Hiren Hitam dan Laskar Sembilan Nyawa:Volume01 Prolog

From Word Craft
Jump to navigation Jump to search

Prolog

Apa kalian tahu tentang surga-surga hewan? Tidak hanya manusia yang berhak untuk memasuki surga, asal kalian ingat. Bahkan, dibandingkan surga manusia, surga-surga hewan bisa langsung dimasuki segera setelah hewan yang bersangkutan mati. Tidak seperti manusia, yang mana surga mereka masih kosong melompong, sebelum kiamat tiba. Kapan itu terjadi, mungkin jauh jauh di masa yang akan datang. Tidak ada yang tahu, kecuali Sang Pencipta Segala Surga.

Di Surga Kucing, sebagaimana surga-surga hewan lainnya, terdapat beberapa kelompok penghuni surga. Yah, memang ada beberapa malaikat yang mengatur segala macam administrasi dan segala tetek bengeknya, yang biasa disebut sebagai Para Admin, tapi bukan mereka yang sedang kita bicarakan di sini. Kita sedang membicarakan dua tipe penghuni Surga Kucing.

Yang pertama adalah tipe yang berpuas diri. Setelah mereka masuk surga, yang perlu mereka lakukan hanyalah bersantai-ria. Tak jauh beda dengan apa yang mereka lakukan di dunia manusia dulu, sewaktu mereka masih menjadi hewan peliharaan.

Hiren, si kucing hitam, adalah tipe penghuni yang kedua. Hidup bermalas-malasan bukanlah hobinya. Kucing-kucing seperti Hiren ini digolongkan sebagai Kucing Prajurit Surgawi. Pusat Administrator Surga Kucing akan menyeleksi sejumlah kucing penghuni surga yang tampak-tampaknya memiliki keberanian. Para kucing terpilih akan mendapatkan kesempatan untuk mengumpulkan Pahala lebih banyak lagi. Ya, mereka akan turun kembali ke dunia manusia untuk menjalankan bermacam-macam misi secara—biasanya—rahasia, berdasarkan doa-doa dari dunia manusia yang sampai ke Konfederasi Surga.

Untuk apa mereka mengumpulkan Pahala? Jawabannya mudah. Anggap saja Pahala itu sebagai mata uang yang berlaku di surga-surga binatang. Mereka dapat membeli ataupun membangun segala fasilitas di surga dengan menggunakan Pahala. Ini semua adalah tentang pencapaian prestasi tertinggi!

“Nyaaw! Masih belum! Kalau cuma segini, aku belum bisa jadi kucing surgawi terbaik ....”

Sambil senyumnya melebar, Hiren memperhatikan pekerjaan sejumlah buruh surga yang sedang membangun istana. Sudah setengah jadi, dan Hiren telah menghabiskan hampir seluruh Pahala-nya untuk itu. Mulai dari membeli kavling tanah di surga, mengumpulkan material bangunan, membayar rancangan arsitektur, sampai menyewa jasa buruh.

Bentuk istana itu seperti kastil-kastil yang ada di dunia manusia, khususnya pada abad pertengahan. Meskipun belum selesai, Hiren sudah bisa membayangkan akan semegah apa nantinya istana itu kelak. Itulah simbol kemakmurannya di Surga Kucing.

Si kucing menyeruput air kafur—minuman surgawi—sembari bersantai di dipan, sebelum terdengar suara yang menyapanya.

“Salam, Tuan. Kalau boleh hamba bertanya, buat apa Tuan membangun istana sebesar ini, kalau hanya untuk ditinggali sendiri, nyaw?”

Hiren menoleh dan menjawab sekedarnya, “Oh kau, Admin.”

“Kenapa balasan Tuan dingin begitu, miu? Padahal hamba membawakan misi baru.” Admin Surga Kucing itu melirik tajam. “Hamba dengar, stok Pahala Tuan sudah habis, nyaw?”

Yang disindir pun merengut, “Mwwr! Iya!” Kemudian Hiren melompat bangkit dengan sigap. “Kali ini misi apa?”

Admin itu tersenyum kecut sambil membuka-buka map dokumen yang dibawanya. Jelasnya, “Tak ada prajurit lain, dari surga manapun, yang mau menerima misi ini—”

Belum sempat Admin itu menyelesaikan penjelasannya, Hiren sudah menyambar map dokumen yang tadi dipegang si Admin. Kemudian map itu ditutup lagi oleh Hiren, seolah-olah dirinya tak perlu tahu detail isinya. Kucing hitam itu merasa sudah bisa menebak.

“Cih,” keluh si kucing hitam, “biasanya yang seperti ini hanya tugas yang Pahala-nya sangat sedikit, ‘nyan? Dasar! Prajurit zaman sekarang kebanyakan pilih-pilih tugas!”

“Tapi sebenarnya—”

“Aku ambil ini, miaw. Cukup sekali mengeong, tugas semacam ini pasti sudah beres.”

“Tu-tunggu!”

“Aku pergi.”


Tanpa banyak berlama-lama, Hiren sudah langsung memacu keempat kakinya secepat mungkin, meninggalkan Admin tadi, yang tampaknya masih kesal karena tidak begitu diacuhkan.

Si hitam bergerak begitu gesitnya, melompat-lompat melintasi setiap areal Surga Kucing, mulai dari Padang Rumput Asri, Rerimbunan Lestari, sampai Tebing-Tebing Permai. Sesekali dia berpapasan dengan penghuni lainnya, untuk kemudian sedikit bertukar sapa.

Nama Hiren lumayan terkenal di surga ini, sebagai Kucing Prajurit Surgawi berprestasi—atau apalah mereka memberinya julukan. Andai saja Hiren menggunakan Pahala-nya untuk berkencan, atau semacamnya, tentu dia bakal lebih populer lagi daripada sekarang. Akan tetapi, entah atas alasan apa, sepertinya kucing itu begitu terobsesi untuk membangun sebuah istana megah di surga. Barangkali ada sisa-sisa hasrat duniawi yang terbawa ke surga, siapa tahu?

Dia telah sampai di Areal Gerbang, yaitu sekumpulan bangunan bulat putih dengan tonjolan-tonjolan segitiga di bagian atasnya—seperti siluet kepala kucing. Sebuah lapangan luas membentang di satu sisi, berlimpah ruah dengan para prajurit yang berlalu-lalang, maupun sejumlah Admin yang mengatur Areal Gerbang. Begitu mereka melihat map dokumen yang dipegang Hiren, raut wajah mereka berubah drastis. Ada rasa heran, kagum, kasihan, dan entah apa lagi. Dan seharusnya Hiren memperhatikan itu, kalau saja dia tidak begitu percaya dirinya.

“S-salam, Tuan Hiren,” sapa salah satu Admin Gerbang. “A-apakah Tuan serius menerima misi itu?”

Hiren menegakkan kumis kucingnya, terheran. “Mya? Apa maksudmu? Aku ini bukan tipe kucing yang suka pilih-pilih, sekalipun hanya misi sepele. Lagipula, Pahala-ku sekarang hampir defisit. Sedikit Pahala dari misi kali ini, miaw, bisa membuat malamku nanti lebih hangat.” Senyuman bangga Hiren terus terkembang, seraya dia menyerahkan map dokumen itu kepada Admin Gerbang sebagai verifikasi penugasan.

“Misi sepele? S-sedikit Pahala?” Admin Gerbang itu tambah terbingung. “Tuan Hiren sudah membaca detail dokumen ini? Admin Pengantar sudah menjelaskan misi ini seperti apa ‘kan, miu?”

“Nya! Tak perlu kubaca pun sudah bisa ditebak. Ini misi yang tidak laku ‘kan, miaw? Pasti karena Pahala-nya kecil,” jawab Hiren. “Sudahlah, nyaw, cepat buka Gerbang! Aku akan kembali sebelum malam.”

“Oke. S-sudah hamba pindahkan datanya ke gelang leher yang Tuan pakai, agar detail misi ini bisa Tuan lihat lagi nanti di—”

“Ah, sudahlah! Aku tahu gelang ini fungsinya apa, nyan!” bentak Hiren sambil menunjuk gelang keemasan yang melingkar menghiasi lehernya. “Cepatlah! Aku sudah bilang ‘kan kalau aku mau kembali sebelum malam.”

“M-mustahil ....”

Biarpun dengan ekspresi tak percaya, Admin Gerbang tetap menarik tuas untuk membuka portal berbentuk telapak kaki kucing. Kemudian tampaklah pusaran warna prisma dari celah portal. Sebelum Hiren melompat ke sana, dia sempat melihat kucing prajurit yang lain serentak memberi hormat padanya. Beberapa bahkan menitikkan air mata, seolah terharu.

“Ada-ada saja, miuu,” komentar Hiren. “Memangnya segitu anehnya kalau ada yang mengambil misi kacangan seperti ini, nyaw? Dasar. Seremeh apapun, doa tetaplah doa. Itu sumber Pahala untuk kita, tahu! Mwwwr ....”

Dan akhirnya si kucing hitam melompat ke dalam arus pelangi, yang terus menghisapnya. Dalam sekejab dia sudah menghilang, turun kembali ke dunia manusia sebagai Kucing Prajurit Surgawi.

Sementara itu, tampak Admin Gerbang yang tadi berbicara dengan koleganya.

“Sekalipun selevel Tuan Hiren, miu, apakah dia bisa selamat hanya dengan bekal Pahala sedikit seperti itu?”

Yang diajak bicara pun menggeleng, “Entahlah, myan. Hamba sendiri heran, kenapa si Tuan bisa salah mengerti. Padahal, ini adalah misi PALING berbahaya yang pernah ada sepanjang sejarah Konfederasi Surga Hewan.”

“Ada alasan kenapa semua prajurit dari surga-surga lain tidak berani menerima misi ini, miiuu ....”

Pintu portal pun menutup sempurna, membawa kisah ini jauh turun ke tempat di mana para manusia masih menjalankan hidup mereka seperti sedia kala. Semua tak menyadari akan adanya sisi kelam yang sebentar lagi akan bangkit, dari sela-sela kegelapan yang telah lama terlupakan. Sekalipun dulunya, itu adalah musuh abadi umat manusia.

Semilir angin surgawi melantunkan lagu kepahlawanan.

Terbang turun si kucing pahlawan, Mengumpulkan budi, melintasi awan-awan, Membantu dan menolong, Jangan biarkan kejahatan melolong, Tunjukkan keindahan surga kita, Usirlah suram dunia dengan pelita ....