan.

“Buku apa yang paling kau sukai?” lanjut Stern.

“Buku apa saja. Menurutku, semua buku punya dunia mereka masing-masing, dan untuk mengerti dunia ini, buku adalah kunci utamanya,” jawab Luna, kali ini dengan nada antusias.

“Hmm, kalau begitu, apakah seminggu ini cukup menyenangkan bagimu?”


“.....”


Luna tidak menjawab, namun mengalihkan pandangannya dari tatapan mata Stern. Stern hanya menghela napas pelan, kemudian mengganti pertanyaannya.

“Apa itu surga?” tanya Stern.

“Eh? Ng... Tidak tahu.. Tapi, itu tempat di mana seseorang akan mendapatkan kebahagiaan kapanpun selama ia berada di dalamnya, kan?”

Stern tersenyum puas, kemudian berkata,

“Sekarang kita ibaratkan begini: Kau bahagia bila kau membaca buku, dan kini kau berada di tempat di mana kau bisa membaca buku sepuasnya. Apakah kau sudah berada di surga buku?”

“Tentu saja belum! Surga itu cuma ada setelah kita mati kan? Dan buku.. Walaupun aku senang membaca, bukan berarti dengan dikelilingi buku seperti ini aku sudah berada di surga..”

Luna kembali cemberut, dan Stern hanya menepuk pundak Luna dengan pelan saat melihat reaksi tersebut.

“?”

“Luna, ini adalah jawabanku: Kalau surga hanya bisa diraih setelah kau mati, maka surga ada sebagai tujuan hidup manusia, di mana mereka merasa dengan mencapainya maka tujuan hidup mereka telah tercapai. Sementara buku, adalah alat yang menjadi sahabat manusia setiap saat, menciptakan berbagai ‘dunia’ untuk disaksikan oleh manusia, membuatnya dapat menghadapi hidup beserta berbagai dunia di dalam kehidupan tersebut. Dan menurutku, kita berdua telah mencapai surga buku tersebut di waktu kita bersama selama seminggu ini.”

Luna tidak mengerti apa yang dikatakan Stern, namun sesaat kemudian...

“Maksudmu...”


Stern menggaruk-garuk kepalanya sambil tersipu malu.

“Uh, jadi, maksudku.. Keberadaanmu, adalah surga [tujuan hidup] bagiku.. Dan aku, adalah buku [kebahagiaan] bagimu...”

Kali ini Stern memalingkan mukanya. Begitu pula dengan Luna.


Kini, ia tahu arti dari surga buku yang diajukan oleh Stern.


Buku adalah sahabat manusia.

Saat seseorang menemukan surga di dalam buku, maka dunia ini akan selalu menjadi sahabatnya.

Ya, buku akan membawamu ke surga.

Sebuah surga yang bahkan dapat kau ciptakan sendiri.


Surga buku.


Surga di mana seluruh dunia yang kau inginkan bisa terwujud dalam buku, dan semua buku yang menjadi sahabatmu dapat membuatmu merasa berada di surga.