Arcanagram:Volume00 5th card

From Word Craft
Jump to navigation Jump to search

Part 1

"Malam semuanyaaaa~! Hari ini, Sengoku Hime akan menemani kalian dengan lagu-lagu terbaik yang Hime punya~! Siap-siap ya~."

""""OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO!!!!!!"""

Gemuruh suara teriakan penonton membahana di ruang konser indoor tempat seorang net idol, Sengoku Hime, akan tampil dan membawakan lagu-lagu malam ini.

Sengoku Hime adalah sosok yang tidak mungkin tidak dikenal oleh siapapun yang tinggal di kota ini.

Sejak dua tahun yang lalu, ketenarannya menyebar luas melalui internet, menjadikannya maskot yang terus diminta untuk tampil dan menjalani bisnis dunia hiburan dengan serius. Ia masih muda, namun penampilannya saat menyanyi dan menari di atas panggung memiliki impact yang kuat hingga siapapun yang kenal dengan kata 'bakat' pasti menyadari kalau perempuan ini memilikinya.

"HIME! HIME! HIME!"

Lampu ruangan menyorot ke arah perempuan yang kini berbalutkan kostum yang identik dengan imej setan gothic, lengkap dengan baju berenda namun terbuka di daerah punggung, penuh dengan pita dan tali, rok di atas lutut, dan aksesoris berupa sayap, tanduk, dan ekor.

Benar-benar penampilan yang sangat mencolok.

Namun seisi ruangan itu seolah sudah terhipnotis.

Bagi siapapun di ruangan ini, sosok Hime mungkin sudah seperti seorang dewi.

Hime membuka mulutnya dan menyanyikan lagu pertama.

Semua penonton mengiringi dengan glowstick mereka dan membuat ombak. Beberapa dari mereka berteriak histeris, dan beberapa yang lain tampak dengan setia mengikuti setiap bait yang dinyanyikan dalam lagu Hime.

Semuanya sangat bersemangat malam itu.

Dan Hime sangat menyukai suasana ini.

Saat semua mata tertuju ke arahnya.

Saat dunia serasa berpusat pada dirinya.

Saat waktu mengalir lebih lambat dengan alunan lagunya.

Semua itu adalah anugerah tak tergantikan bagi Hime dan posisinya sebagai seorang idola saat ini.

Ia terus menyanyi, menari, mempesona setiap mata dan telinga yang menyaksikannya tanpa kenal lelah.

Malam ini, konser Hime berlangsung meriah dan sukses,

Tidak ada yang tidak terhibur, dan tidak ada yang mengeluhkan apapun selama konser berlangsung.

Lagu demi lagu akhirnya selesai dibawakan. Sengoku Hime melambaikan tangan kepada semua penonton yang hadir.

"Sampai jumpa semuanya~~!! Hime sedih kita harus berpisah di sini...tapi kalau waktu masih mengizinkan, kita pasti bertemu lagi~! Hime cin-----ta kalian semua!! Semoga kalian terus merasa bahagia lewat konser malam ini~~!!"

"""OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO!!!!!!""""

"HIMEEEEEEEEEEEE!"

"KAMI JUGA MENCINTAIMU!"

"HIME! HIME! HIME!"

Teriakan penonton tidak berkurang sedikitpun kemeriahannya, bahkan setelah Hime pamit diri dan menghilang di balik panggung.

Benar-benar malam yang ramai.

Part 2

Sengoku Hime lelah.

Ia lelah, tapi puas.

Puas dengan apa yang berhasil ia capai malam ini.

Arcanagram miliknya, [The Lovers], berhasil ia gunakan untuk menciptakan suasana yang ia inginkan selama ini.

Tidak ada lagi orang yang akan membencinya selama mereka memiliki sedikit saja ketertarikan pada Hime.

Dan Hime begitu yakin dirinya memang pribadi yang menarik, baik dari segi penampilan maupun sifat yang selalu ia tonjolkan tiap kali tampil di depan publik.

Seandainya saja ia memiliki kemampuan ini di luar permainan Arcanagram, maka kehidupannya pasti sudah sangat bahagia.

Tidak akan ada lagi orang yang bisa merusak reputasinya kalau ia punya pendukung sebanyak yang ia mau.

Setelah selesai beristirahat dan berganti pakaian, Sengoku Hime akhirnya diperbolehkan pulang oleh pihak agensi ketika malam telah larut dan para penonton sudah mulai meninggalkan tempat konser.

Hime merenggangkan badannya supaya tidak kaku. Kalau ia masih bisa melewati hari ini, akankah ia juga melewati hari-hari selanjutnya seperti ini?

Saat Hime sampai di taman kota yang merupakan salah satu tempat yang pasti ia lewati dalam perjalanan ke rumahnya, ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dada.

Seorang stalker?'

Hime menoleh ke belakang. benar saja, meski tidak begitu jelas, di belakangnya ia dapat emnangkap siluet seorang pria di kejauhan, yang kini berjalan semakin dekat ke arahnya dengan gerakan yang mencurigakan.

Tunggu.

Bukan gerakannya yang mencurigakan. Rambut orang itu yang membuatnya terlihat aneh bahkan dari jauh sekalipun.

Saat orang itu menampakkan diri dengan pencahayaan di bawah lampu taman, barulah Hime dapat melihat sosoknya dengan jelas.

Seorang pria dengan rambut berbentuk jambul melingkar di depan. Benar-benar orang yang aneh.

Tapi bagi Hime, orang ini bukan sekedar orang aneh.

Entah mengapa Hime langsung tahu siapa orang ini, meski ia tidak mengenal wajah ataupun namanya.

Seorang pemain Arcanagram.

"Sengoku Hime-sama...," kata pria itu, tiba-tiba bersimpuh dan menyodorkan sebuket bunga ke arah Hime. "Menikahlah denganku!"

"Ha?"

. . .

Hening.

Perlu waktu beberapa detik untuk Hime mengolah apa yang ada di pikirannya dan bisa memberikan respon sebaik yang ia bisa.

"Hah?! Kau ini bodoh atau apa? Mana ada orang yang meminta orang asing menikah dengannya, padahal kenal saja tidak!? Aku bahkan tidak tahu siapa dirimu! Mengaca dulu sebelum mengagetkanku, sialan!! Kukira apa yang akan terjadi padaku barusan, huh! "

Seperti itulah 'respon terbaik' yang keluar dari mulut sang idola , Sengoku Hime.

Benar-benar di luar dugaan. Kalau ada fans yang melihat kata-kata kasar seperti ini keluar dari mulut idola mereka, entah apa yang mereka pikirkan.

Namun yang lebih di luar dugaan adalah reaksi dari pria di depan Hime saat ini.

"Kalau kau tidak mengenalku, izinkan aku memperkenalkan diriku! Namaku Sakuraba Jo, 35 tahun, single, dan kini mengelola perusahaan tata rambut terkenal, [The Sakuraba Hair Shop]! Menikahlah denganku, dan kujanjikan sosok indahmu akan menjadi lebih sempurna dengan kedua tanganku ini!"

"Astaga....35 tahun, dan kau melamarku? Kau ini pedofil atau apa? Maniak! Menjijikkan! Dari bentuk rambut anehmu saja aku sudah tahu kalau kau pasti memikirkan hal yang tidak-tidak terhadapku!"

Hime segera mengeluarkan ponselnya dan menelpon nomor panggil darurat.

"Halo, polisi?"

"Tunggu, Hime-sama! Kenapa kau memanggil polisi!?"

"Karena kau!"

"Tunggu, ini pasti hanya sebuah kesalahpahaman saja."

"3 menit. Pergilah dari sini atau kulaporkan kau melakukan percobaan pemerkosaan padaku. Cepat!"

"Hime-sama... Apa yang telah membutakanmu? Mengapa mulutmu begitu kasar dan tidak melantunkan kata-kata indah seperti biasanya?"

"Karena aku tidak sedang menyanyi! Oh ya ampun, tak kukira akan berhadapan dengan pemain Arcanagram seperti ini... Jangan-jangan semua pemain lain juga orang aneh sepertimu..."

"Arcanagram?"

"....tunggu. Jangan bilang kau tidak sadar sama sekali?"

"Hime-sama, kau juga seorang pemain Arcanagram? Hime-sama, apakah kau sang [pencipta]?"

"Kenapa aku harus menjawab pertanyaanmu? Sudahlah, aku tidak akan meladenimu lagi. Aku akan pergi sekarang, dan jangan ikuti aku lagi! Tidak, jangan tampakkan wajahmu di depanku lagi!"

"Kau....kau tidak akan mengikuti permainan ini? Hime-sama, apakah kau benar-benar [pencipta]?"

"Sudah kubilang aku tidak peduli!"

"....kalau begitu, tak ada cara lain. Pengorbanan memang selalu ada sepanjang kehidupan, tapi oh Tuhan, mengapa engkau hadapkan aku pada pilihan seperti ini..."

Hime tak mengerti apa yang orang itu bicarakan, namun ia tidak mau menghiraukannya. Ia tidak berminat dengan permainan ini. Kalau bisa malah ia tidak ingin berurusan dengan satupun pemain lain. Karenanya ia berbalik, seraya meninggalkan pria itu di taman kota yang sepi malam ini.

Ia membuat kesalahan.

Ia benar-benar mengabaikan apa yang pria itu lakukan dan katakan setelah ia memunggunginya.

"Hime-sama....bila aku tidak bisa memilikimu..maka setidaknya, biarkanlah aku menjadi yang terakhir kau ingat dalam hidupmu."

"-----!?"

Sebuah gunting.

Sebuah alat yang sejatinya tidak digunakan untuk memotong apapun selain rambut atau kertas.

Namun di tangan seseorng yang mengaku sebagai ahli dalam menggunakan alat tersebut, benda itu kini terhunus ke arah Hime.

Siap untuk merenggut nyawanya dengan cara yang tak pernah Hime bayangkan sebelumnya.

Part 3

Bagi Fuyuno Kagari, hidup membagi manusia menjadi dua kelompok.

Mereka yang memiliki 'bakat', dan mereka yang tidak memilikinya.

Sekilas hal ini membuat hidup terlihat begitu tak adil, tapi Fuyuno Kagari tak pernah bepikir hidup harus adil.

Bila hidup semua orang sama, hidup tidak akan menarik. Justru karena adanya perbedaan nasib dan cerita, maka kehidupan seorang manusia yang berbeda-beda menjadi terlihat berwarna.itu.

Karenanya, Kagari tidak mempermasalahkan perbedaan yang dimiliki oleh setiap manusia yang hidup di dunia.

Dunia tidak perlu keadilan. Dunia hanya perlu kompensasi atas apapun yang terjadi.

Contohnya, ketika seseorang mengalami nasib buruk, Kagari berpikir selama ada hal yang bisa menutupi perasaan yang muncul saat nasib buruk itu terjadi, seseorang tidak akan merasa begitu bermasalah dengan hidupnya.

Seperti ketika Kagari banyak dicerca karena kesalahannya saat bekerja.

Kagari bekerja di sebuah institusi yang mengamati luar angkasa. Ketika dirinya memulai hari ini dengan dihadapkan pada permainan Arcanagram, ia tak bisa melepaskan fokusnya dari permainan itu hingga kehilangan konsentrasi selama bekerja.

Hasilnya, laporan pekerjaan penting yang harusnya ia kerjakan hari ini menjadi terbengkalai.

Ia dicerca oleh atasan dan rekan-rekannya di tempat kerja. Kelihatannya laporan itu adalah sesuatu yang penting hingga kelalaian Kagari hari itu berujung pada pemecatan di tempat seketika itu juga.

Tetapi Kagari tidak mempermasalahkannya.

Ya, ia merasa tidak perlu mempermasalahkannya.

Dunia memang seperti itu. Kalau sesuatu terjadi, seburuk apapun itu, ia hanya perlu sebuah kompensasi untuk menghilangkan perasaan itu.

Dan 'pelarian' Kagari adalah dengan memperhatikan idolanya, Sengoku Hime, yang menggelar konser malam ini.

Bagi Kagari, sosok Sengoku Hime lebih dari sekedar idola. Penampilannya di panggung selalu memiliki efek menyembuhkan bagi siapapun yang menyimpan masalah di kepalanya dan menginspirasi bagi mereka yang memerlukan pencerahan.

Sengoku Hime sudah seperti dewi.

Dan dengan melihatnyalah semua perasaan buruk Kagari bisa ditekan. Atau mungkin bahkan dilupakan.

Melihat mereka yang berbakat selalu membuatnya merasa tidak keberatan berada di posisi orang yang tidak berbakat.

Sekali lagi, Kagari membagi manusia menjadi mereka yang berbakat dan mereka yang tidak berbakat.

Hanya orang-orang yang berbakatlah yang bisa menjadi alasan dan kompensasi atas kesalahan yang dibuat orang yang tidak berbakat.

Malam ini, Kagari merasa Sengoku Hime benar-benar di puncak.

Sulit baginya untuk menggambarkannya, tetapi yang jelas, ada perasaan seperti Hime seperti bercahaya, menyinari semua yang menontonnya dengan kemilau yang paling hebat yang pernah Kagari saksikan.

Ia terpana.

Hime benar-benar bercahaya.

Seperti malaikat.

Seperti dewi.

Kagari merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Hime malam ini.

Sesuatu yang membuat kepala dan dadanya nyeri.

Nyeri yang tak membuatnya merasa sakit, tapi malah merasa rindu.

Apakah ini....

...cinta?

Kagari tidak tahu.

Tapi Kagari ingin tahu.

Ia ingin bertemu langsung dengan Hime malam ini. Ia terdorong untuk melakukannya. Ia tidak perlu alasan apapun.

Maka ia menunggu Hime keluar dari tempat peristirahatannya, dan berniat untuk menyapanya langsung.

Entah apa yang akan ia lakukan setelahnya, namun yang jelas, Kagari ingin bertatap muka langsung dengan Hime.

Tetapi ternyata ia bukan satu-satunya yang merasa demikian.

Ada satu orang pria dengan rambut panjang ke depan dan melingkar di ujungnya yang tampaknya punya niatan yang sama dengan Kagari : untuk bertemu langsung dengan Hime.

Jadilah ia merasa terdahului. Karena memang pada dasarnya Kagari orang yang pasif, ia jadi mundur sementara.

Namun bukan berarti ai mengurungkan niatnya untuk bertemu langsung dengan Hime.

Ia mengikuti Hime dengan mengekor di belakang orang itu, yang kelihatannya juga mengekor Hime. Untunglah orang itu sama sekali tidak menyadari keberadaan Kagari, jadi ia terus menjaga jarak aman sambil berharap orang itu tidak berbuat macam-macam pada Hime sebelum ia sempat bertemu langsung dan berbicara setidaknya sepatah kata saja kepadanya.

Saat itulah, ia mendengar orang itu melamar Hime.

Seketika itu pula hatinya terasa tertembus sesuatu.

Seseorang berani menyatakan cinta pada Hime, yang selama ini selalu ia pandang sebagai sosok dengan derajat yang lebih tinggi.

Kagari hampir saja pingsan di tempat, kalau tidak dibuat tetap sadar segera setelah mendengar jawaban Hime terhadap pria itu.

Kagari luar biasa terkejut.

Hime yang selama ini tampil manis di depan semua orang, bisa berkata-kata kasar seperti itu?

Hal itu....benar-benar jauh dari imej yang ada di kepala Kagari mengenai Hime selama ini!

Tapi.

Kagari merasakan sesuatu yang berbeda.

Ia tidak lantas mengutuki Hime. Sebaliknya, ia merasa menemukan 'sisi tersembunyi' dari seorang Sengoku Hime yang selama ini tidak ada seorangpun yang tahu.

Dan perasaannya pada Hime semakin meluap-luap karenanya.

Kagari bersyukur membuntuti pria tersebut malam ini. Berkat dirinya Kagari bisa melihat sosok lain dari Hime yang ternyata tak pernah ia bayangkan bisa seperti itu.

Namun kemudian, ia melihat pria itu menjatuhkan buket bunganya ke tanah.

Detik berikutnya, ia melihat pria itu mengeluarkan sebuah gunting.

Dan yang kemudian matanya tak bisa percayai, adalah saat ia melihat gunting itu menyatu dengan tangan si pria berjambul keong.

Tangan kanan pria itu kini menjadi gunting raksasa, siap memenggal kepala Hime.

Hime yang ia puja.

Ini tak bisa dibiarkan!

Kagari segera tahu apa artinya ini.

Arcanagram. Pria itu pasti salah satu pemain sepertinya. Segera saja Hime mengeluarkan kartunya dan melihat bahwa pria itu memang seorang pemain seperti dugaannya.

Arcanagram No.XIV [The Temperance] : Keseimbangan (harmoni). Mengintegrasikan dua hal yang disentuh menjadi satu.

Kagari terkejut.

Bukan hanya karena kemampuan milik pria itu, melainkan karena hal lain yang ia temukan.

Arcanagram No.VI [The Lovers] : Cinta. Mengendalikan emosi dari seseorang pada orang yang lain hingga ke ambang batas.

Hime yang ia puja selama ini ternyata juga merupakan seorang pemain Arcanagram?!

Tidak ada waktu lagi. Kagari harus bertindak.

Hime nampak terkejut di kejauhan dan tak sempat bertindak.

Kalau begini terus, Hime akan-----!!

Part 4

Darah.

Darah membasahi wajah Hime.

Hime tak mengerti apa yang terjadi. Ia yakin sekali pria tadi menerjang ke arahnya, dengan gunting yang menjadi bagian dari tangannya sendiri, seolah pria itu berubah menjadi monster.

Lalu, bagaimana selanjutnya?

Apakah pria tadi berhasil memotong kepalanya?

Kalau tidak, lalu darah siapa ini?

"....."

Hime, meski masih bergetar hebat karena shock yang ia terima, berusaha mengendalikan dirinya dan memandang lurus ke depan.

Matanya mendapati sosok yang asing kini telah berdiri di antara dirinya dan pria itu.

Seorang wanita dengan rambut pendek yang berantakan dan terlihat mungil, namun tetap terlihat lebih tua daripada Hime.

"Si...siapa kau?"

Wanita itu terlihat terkejut saat Hime memanggilnya, sementara di seberang taman terlihatlah sosok pria berjambul yang kini tangan guntingnya telah terlepas dari bahu, mengucurkan darah dengan hebatnya.

Darah.

jadi, ini darah dari pria itu?

Tapi bagaimana....

"Siapa kau?! Mengapa kau menggangu waktuku dan Hime-sam?!" raung laki-laki itu murka.

"Hime-sama, tolong menjauh dari sini! Kau dalam bahaya kalau melawan pemain sepertinya!"

"...?"

'Pemain'?

Hime meraih kartunya dan melihat ke arah wanita mungil itu.

Arcanagram No.XII [The Hangedman] : Pengorbanan. Mengorbankan sesuatu yang lain untuk menggantikan kerusakan yang diterima oleh pemilik Hangedman.

Hime terkejut. Wanita ini juga pemain Arcanagram? Kenapa malam ini ada dua pemain yang muncul di depannya?

Dan lagi, kenapa wanita ini menolongnya?

"Kenapa kau menolongku---"

Hime tak sempat menyelesaikan pertanyaannya saat ia melihat pria yang kini hanya memiliki satu tangan itu menarik sebuah gunting lain dari sakunya dan membentuk 'tangan gunting' lagi.

"KAU TIDAK BOLEH MENGGANGGUKU DAN HIME-SAMA!!!!"

Seperti kehilangan akal, ia maju seraya membuka lebar-lebar mulut guntingnya, siap memotong siapapun yang dapat ia terkam.

"Awas!"

Hime berseru pada wanita di depannya.

Namun terlambat.

Gunting tangan milik pria itu telah terbuka lebar dengan kepala sang wanita di antaranya..

Tanpa ampun, kedua sisi tajam gunting itu menutup.

Dan darah kembali tumpah membasahi taman.

Part 5

Sakuraba Jo tak sempat berteriak saat kepalanya terputus dari leher.

Tidak, sampai akhirpun mungkin ia bahkan tidak tahu mengapa ia meninggal dunia.

Di hadapan mayatnya yang kini tanpa kepala dan bersimbah darah, Fuyuno Kagari berdiri mematung.

Ia baru saja membunuh seseorang.

Tidak, ia tidak membunuhnya secara langsung.

Namun tetap saja itu tidak mengubah fakta bahwa pria itu mati karena dirinya.

"Hi, Hime-sama..."

Kagari berbalik, mencoba mencari sosok yang selalu dapat menghilangkan masalahnya hanya dengan melihatnya.

Namun sosok itu kini terlihat memandangnya dengan tatapan ganjil.

"Kau.....monster! Bagaimana kau....urgh."

Di lain pihak, Sengoku Hime tak kuasa menahan rasa ingin muntah.

Maka muntahlah ia saat itu juga.

Pemandangan di depannya saaat ini terlalu mengerikan. Sesosok mayat tanpa kepala, dengan satu lengan yang berbentuk gunting.

Mayat monster macam apa itu?

Kalau ada yang melihatnya dalam keadaan seperti ini, masalah apa yang akan timbul?

Melihat ekspresi tak nyaman di wajah pujaannya, Kagari tak tahu harus berbuat atau berkata apa.

"Tetaplah di sini."

"Eh?"

Kagari melihat ke arah Hime, tak yakin kalau barusan perempuan itu baru saja berbicara padanya.

"Tetaplah di sini. Temani aku. Bantu aku. Sebentar lagi...polisi yang kupanggil pasti akan datang ke sini! Aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskan semua ini!! Karirku...semua yang sudah kubangun hingga saat ini...bisa hancur!"

Hime berteriak setengah menangis. Sementara Kagari akhirnya sadar kalau idolanya ini berada dalam bahaya yang lain.

Kalau ini sampai ke media, Hime bisa tidak bersinar seperti dulu lagi.

Kagari tak ingin hal itu terjadi.

"Hi, Hime-sama! Serahkan saja semua ini padaku! Cepat lari, sekarang!"

"....kau...serius!"

"Cepat!"

Kagari menarik Hime untuk berdiri, kemudian mendorongnya agar segera menjauhi taman kota. Sesaat Hime tampak kebingungan, namun kemudian mengagguk pelan dan berlari meninggalknnya.

Bagi Kagari, begini lebih baik.

Tak sampai semenit kemudian, polisi benar-benar datang. Tentu saja, setelah ini Kagarai pasti akan melewati malam yang panjang di kantor polisi.

Tapi ia tak peduli.

Ia baru saja kehilangan pekerjaannya hari ini, dan ia tak merasa punya sesuatu yang hilang apapun yang terjadi pada dirinya.

Selain sosok Sengoku Hime.

Pujaan hatinya.

Malam itu Fuyuno Kagari berpikir.

Apapun yang terjadi dalam permainan ini, hanya Sengoku Hime yang tidak boleh menghilang sebelum dirinya sendiri!



Intermission Report

Inactive Player : No.X [The Fortune], No.III [The Empress], No.0 [The Fool], No.VIII [The Strength], No.XIV [The Temperance]

Player Remaining : 17

Arclist5.jpg


Additional Rules #03

> Setiap pemain dapat mengetahui kartu dan kemampuan yang dimiliki pemain lain dengan melihat pemain lawan melalui kartu masing-masing.