Arcanagram:Volume00 8th card

From Word Craft
Jump to navigation Jump to search

Part 1

Takenatsu Riri terbangun di dalam kapel gereja seorang diri.

Sesaat ia bingung mengapa dirinya berada di sini, namun kemudian ia melihat sepucuk surat di dekat tempatnya terbaring. ia pun mengambil surat itu dan membacanya.

Surat dari Zekken Isshiki. Detektif yang pagi tadi mendatanginya.

"Aku terlibat sebuah masalah, jadi aku tidak akan menjamin bisa melindungimu. Yang terbaik yang aku bisa lakukan saat ini untuk membantumu adalah meyakinkan pihak kepolisian bahwa kau tidak sepenuhnya terlibat dengan kasus kematian Hanamura Yumeha ataupun Haruaki Shinobu. Bila ada masalah, hubungi aku di nomor berikut."

Riri menghela nafas usai membaca surat itu.

Semuanya berjalan sesuai rencana.

Dengan begini, kecurigaan pemilik [The Justice] kepadanya akan lenyap. Surat ini membuktikan kalau pria bernama Ishhiki itu benar-benar melihat dirinya sebagai pemain yang tidak ingin terlibat dalam Arcanagram.

Kenyataannya justru sebaliknya.

Takenatsu Riri telah mengadakan perjanjian dengan pemilik [The Chariot], Nishigami Kaito, untuk menyingkirkan pemilik [The Empress] dan [The Hierophant]. Mereka sepakat membagi kedua kartu yang mereka dapat, dan bekerjasama menghabisi para pemain lain hingga permainan usai.

Keberadaan Zekken Isshiki sempat mengganggu perasaan Riri, namun ternyata detektif itu masih hijau.

Ia menggunakan kemampuan [The Empress] untuk menciptakan peluang di mana Isshiki kehilangan kecurigaan kepadanya, dan kartu [The Chariot] milik Nishigami Kaito kelihatannya berhasil membuat peluang itu terjadi 100% setelah peristiwa penembakan yang membuat Riri tak sadarkan diri sebelumnya.

Kalau semua berjalan seperti ini, mereka berdua bisa menyelesaikan permainan ini dalam waktu singkat.

Target mereka setelah ini adalah [The Justice] dan [The Judgement]. Nishigami Kaito mengatakan kalau ia akan mengurus Isshiki, jadi menghabisi pemilik [The Judgement] adalah bagian Riri.

Biarawati itupun segera memasuki bagian dalam gereja dan mengambil persenjataan yang ia perlukan.

Menurut informasi yang ia terima dari Kaito, pemilik [The Judgement] adalah seseorang yang saat ini tengah diincar oleh Isshiki, yaitu seorang pelarian penjara yang bernama Kiyotaka Tooru. Ia mengetahuinya karena Tooru terlihat sempat terlibat dengan Hanamura Yumeha sang pemilik [The Empress] sebelum ia dibunuh oleh Riri. Kalau detektif itu dibiarkan bertemu dengan pria ini, besar kemungkinan salah satu dari mereka akan mendapatkan kartu salah satu yang lainnya.

Sebelum hal itu terjadi, Kaito menyarankan untuk berbagi tugas dengan Riri dan memperkecil kemungkinan adanya pemilik 'kartu ganda' lain selain mereka berdua.

Takenatsu Riri tersenyum dan bersiap untuk menghadapi pria pemilik [The Judgement] ini.

Seperti apapun kemampuan orang ini, Riri yakin ia tidak akan bisa menandingi kombinasi [The Priestess] dan [The Empress] yang kini ada di tangannya.

Part 2

Siang itu Nakamori Ai tengah berada di dalam lantai atas sebuah gedung pencakar langit, memandangi seisi kota dengan perasaan tak tentu.

Sejak kemarin, ia tidak bisa tidur.

Sejak kematian Kiyama Kaoru kemarin, dirinya tak yakin apa yang bisa ia perbuat di dalam permainan ini.

Beruntung ia mampu melarikan diri dengan menggunakan kemampuannya, namun setelahnya ia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan selain bersembunyi. Ia juga kini memegang peninggalan terakhir dari Kaoru yang dapat ia selamatkan, yaitu kartu [The Fool], meski tak yakin apakah ia layak memegangnya setelah Kaoru mati mengenaskan seperti itu.

Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Balas dendam?

Tetap bersembunyi hingga akhir?

Ia tidak tahu, dan tidak mau tahu. Semakin ia memikirkannya, semakin ia terusik dengan segala macam kekhawatiran yang tak menentu.

Namun ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Betapapun ia mencoba menjalani hari seperti orang biasa, ketakutan itu tidak akan sirna.

Sekarang, di sinilah ia berada. Nakamori Ai bahkan tidak begitu mengingat apa yang ia pikirkan sebelum kakinya membimbing dirinya ke tempat ini.

Di saat ia merasa kosong seperti itulah, seseorang tiba-tiba saja berdiri di belakangnya tanpa bersuara.

"...?"

"Jangan bergerak."

Orang itu mengacungkan suatu benda logam ke punggung Ai.

Sebuah pistol.

"....!"

"Dan jangan berteriak. Kalau kau bisa bekerja sama, ini tidak akan makan waktu lama. Jadi, tolong untuk sementara diam saja, hai pemilik [The Devil]."

Ai tak perlu berpikir dua kali untuk mengetahui kalau orang di belakangnya ini adalah salah satu pemain Arcanagram.

Tetapi ini tempat publik. Ai tahu banyak orang yang tak peduli seperti pemilik [The Tower] yang membunuh Kiyama Kaoru, tapi kalau ia sampai terbunuh di sini, bukankah akan ada banyak saksi? Apa orang itu tidak merasa dirinya dalam masalah?

"Aku tidak tahu apa yang sedang kau pikirkan," ujar orang itu melihat raut wajah Ai yang kebingungan. "Tapi biar kukatakan satu hal : Aku hanya ingin tahu apakah kau [pencipta] atau bukan. Bila bukan, maka berbahagialah, aku tidak punya urusan lagi denganmu. Namun bila kau ternyata [pencipta]--"

Pria itu kembali menempelkan pistolnya ke punggung Ai.

"--maka permainan ini akan berakhir di sini! Baiklah, berikan aku namamu! Dan jangan berpikir untuk berbuat macam-macam!"

"...Na-Nakamori Ai..."

"Nakamori Ai, apakah kau adalah [pencipta] permainan ini?"

"...tidak. Bukan aku."

"..."

Mendengar jawaban Ai, pria itu kemudian menarik dirinya menjauhi Ai.

"Kau selamat. Cih, setelah akhirnya berhasil menemukan pemain lain, ternyata kau bukan [pencipta], toh. Sia-sia sekali aku mengikutimu."

Dengan gusar, pria itu berbalik dan melangkah meninggalkan Ai begitu saja.

Tentu saja, Ai benar-benar kebingungan melihat pemain yang satu ini.

Mengapa orang ini tidak berniat membunuhnya, sekalipun ia membawa senjata berbahaya seperti itu?

"Ah, anu.."

"Hah?! Ada perlu apa lagi? Sudah kubilang aku tidak berniat berurusan denganmu!"

"Uh, bukan... Hanya saja, kalau kau memang berniat mencari pemain lain, aku kemarin bertemu dengan tiga orang pemain lain. Mungkin apa yang kuketahui tentang mereka dapat membantumu."

Pria itu segera berablik mendengar perkataan Ai barusan.

"Bagus. Tidak kusangka akan ada seseorang sebaik ini yang mau membantu tanpa diminta. Baik, ceritakanlah! Tapi jangan berharap aku akan membayarmu dengan sesuatu sebagai ganti informasi ini."

"Aku tidak memerlukan apapun darimu."

"Kalau begitu mulailah berbicara, cewek!"

"..."

Ai tidak mengerti kenapa ia bisa sampai menaruh harapan pada pria sekasar ini. Tapi apa boleh buat, ia sudah memanggilnya, jadi tak ada salahnya mencoba untuk berbagi informasi dengan pria ini.

"Yang pertama adalah seorang pria dengan kumis dan rambut ekor kuda yang khas. Dia adalah pemilik [The Tower], dan kurasa dia tipe orang yang mudah hilang kendali. Yang kedua adalah seorang ibu-ibu pemilik [The Fool]...namun ia telah meninggal di tangan pemilik [The Tower] sebelumnya.."

Ai berhenti sejenak mengingat kematian Kaoru.

"Terus? Masih ada satu lagi, kan?"

Pertanyaan pria di hadapannya membuyarkan lamunan singkat Ai, dan ia kembali berucap,

"Ya, yang terakhir kuketahui adalah seorang pria pemilik [The Death]. Sebelumnya ia tengah lari dari kejaran pemilik [The Tower], dan....setelahnya, aku tidak tahu lagi ia pergi ke mana saat pemilik [The Fool] terbunuh..."

Pria itu memanggut-manggut mendengar penjelasan dari Ai.

"Oke. Sekarang boleh kutahu kenapa kau memberitahuku soal orang-orang ini?"

"Eh?"

Ai tersentak. Benar juga, kenapa ia bercerita seperti ini pada pemain lain?

"Apa kau berharap aku mencarikan sang [pencipta] di antara mereka untukmu, hm? Aku tidak keberatan, tapi kalau memang itu yang kau mau, maka aku akan memerlukan bantuanmu juga."

"...bantuanku?"

"Ya, bantuanmu. Kaupikir aku tidak menyadarinya? Kau memegang dua buah kartu, [The Devil] dan [The Fool], bukan? Kalau mendengar ceritamu barusan, kuasumsikan kau tidak berbohong karena tidak ada gunanya kau membohongiku dengan cerita seperti itu. Berarti ada alasan lain. Dan melihat kartu [The Fool] di tanganmu...kurasa pemiliknya adalah seseorang yang sempat dekat denganmu. Kesimpulannya, kau memintaku untuk membalas dendam."

"!?"

Sekali lagi Ai terkejut. Pria ini....bagaimana mungkin ia bisa menyimpulkan sesuatu yang bahkan Ai sendiri masih meragukannya.

Tetapi kelihatannya perkataan pria itu ada benarnya.

Secara tidak langsung, Ai memang berharap pria itu membunuh pemilik [The Tower].

Mungkin ini hanyalah dorongan alam bawah sadarnya, namun Ai kelihatannya memang masih belum dapat melepaskan kematian Kiyama Kaoru kemarin begitu saja.

Karena itulah, ia mencoba bertaruh dengan pria ini.

"Melihat wajahmu sekarang, kurasa tebakanku tepat," ujar pria itu sambil memasukkan pistolnya ke saku. "Kuperingatkan saja, sekalipun aku penjahat, aku bukan tipe orang yang akan berbuat seenaknya kepada mereka yang bukan penjahat. Lain halnya kalau lawanku memang sama-sama penjahat, maka aku tidak akan menahan diri untuk membunuh bila perlu. Mengerti?"

Ai mengangguk pelan.

"Dan kau masih ingin bekerjasama denganku?"

"Selama aku masih bisa mempercayaimu."

Ai menatap lurus ke arah pria itu, yang hanya bisa menggelengkan kepala melihat kebulatan tekad di mata Ai.

"Tanggung sendiri risikonya. Aku tidak bertanggungjawab terhadap kartu atau nyawamu."

"...terima kasih!"

Ai membungkukkan badan, membuat pria itu sesaat tak tahu harus menanggapinya dengan apa.

"...sudahlah. Ayo kita pergi dari sini..Nakamori Ai, kan? Aku Kiyotaka Tooru. Mungkin ini akan jadi perjalanan singkat, tapi kuharap kau tidak menjadi beban untukku."

Part 3

Takenatsu Riri tidak menyangka akan menemukan lebih dari sekedar pemilik [The Judgement] siang ini.

Dengan bantuan koordinat dari Nishigami Kaito, ia dengan mudah menemukan lokasi pemilik [The Judgement] saat ini. Namun alangkah terkejutnya ia saat menemukan targetnya yang bernama Kiyotaka Tooru itu muncul dengan seorang pemain lain.

Terlebih lagi, pemain lain ini terlihat memiliki dua kartu dan bekerjasama dengan pemilik [The Judgeement}.

Sekarang, bagaimana?

Ia ingin meminta pendapat kepada Kaito, namun yang bersangkutan sejak tadi tidak bisa dihubungi. Mungkinkah dia terlibat suatu masalah dalam menangani pemilik [The Justice]?

Riri mengenyahkan pikiran itu. Tidak, mereka sudah berencana sejak awal. Ia akan mengambil kartu [The Judgement], sementara Kaito yang akan mengurus [The Justice]. Sampai mereka menyelesaikan perannya masing-masing, tidak ada alasan untuk mundur.

Maka ia segera menggunakan kemampuannya.

Dengan kemampuan [The Empress], ia menciptakan skenario di mana terjadi penangkapan Kiyotaka Tooru oleh polisi.

Dalam rencananya, Takenatsu Riri telah mensimulasikan ke mana Kiyotaka Tooru akan melarikan diri, dan pada akhirnya pria itu akan sampai di sebuah titik di mana Riri dapat membunuhnya diam-diam dan mengambil kartunya.

Semua seharusnya berjalan sempurna.

Bila efek [The Chariot] milik Nishigami Kaito masih bekerja, keberhasilan Riri seharusnya telah dijamin 100%.

Setelah mantap dengan keyakinan itu, Riri pun melihat apa yang terjadi selanjutnya.

Part 4

"Polisi?! Kukira mereka tidak akan ada di area ini!"

"Tunggu, kenapa kita harus lari?"

Ai bertanya kepada Tooru saat mereka berdua melarikan diri dari kejaran polisi.

"Tidak bisakah kau melihat wajahku? Aku ini buronan! ...ah, tapi mungkin aku memang kurang terkenal sebagai penjahat. Tak heran sih kalau ada yang tidak mengenalku."

"Kalau begitu, asal mereka tidak mengenalimu, semuanya beres, kan?"

"Ah?"

Part 5

Ia salah perhitungan.

Keberadaan pemilik [The Devil] itu ternyata sangat membantu Kiyotaka Tooru. Dengan kemampuannya, perempuan bertopi itu mengganti informasi yang dimiliki oleh para polisi, membuat mereka seolah tidak melihat Tooru sebagai seorang buronan.

Arcanagram No.XV [The Devil] : Kesesatan. Mengaburkan / manipulasi informasi atau ingatan dari seseorang yang diinginkan. Kartu sekunder : [The Fool].

Jadi, ini kemampuan 'kesesatan' milik [The Devil]? Hebat juga ia bisa menggunakannya satu persatu ke semua polisi yang sebelumnya mengejar Kiyotaka Tooru.

Kelihatannya Takenatsu Riri harus menghukum setan yang satu ini.

Ia kembali menggunakan [The Empress] untuk menciptakan situasi di mana Kiyotaka Tooru terpisah dari perempuan itu.

Dengan begini, ia bisa mengincar salah satu dari mereka terlebih dahulu.

Sekarang...siapa yang harus ia rebut kartunya terlebih dahulu?

Part 6

Kiyotaka Tooru benar-benar tak mengerti.

Baru saja ia keluar dari gedung tempatnya bertemu dengan Nakamori Ai, ia segera ditemukan oleh polisi. Setelah Ai menggunakan kemampuannya untuk membuat para polisi tidak mengenalinya, sekarang sebuah pertarungan antar geng motor liar memisahkan mereka berdua.

Kebetulan ini terlalu mencurigakan untuk disebut 'kebetulan'.

Intuisi Tooru mengatakan kalau ia mengenali pola 'kebetulan' ini.

Dan kalau intuisinya benar, maka ini semua adalah ulah dari pemilik kemampuan [The Empress].

Hanya ia yang bisa menciptakan sebuah 'kebetulan' menjadi 'kenyataan' seperti ini.

Tapi, kenapa?

Bukankah seharusnya ia tidak menyimpan dendam atau apapun pada Tooru? Bukankah urusan di antara mereka berdua sudah selesai kemarin?

"...."

Tidak. Semua ini masih dugaan, jadi belum pasti juga keanehan ini disebabkan oleh [The Empress].

Asumsi Tooru masih tidak berdasar.

Tapi entah mengapa sedari tadi perasaannya tidak enak.

Ia harus segera mencari cara untuk bertemu kembali dengan Nakamori Ai.

Tooru sempat menghajar satu-dua orang anggota geng yang ia lewati. Mau tak mau, kelihatannya ia harus terlibat perkelahian yang sebenarnya tidak berhubungan dengannya kalau mau urusan ini cepat selesai.

Keributan merajalela.

Di tempat Kiyotaka Tooru berdiri saat ini, puluhan orang berkelahi tak terkendali.

Ia tidak tahu di mana posisi Nakamori Ai sejak terpisah dengannya di tengah kekacauan ini, tapi ia tahu cara mudah untuk menghentikan semuanya.

Ia segera mengeluarkan pistolnya, seraya mengacungkannya ke udara.

Dan sebuah tembakan dilepaskan dari senjata api tiu.

Part 7

Sebuah suara letusan api. Beberapa orang mungkin mendengarnya, namun sebagian besar orang yang berada di tengah-tengah jalanan kota itu mungkin tidak begitu mendengarnya karena tersamarkan oleh suara pertarungan antar geng yang semakin ribut dan mengalihkan perhatian siapapun yang berada di sana.

Nakamori Ai tahu apa arti letusan senjata api itu.

Merasa terpanggil oleh sinyal dadakan itu, ia pun segera mencari-cari sosok Kiyotaka Tooru di balik kerusuhan tersebut.

Bukan hal yang mudah, karena di hadapan Nakamori Ai sekarang puluhan pria tengah bertarung seperti binatang liar. Ke mana polisi saat masyarakat membutuhkannya? Ai sudah tidak tahu lagi polisi yang mereka kelabui sebelumnya sekarang sedang berada di mana.

"!?"

Mendadak Ai merasakan seseorang baru saja berdiri di belakangnya.

Ia menoleh, namun tidak mendapati siapapun.

Aneh.

Apa ini cuma perasaannya saja?

Akan tetapi, detik berikutnya ia segera mengetahui kalau ini bukan hanya perasaannya saja.

Ai melihat sosok seorang perempuan. Sosoknya nyaris tersembunyi karena posisi tempat Ai berdiri saat ini adalah di antara gedung-gedung dan kerumunan orang-orang, membuat luas pandang matanya tidak begitu jelas.

Seorang wanita dengan senyuman ramah tampak menatap Ai lekat-lekat. seolah tidak mau membiarkan Ai menghilang dari pandangannya.

Dan Ai segera tahu siapa wanita ini.

Ia sudah bertemu dengan empat orang pemain lain hingga ia tahu seperti apa perasaannya bila dihadapkan dengan pemain lain.

Segera Ai mengarahkan kartunya dan melihat siapa wanita ini.

Arcanagram No.II [The Priestess] : Kesucian. Mengembalikan (reset) situasi atau kondisi yang 'salah' menjadi 'benar' kembali. Kartu sekunder : [The Empress]

"Kau...pemilik kartu ganda?"

Wanita itu hanya tersenyum menjawab pertanyaan Ai, kemudian melesat dengan sebuah pisau terhunus di tangannya.

Kelihatannya ia berniat membunuh Ai di tengah keramaian ini, lalu menghilang sehingga kematian Ai akan terlihat seperti akibat dari pertarungan antar geng yang masih saja terus berlanjut hingga kini.

Ai panik.

Ia hanya bisa melarikan diri dari keramaian. Semakin ramai, semakin mudah bagi pemilik [The Priestess] itu untuk membunuhnya!

Ai berlari dan berlari, menjauhi keramaian, melupakan sinyal yang ditembakkan Tooru untuk memanggilnya.

Tidak, ia tidak lupa. Tapi ia tidak tahu harus bagaimana.

Wanita itu terus mengejarnya seperti hewan buas yang tak mau melepaskan mangsanya.

Ai terus berlari hingga tak tahu ke mana lagi ia melangkah.

Hingga akhirnya sampailah ia di dalam sebuah gang buntu.

Dan kini wanita pengejarnya itu sudah berhasil menyusulnya di ujung gang.

Sekarang tak ada lagi jalan untuk kabur, dan Ai tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan.

...apakah semuanya akan berakhir di sini?

"Selamat siang. Cuacanya cerah sekali ya, hari ini."

"...?"

Wanita itu masih memojokkan Ai dengan melangkah ke arahnya, seraya mengajaknya bicara.

"Sayang rasanya kalau hari yang cerah ini tidak diisi dengan warna-warna yang cerah...seperti darahmu, misalnya?"

"...."

"Ah, tapi tenang saja. Kupastikan kau tidak sempat menjerit. Kalau sakit, tolong tahan saja, ya."

Wanita ini gila.

Menyedihkan sekali bila Ai harus mati di tangan orang seperti ini.

Part 8

Kiyotaka Tooru menunggu sambil menghajar setiap anggota geng yang datang ke arahnya, namun Nakamori Ai tidak tampak juga.

Apakah ia tidak menangkap pesannya tadi?

Ataukah...seseorang tengah mengincarnya?

Merasa tidak ada gunanya membuang waktu lebih lama di tengah keributan ini, Tooru segera menggunakan kartunya.

Aturan : Dilarang menggunakan kemampuan Arcanagram di tengah-tengah publik.

Hukuman : Pemilik [Arcanagram] yang bersangkutan akan segera dikirim ke tempat pemain lain yang terdekat.

"Bekerjalah, bekerjalah...."

Pesan konfirmasi : Anda saat ini berada di area publik. Aturan dan hukuman ini akan mengenai Anda segera setelah dijalankan. Jalankan ketentuan berikut?

[Ya/Tidak]

"Haha, kelihatannya aku mulai mengerti cara menggunakan kartu ini... Baik, jalankan aturan!"

Part 9

Takenatsu Riri tak bisa mempercayai matanya.

Ia baru saja menghunuskan pisaunya ke arah perempuan bertopi di depannya, namun kemudian sebuah peluru tiba-tiba saja melukai tangannya dan membuat pisaunya terjatuh ke tanah.

Dari mana peluru itu berasal?

Riri menoleh dan mendapati Kiyotaka Tooru berdiri tak jauh di belakangnya.

"Oi, oi... Apa-apaan ini... Kau, dari mana kau mendapatkan kartu [The Empress]?" tanya pria itu. "Ah, tapi kurasa aku tidak perlu bertanya. Kau membunuhnya, ya?"

Takenatsu Riri berbalik dan menghadap ke arah Tooru, namun menjaga perhatiannya untuk tak lepas dari perempuan bertopi di belakangnya.

Ia terkepung.

Secara hitungan jumlah orang, ini 2 lawan 1. Tapi kalau melihat kartu Arcanagram, ini 2 lawan 3.

Ia tak tahu bagaimana pemilik [The Judgement] itu bisa sampai ke sini dalam waktu singkat, tapi yang jelas, ia masih punya peluang.

Dan selama masih ada peluang, ia masih bisa percaya pada kemungkinan.

"Kalau kau seorang pembunuh, kurasa aku tidak perlu bermanis-manis denganmu, kan!?"

Kiyotaka Tooru mengacungkan pistolnya sekali lagi, siap menembak Riri dalam sepersekian detik.

Sementara itu, Riri telah siap untuk menggunakan [The Empress] sekali lagi----

"!?"

---apa?

"Kenapa aku tidak bisa--"


Ucapan Riri terpotong saat sebuah peluru menembus kepalanya.

Part 10

Nakamori Ai merasa beruntung menggunakan kartu [The Fool] di saat-saat terakhir.

Seolah-olah Kaoru-lah yang menyelamatkannya dengan kartu ini.

Tak salah lagi, sebelum meninggal, wanita yang berniat membunuhnya itu sempat mencoba melakukan sesuatu dengan kemampuannya. Ai tidak tahu apa, tapi yang jelas, ia bernafas lega karena masih hidup dan selamat.

Kelihatannya kini ia cukup peka terhadap baik pemain Arcaangram maupun saat seseorang menggunakan kemampuan Arcanagram.

"Oi, sekarang bagaimana?"

Ai melirik ke arah Tooru, yang kini tengah memegang dua buah kartu Arcanagram milik wanita itu.

"Peraturannya memang menyebutkan kita boleh memegang lebih dari satu kartu...tapi aku tidak tertarik. Kurasa aku mulai menyukai [The Judgement] milikku, dan ini sudah cukup. Apa kau mau memegang empat kartu?"

"...aku tidak tertarik memegang kartu milik seorang pembunuh."

"Ooh, aku suka gayamu! Ternyata kita sepemikiran, ya."

Tooru meremas kartu [The Priestess] dan [The Empress] di tangannya, dan kedua kartu itu segera lenyap seperti debu.

"Tapi itu berarti, kau tidak akan mengambil kartuku juga setelah aku mati. Bagaimanapun juga, aku juga seorang pembunuh, kan."

"...tak masalah," jawab Ai datar.

"Hmph. Tapi ini berarti wanita tadi bukan [pencipta], ya. Kalau begini, berarti sudah ada empat...tidak, lima kartu yang kita tahu bukan milik [pencipta]."

Ai menghela nafas.

Ya, 5 dari 21 kartu.

Memikirkannya, Ai jadi berpikir.

Ada berapa banyak pemain selain mereka berdua yang tersisa hingga saat ini?



Intermission Report

Inactive Player : No.X [The Fortune], No.III [The Empress], No.0 [The Fool], No.VIII [The Strength], No.XIV [The Temperance], No.V [The Hierophant], No.I [The Magician], No.II [The Priestess]

Player Remaining : 14

Arclist8.jpg