Arcanagram:Volume00 Afterword

From Word Craft
Jump to navigation Jump to search

Atogaki

Menulis sebuah novel bukan hal yang mudah.

Aku bukan pro, jadi aku tahu kalau setidaknya menulis novel bukanlah hal yang mudah bagi amatir sepertiku. Saat mendengar ada penulis light novel (LN) yang bisa membuat 6 volume LN dalam satu tahun, aku langsung berpikir, "Bagaimana mereka bisa melakukannya? Monster macam apa mereka?"

Mungkin berbekal pertanyaan itu pula, aku menantang diriku sendiri dengan mencoba menulis...atau lebih tepatnya, menyelesaikan sebuah tulisan dalam waktu kurang dari sebulan.

Dan lahirlah Arcanagram ini.

Bisa dibilang, Arcanagram adalah tulisan pertamaku yang benar-benar rampung. Sulit kugambarkan bagaimana rasanya menulis setiap hari dan melihat cerita ini akhirnya berakhir -- itu adalah suatu pengalaman yang hebat, kalau boleh kukatakan. Selama menulisnya, aku berusaha untuk menikmati segala hal. Mulai dari pace menulis harian, mengonsep jalan cerita dadakan dan karakter yang dadakan pula, bahkan mendengarkan komentar tentang di mana kesalahanku dalam cerita ini atau apa yang membuat cerita ini tidak seru adalah sesuatu yang menyenangkan bagiku.

Ternyata seperti inilah rasanya mengerjakan sesuatu yang memang kau senangi.

Aku tidak bisa mengatakan aku senang menulis. Lebih tepatnya, aku lebih senang mengonsep. Menulis sebenarnya hanyalah bentuk pelarianku karena tidak mungkin konsepku terwujud menjadi sesuatu kalau bukan aku yang menulisnya, jadi ini semacam keadaan 'mau tidak mau harus mau'.


Oke, cukup mengenai basa-basi penulisan ini. Sekarang mari kita beralih ke cerita itu sendiri.

Arcanagram adalah sebuah cerita dengan ide awal 'bagaimana kalau setiap arcana punya representasi kemampuan masing-masing?'. Kalau aku tidak salah ingat, kemungkinan besar ide ini tercetus setelah aku memainkan Persona 4, yang mungkin merupakan RPG terakhir yang kumainkan sebelum menulis cerita ini. Berbekal pemikiran itu, aku mulai membuat daftar arcana dan kemampuan dari masing-masing arcana dengan pengetahuanku yang terbatas.

Namun saat selesai, timbul pertanyaan baru. Bagaimana menggunakan semua ini dalam sebuah cerita?

Dari situ, lahirlah judul Arcanagram. Karena aku merasa semua ini lebih cocok untuk cerita yang selesai dalam satu buku, maka aku membuatnya dalam tema battle royale supaya semua bisa kutampilkan dengan segala keterbatasan yang ada (tertawa). Ngomong-ngomong, aku sengaja membuat akhiran yang ambigu karena tidak yakin apakah cerita ini harus berhenti di sini, atau dibiarkan saja berakhir sesuai dengan bayangan pembacanya.

Menciptakan 22 karakter yang 'cocok' dengan arcana masing-masing juga sesuatu yang menyenangkan. Sejujurnya, mereka semua dibuat tanpa perencanaan awal dan hanya berdasarkan pada gamabr yang kubuat tanpa konsep. Tapi ternyata hasilnya tidak buruk juga. Malahan seiring berjalannya cerita, aku merasa setiap dari karakter yang ada punya potensi untuk merepresentasikan arcana mereka dengan baik.


Sebagai penutup, aku tidak bisa mengucap banyak kata selain terima kasih pada kalian yang sudah meluangkan waktu membaca tulisan berantakan ini (tertawa lagi), bahkan menyempatkan diri untuk membaca tulisan di atas.

Terima kasih pada 145 karena usulan format wiki, Yuu dan Edwin yang banyak mengomentari cerita ini selama proses penulisan, dan Dimas, Sun, Ann...entah berapa nama lagi yang harus kusebut untuk mengenang hari-hari di mana aku menyelesaikan 'tulisan pertama'ku ini.


Sampai jumpa lagi di tulisanku selanjutnya~


Arcanagram full.jpg