Arcanagram:Volume00 21st card

From Word Craft
Jump to navigation Jump to search

Part 1

Kini Tobari Hideya hanya seorang diri.

Di tengah hutan belantara dan bersembunyi memakai [The Hermit] miliknya, ia tidak lagi berniat keluar dan menampakkan diri.

Nakamori Ai telah mati. Itu saja sudah cukup untuk menyadarkan Hideya kalau ia tidak bisa bergantung pada siapa-siapa lagi.

Mendadak ia mengingat saat ia pertama kali membuka mata dan mendapati dirinya ada di tengah hutan yang sama.

Saat itu, seorang perempuan pemilik [The Fortune] juga mati begitu saja di tangan pemilik [The Emperor], dan Hideya tidak sempat melakukan apa-apa untuk mencegahnya. Mungkin pengalaman pertama seperti itulah yang memicu Hideya untuk terus bersembunyi selama permainan berlangsung, dan menjadi pasif karena hanya mengamati, mengamati, dan mengamati pemain demi pemain menghilang satu persatu setiap hari.

Ia tidak pernah merasa benar-benar menjadi 'pemain' dalam permainan ini. Setidaknya, hingga ia terlibat dengan Nakamori Ai dan mengalahkan pemilik [The Emperor], pemain pertama yang ia ketahui.

Kenapa?

Kenapa justru dia yang masih bertahan hidup, sekalipun ia merasa dirinya adalah yang paling tidak melibatkan diri dalam permainan selama ini?

Hideya berpikir, seandainya ini adalah sebuah cerita, seseorang seperti Nakamori Ai akan lebih cocok menjadi seorang tokoh utama daripada dirinya. Ia hanyalah tokoh sampingan. Tidak ada yang istimewa darinya hingga saat ini selain kenyataan kalau ia berhasil bertahan hingga akhir.

Tetapi semua itu tidak akan berlangsung lama.

Sekarang hanya ada dua pemain. Bila Zekken Isshiki adalah [pencipta], maka ia tinggal menunggu sampai permainan ini selesai dalam waktu sekitar satu jam lagi. Bila Zekken Isshiki bukan [pencipta], maka ia tinggal menyerukan arcana yang dipegang oleh Hideya, dan permainan juga akan selesai saat [pencipta] ditemukan.

Hideya hanya bisa pasrah. Ia memang bisa bersembunyi, tetapi ia tidak bisa lari dari permainan ini.

Di tengah gelapnya hutan di malam hari dengan suasana mencekam yang tak kunjung meninggalkan Hideya, handphonenya mendadak bergetar.

"...?"

Dengan ragu Hideya melihatnya, dan seketika itu pula ia terlonjak kaget.

Sebuah pesan.

Dari Nakamori Ai.

"----!?"

Tapi bagaimana mungkin? Ia melihat sendiri Ai sudah mati! Apa-apaan ini? Apa arwah dari Ai yang menyesal telah memercayakan kartunya pada Hideya sekarang datang untuk menghantuinya?

...tidak, Hideya tidak berpikir seperti itu. Setelah membuka pesan tersebut Hideya langsung tahu siapa yang sebenarnya mengirim pesan ini.

[Kenapa kau tidak datang?]

...pengirimnya pastilah bukan Nakamori Ai, melainkan Zekken Isshiki yang menggunakan handphone Nakamori Ai.

Pria itu tidak akan punya cara untuk melacak keberadaan Hideya saat ini, apalagi karena Hideya sudah menggunakan [The Hermit]. Ia pasti sengaja memancing Hideya dengan mengirim pesan seperti ini. Bila mereka terus bertahan diam-diaman di satu tempat tanpa pergerakan apapun, yang akan terjadi adalah kontes ketahanan dan determinasi mengenai siapa [pencipta] di antara mereka. Sejujurnya bila memang itu yang terjadi, hal itu tidak akan ubahnya seperti taruhan. Bila Hideya [pencipta], ia menang. Bila Isshiki [pencipta], pria itu yang menang. Semua ini bergantung pada kemungkinan 50:50 seperti sebuah koin.

Sampai detik ini Hideya heran. Bagaimana seseorang bisa tahu siapa [pencipta] tanpa petunjuk apapun sama sekali? Isshiki mungkin saja belum menyeru arcananya karena khawatir ia salah menebak, dan pada kasus terburuk ia sendiri yang akan hilang dari permainan ini kalau menyeru Hideya sebagai [pencipta] padahal dia sendiri [pencipta]nya. Benar-benar akhiran yang konyol kalau itu sampai terjadi.

"...."

Tunggu. Bagaimana kalau [pencipta] menyeru pemain lain sebagai [pencipta]? Apa memang itu yang akan terjadi?


Saat sebuah pikiran mendadak terlintas di kepalanya, Hideya menganga lebar.

Ia menemukannya. Ia tahu siapa [pencipta] di antara mereka berdua!

Benar juga...mengapa hal sesederhana ini tidak terpikirkan olehnya sejak awal? Dan apakah pria pemilik [The Justice] itu juga belum menyadarinya?

Tak salah lagi. Hideya yakin sekali dengan kesimpulan yang berhasil ia raih. Kalau sudah begini, yang ia harus lakukan adalah---

Part 2

Zekken Isshiki tidak seceroboh itu untuk tidak memerhatikan kembali semua peraturan tambahan yang ada di saat-saat terakhir seperti ini.

Dari semua peraturan, aturan yang menyatakan hanya perlu menyeru arcana [pencipta] untuk menyelesaikan permainan ini adalah yang paling menarik perhatiannya. Peraturan itu adalah satu-satunya aturan yang berhubungan langsung dengan tujuan utama permainan ini, yaitu menemukan [pencipta] di antara 22 pemain. Peraturannya begitu spesifik hingga tidak membiarkan seseorang menebak lebih dari sekali, bahkan dengan hukuman yang memastikan pemain yang salah menebak langsung tersingkir saat itu juga.

Artinya, alih-alih ada kemungkinan 50% dia bisa benar menebak kalau menyebut [The Hermit] sekarang sebagai pencipta, yang ada justru ia tidak punya pilihan lain selain menyingkirkan pemilik [The Hermit].

Ya, peraturan yang satu itu benar-benar menyimpan makna tersembunyi. Sekilas seseorang akan merasa kalau permainan ini bisa dimenangkan dengan peruntungan bila menebak, namun bila dicermati bahwa hanya ada satu orang pemenang di akhir, akan jelaslah bahwa sejak awal permainan ini memang dibuat sedemikian rupa untuk menyingkirkan pemain satu persatu hingga hanya terisisa satu orang di akhir.

Peraturan 'mencari [pencipta]' hanyalah kamuflase. Bila seseorang ingin memastikan dirinya aman dan benar-benar menang di akhir, cara yang paling benar adalah dengan menyingkirkan semua pemain selain dirinya dan bukan dengan menebak siapa [pencipta]. Aturan itu justru dibuat untuk menyingkirkan pemain yang gagal memahami ini dan membuat para pemain bertanya-tanya apakah mereka [pencipta] atau bukan hingga kehilangan langkah pasti dalam permainan. Belum lagi teori yang sempat didiskusikan oleh Nakamori Ai dan Asagiri Sora, di mana ada kemungkinan sebenarnya semua pemain adalah pencipta berdasarkan 'mimpi' mereka di awal hari ini. Jadi bukan tidak mungkin kalau apa yang disebut tujuan utama permainan ini sebenarnya hanyalah pengecoh belaka.

Begitulah kesimpulan yang Zekken Isshiki raih saat ini.

Sekalipun demikian, ia sendiri masih tidak mengerti apa sebenarnya yang ingin diraih siapapun yang membuatnya (kalaupun memang benar ia adalah salah satu penciptanya) dengan mengadakan permainan ini. Jawaban itu rasa-rasanya tidak akan mungkin ditemukan dalam permainan, jadi yang bisa Isshiki lakukan bila ingin mengetahuinya adalah dengan mengakhiri permainan ini segera.

Hanya saja...kini ia sendiri berada di kegelapan, dalam artian ia tidak punya petunjuk lain untuk mencari satu-satunya pemain yang tersisa itu selain handphone milik Nakamori Ai yang menyimpan nomor Tobari Hideya. Ia juga tidak mungkin meneleponnya, karena selain tidak mungkin orang itu begitu ceroboh dan mengangkat telepon darinya, dia juga bisu dan tuli, jadi mana mungkin mereka bisa berkomunikasi sekalipun panggilannya terhubung?

Isshiki melihat jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul 11 kurang beberapa menit. Segalanya akan ditentukan saat hari ini berakhir.

Tidak, Isshiki tidak mau bergantung pada kemungkinan kalau dia [pencipta] dan tinggal menunggu sampai hari berakhir. Selain karena bukan gayanya untuk diam menunggu di satu tempat, hal itu bertentangan dengan kesimpulan yang sudah ia capai sebelumnya.

Ia melihat ke belakang, dan menyadari kalau dirinya kini berada jauh dari kota. Sebagian dari dirinya bersyukur karena itu berarti ia tidak akan perlu lagi khawatir mengenai keselamatan orang-orang di kota. Ia melihat ke depan dan mendapati hutan lebat. Apakah ia harus mencari sosok Tobari Hideya di tempat ini? Sejauh apa orang itu sudah melarikan diri?

Baru saja Isshiki memikirkan apa yang harus ia lakukan selanjutnya, handphone milik Nakamori Ai di dalam sakunya berbunyi, menandakan adanya sebuah pesan masuk.

Melihat siapa pengirimnya, Isshiki pun tersenyum lebar, antara tidak menyangka hal ini sekaligus juga puas karena Tobari Hideya ternyata tidak lari begitu saja seperti yang ia duga.

"Hee...tak kusangka orang itu punya keberanian untuk membalas pesanku..."

Isshiki pun membaca pesan balasan dari Hideya.

"....!?"

Seketika ekspresinya berubah mendapati isi pesan Hideya yang terpampang di layar kecil di depannya.

Pesan itu berbunyi,


[Dengan kartu [The Magician] dan [The Devil] yang digabung menggunakan [The Temperance] yang kumiliki, aku akan menghancurkan kota ini dengan membuat semua penduduknya bunuh diri malam ini juga. Bila kau masih ingin melindungi mereka yang tidak bersalah, serahkan kartu [The Justice] milikmu dengan menaruhnya di atas kotak pos di pusat kota dalam waktu tepat 45 menit dari sekarang, 15 menit sebelum permainan ini berakhir.]

[Bila aku tidak melihat adanya kartumu dalam 45 menit ke depan di tempat tersebut, ataupun melihatmu mengawasiku saat mengambil kartu itu, aku tidak akan segan-segan membunuh semua orang. Ini bukan bualan, karena kau pasti tahu sendiri apapun yang mungkin dilakukan dengan kemampuan Arcanagram.]

[Serahkan dirimu, dan selamatkan mereka yang tidak terlibat. Bukan pilihan buruk untuk akhir dari seorang pahlawan keadilan, kan?]


BRAK!!

"Sialan!!"

Isshiki memukul pohon di dekatnya sekuat tenaga.

...laki-laki bernama Tobari Hideya itu....ia sudah salah menilainya. Lelaki itu ternyata tidak bisa diremehkan! Dan lagi...ia benar-benar bisa melihat dengan jelas seperti apa seorang Zekken Isshiki untuk meluncurkan ancaman seperti ini.

Mengagumkan...sebagai lawan terakhir yang harus Isshiki hadapi, ia tak pernah menyangka Tobari Hideya tak bisa dipandang sebelah mata.

Kalau Isshiki tidak mengindahkan permintaan ini, nyawa ribuan penduduk kota yang menjadi taruhannya. Kalau Isshiki menuruti keinginan Hideya, nyaris bisa dipastikan ia akan tersingkir di tangannya.

Situasi ini benar-benar sesuatu yang di luar dugaan. Sebagai seseorang yang sudah menetapkan dirinya akan mengikuti keadilan yang ia anggap benar hingga akhir, prinsip dan tekad Isshiki yang ia yakini sudah terbentuk dengan kuat diuji dengan cobaan yang satu ini.

45 menit. Dengan kaki berodanya, Isshiki bisa sampai ke pusat kota dalam waktu kurang dari 20 menit bila ia serius. Dalam waktu yang terus berjalan dan semakin dekat dengan batas yang ditentukan, Isshiki harus berpikir cepat mengenai apa yang harus ia lakukan sekarang.

"..."

Tidak adakah cara lain?

Part 3

Dari balik persembunyiannya di hutan, Hideya dapat melihat sebuah titik yang melaju kencang ke arah kota. Kalau perkiraannya tidak salah, titik itu pastilah Zekken Isshiki yang sedang bergegas kembali ke kota dengan panik, sesuai dengan rencananya.

Dan bila semua berjalan sesuai rencana, Tobari Hideya akan memenangkan permainan ini.

Berkebalikan dengan apa yang pasti sedang dipikirkan oleh Isshiki, rencana Hideya bukanlah untuk mengambil kartu [The Justice] dan menghancurkannya. Sama sekali bukan.

Sebaliknya, rencana Hideya adalah mengulur waktu selama mungkin hingga Isshiki tak mungkin lagi mencarinya dengan waktu yang tersisa.

Ancaman itu hanya bualan. Saat Isshiki memercayainya dan kembali ke kota, saat itulah kemenangan Hideya hampir sudah bisa ditentukan.

Kenapa?

Karena Tobari Hideya adalah [pencipta] dalam permainan ini.

Semuanya begitu sederhana ketika Hideya menyadari adanya kejanggalan dalam peraturan 'menyeru arcana [pencipta]'. Kalau ada peraturan seperti itu, bukankah [pencipta] juga bisa terjebak? Dan kalau itu terjadi, siapa yang akan menang kalau dikatakan hanya ada satu pemenang?

Jawabannya mudah.

[Pencipta] tidak akan salah menyeru arcana pemain lain, karena [pencipta] dibuat sedemikian rupa sehingga tidak akan mungkin melakukan hal tersebut.

Ya. Tobari Hideya bisu. Itu artinya, dirinya tidak akan mungkin memenangkan permainan ini dengan menyeru arcana lain sebagai [pencipta]. Dan pemain yang menjadi [pencipta] tentu tidak akan perlu menyeru arcana pemain lain, karena ia hanya perlu bertahan hingga menjadi pemain yang terakhir.

Semudah itulah kesimpulan yang Hideya tarik. Melihat kemampuan kartu-kartu Arcanagram ini nyaris mampu melakukan apa saja yang mungkin dibayangkan oleh manusia, bukan tidak mungkin ia memang dibuat tuli dan bisu khusus dalam permainan ini, dan ia tidak mengingat apa sepanjang hidupnya ia memang tuli dan bisu karena ingatannya dimodifikasi sebelum permainan ini dimulai.

Setidaknya bagi Hideya, teori ini tidak terlihat salah. Dalam waktu kurang satu jam dari sekarang, permainan ini akan diakhiri dengan kemenangannya.

Dalam sisa waktu ini, ia tinggal meyakinkan diri kalau ia memang [pencipta] yang dimaksud dan menghindar sejauh mungkin.

Tentu saja, masih ada kemungkinan kalau dirinya salah, walau bagi Hideya kemungkinan itu kurang dari 1%. Ada juga kemungkinan Isshiki mendadak menebak namanya sebagai pencipta karena frustasi, tapi itu juga kurang dari 1% kalau melihat seperti apa Zekken Isshiki sejauh pengamatannya. Berarti yang tersisa bagi Hideya sekarang adalah apa yang sudah menjadi spesialisasi diri dan kartunya : berada di kejauhan dan mengamati.

Oh, mungkin Isshiki akan cepat menyadari kalau ia tidak melakukan sesuatu dengan kartu yang nantinya mungkin akan ditinggalkan Isshiki di atas kotak pos. Mungkin ia perlu mengirim pesan untuk mengelabui Isshiki, pikir Hideya saat itu.

Siapa yang tahu apa yang akan terjadi dalam 45 menit ke depan? Setidaknya Hideya perlu memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan kecil yang masih menganggu pikirannya untuk benar-benar merasa aman.

Part 4

Zekken Isshiki telah tiba di tengah-tengah kota yang sudah sepi.

Parade festival telah usai, dan di sepanjang jalan tidak terlihat lagi hiruk-pikuk orang yang berlalu-lalang seramai ketika malam baru saja dimulai. Masih ada segelintir penduduk yang terjaga, namun sebagian besar dari mereka adalah yang sedang membereskan stand-stand di sepanjang jalan ataupun berjalan pulang dari pusat keramaian.

Syukurlah kota ini sudah terlelap. Isshiki sempat membayangkan pertarungan terakhirnya dengan pemain yang tersisa ini akan melibatkan satu kota dengan pertarungan dahsyat yang mungkin merusak bangunan di sana-sini, tapi mungkin bayangannya terlalu berlebihan. Yang seperti itu hanya terjadi di cerita shounen manga yang isinya pertarungan dari awal hingga akhir.

Yah, permainan Arcanagram ini juga sebenarnya merupakan sebuah bentuk pertarungan, dan apa yang akan ia lakukan saat ini memang sesuatu yang mungkin melibatkan satu kota, jadi bayangannya tidak begitu salah juga.

Isshiki perlu waktu untuk memantapkan diri dalam mengambil keputusan.

Situasi saat ini adalah, Tobari Hideya mengancam untuk membunuh seisi kota seandainya Isshiki menolak menyerahkan kartunya. Dari sini Isshiki berpikir ada dua skenario yang memungkinkannya tetap memenangkan permainan ini di akhir. Yang pertama adalah dengan mencari cara untuk menyelamatkan seisi kota sebelum Hideya benar-benar membunuh mereka, sehingga ia bisa tetap menyimpan kartu [The Justice] miliknya tanpa mengkhawatirkan akan adanya yang korban jiwa. Yang kedua adalah dengan menangkap basah Hideya sebelum kartunya diambil, dan mengalahkannya sebelum ia sempat melakukan sesuatu pada penduduk kota ini.

Kelemahan skenario pertama adalah, Isshiki tidak tahu cara apa yang bisa menyelamatkan seisi kota dalam waktu singkat. Menyuruh mereka melakukan evakuasi dari kota ini? Dengan alasan apa? Lagipula, seisi kota sudah tertidur; akan sulit untuk membangunkan ribuan orang dan memindahkannya dengan alasan 'ancaman bunuh diri seisi kota'.

Sementara untuk skenario kedua...Isshiki tidak bisa menjamin semuanya tepat waktu. Pada kasus terburuk, Hideya yang kaget bila disergap bisa jadi langsung membunuh semua orang sebelum bisa mengambil kartu Isshiki, dan Isshiki pasti akan menderita beban mental yang hebat bila itu sampai terjadi. Kalau begitu, apakah satu-satunya cara hanya dengan menyerahkan kartunya?

"...ah!"

Mendadak Isshiki mendapatkan sebuah gagasan.

Kartu [The Justice] miliknya bisa membuat 'keadaan yang sama antara pemilik [The Justice] dengan target'. Kalau Hideya mengambil kartu [The Justice] miliknya, bisakah ia membuat duplikat dari kartunya sendiri karena kartunya sudah tidak lagi di tangan?

Atau, kalau sampai Hideya melakukan sesuatu seperti melukainya, bisakah ia membuat Hideya mendapatkan luka yang sama dengannya?

"Hmm.. Benar juga. Tidak ada salahnya mencoba," gumam Isshiki pada dirinya sendiri.

Setidaknya, rencana ini lebih baik daripada menyerah begitu saja.

Lagipula, ia adalah pembela keadilan. Kalau dirinya bisa dikalahkan semudah itu, sama saja dengan mengakui kalau dirinya adalah pihak yang salah. Pihak yang benar selalu memang, dan kalau ia kalah, maka ia tidak akan menjadi kebenaran lagi, begitulah pikir Isshiki.

Dengan ini, Isshiki membulatkan tekadnya.

Ia sudah siap menghadapi Tobari Hideya dalam pertarungan terakhir!

Part 5

Yang disebut pertarungan terakhir bagi Isshiki tidak memiliki arti sama dengan apa yang dilihat Hideya saat ini.

Jauh dari bayangan pertarungan dahsyat sebagai penutup permainan ini, mungkin situasi saat ini justru akan menampilakn akhir yang membosankan dengan membuat [pencipta] menang karena tidak ada yang melakukan apa-apa hingga akhir. Tapi apa peduli Hideya? Toh ia terlibat dalam permainan ini bukan untuk memuaskan dirinya dengan embel-embel pertarungan terakhir dan mempertaruhkan nyawa. Semua itu terlalu remeh baginya.

Saat ini, Hideya masih memegang [The Hermit], [The Hierophant], [The Lovers], [The Magician], [The Temperance], dan terakhir, [The Devil]. Berdasarkan pengalaman sejauh ini, jumlah akan selalu menang di akhir. Apalagi statusnya sekarang 6 lawan 1. Dalam kemungkinan terburuk sekalipun, Hideya masih bisa melakukan banyak hal dengan kartu-kartu yang ia pegang.

Langkah pencegahan dari kegagalan rencana Hideya adalah dengan mengirimkan pesan susulan saat waktu telah mendekati waktu perjanjian mereka.

[Aku akan menuju ke sana. Jangan sampai aku melihatmu ada di tempat itu saat aku mengambil kartumu.]

Sebenarnya bohong, karena posisi Hideya saat ini adalah di atas sebuah truk pickup yang kebetulan melintas menuju ke arah kota (tentu saja tanpa disadari pengendaranya).

Hideya tidak punya kepentingan untuk kembali ke kota, karena tujuan awalnya memang justru kabur sejauh mungkin. Tapi setelah mempertimbangkan bagaimana cara untuk menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan kecil yang akan mengganggu rencananya, ia pun berubah pikiran. Untuk mengulur waktu selama mungkin, ia juga perlu menahan Isshiki selama yang ia bisa. Maka ia mencoba untuk membuat ancamannya menjadi kenyataan.

Bukan benar-benar kenyataan, tapi setidaknya ia mencoba menggabungkan [The Devil] dan [The Magician] menggunakan kemampuan [The Temperance].

Berhasil.

Sebuah kartu tercipta dari penggabungan dua kartu itu, menyusul hilangnya [The Temperance] setelah sekali pemakaian. Rupanya aturan hanya bisa memakai kartu sekunder sekali yang dibuat oleh Isshiki dengan [The Judgement] masih berlaku hingga detik ini. Sekarang, kartu gabungan ini akan Hideya coba gunakan sebagaimana yang ia rencanakan.

Ia menggunakannya untuk 'membuat semua penduduk kota menyerang Zekken Isshiki'.

Dengan kemampuan cuci otak [The Devil] dan kemampuan melakukan hal yang tidak mungkin dari [The Magician], kemampuan seperti ini tidak akan menjadi batasan.

Benar saja, kartu gabungan itu menghilang setelah Hideya memutuskan untuk menggunakannnya seperti itu. Itu artinya kemampuan ini benar-benar akan berjalan.

Hideya jadi penasaran apa yang akan ia dapat kalau menggunakan kartu [The Hierophant] dan [The Lovers] untuk digabung. Apa ia akan mendapat semacam kemampuan telepati? Tapi ia tidak memerlukannya, toh pemikiran ini muncul hanya karena Hideya tidak yakin apa gunanya ia menyimpan kedua kartu ini hingga saat-saat terakhir.

Sekarang, di atas mobil yang melaju dengan cepat ke kota (kelihatannya pengemudinya juga terkena efek kartu gabungan barusan), Hideya kembali memikirkan apa yang sedang dihadapi oleh Isshiki saat ini.

Bagaimana rasanya ketika kau harus melawan semua orang yang harusnya kau lindungi? Masihkah kau bisa disebut sebagai pembela kebenrana dan keadilan?

Hideya jadi merasa dirinya seperti seorang tokoh jahat. Tapi apa boleh buat, toh ini masih lebih baik daripada membuat seisi kota bunuh diri. Dan kalau mengenal orang seperti Isshiki, ia tidak mungkin juga membunuh semua orang yang menyerangnya.

Tinggal kurang dari 20 menit lagi sebelum permainan berakhir, dan Hideya akhirnya tiba kembali di kota.

Sekaranglah saatnya babak penentuan!

Part 6

Ini mimpi buruk.

Isshiki tidak benar-benar yakin dengan apa yang terjadi di depan matanya saat ini.

Setelah ia memutuskan untuk meninggalkan kartu [The Justice] tetapi sambil mengawasinya dari jarak yang dikiranya cukup aman, bukan sosok Tobari Hideya yang ia lihat mendatangi tempat itu, melainkan sekumpulan penduduk kota yang mengejarnya. Mengejarnya. Seolah-olah ia adalah monster yang harus dibasmi...tidak, mungkin lebih tepat kalau dikatakan para penduduk itu justru seperti sekumpulan zombie yang berusaha menyerang Isshiki.

Situasi ini benar-benar kacau hingga Isshiki tak bisa berpikir jernih. Instingnya terus memintanya untuk mencari cara agar tetap bertahan hidup.

"UWOOOOOOH!!"

Susah payah Isshiki menghindari serbuan para penyerangnya dengan kemampuan kaki beroda yang ia miliki, namun lautan manusia ini tidak ada habisnya. Benar-benar tidak bisa dipercaya. Apakah seisi kota benar-benar menyerangnya? Ribuan melawan satu orang? Pertarungan akhir macam apa ini?

Ternyata dugaan Isshiki soal pertarungan dahsyat di akhir tidak terlalu meleset. Tapi alih-alih senang ekspektasinya terkabul, yang ada di kepala Isshiki saat ini hanyalah keterkejutan dan terus mencari cara untuk lolos.

Jalanan penuh di mana-mana. Sekalipun ia bisa bergerak layaknya sebuah motor, tetap saja ia perlu lintasan, dan pada setiap sudut yang ia lalui ada saja orang yang menghalangi. Belum lagi kartunya masih tertinggal di atas kotak pos di pusat kota dalam jarak yang lumayan (karena ia cukup menjauhinya saat khawatir dengan ancaman Hideya), yang pasti tidak bisa dikatakan aman.

Sekuat tenaga Hideya melaju, hingga melompati bangunan demi bangunan supaya orang-orang yang berkerumun tak bisa meraihnya. Ia terus memacu dirinya seperti motor balap, semakin cepat, semakin cepat...

..hingga ia tiba di pusat kota.

Namun seisi penduduk kota sudah mengepungnya dari berbagai arah. Sekarang ia tidak bisa lari lagi kecuali dengan membuka jalan secara paksa, nmun itu berarti ia harus menghadapi orang-orang tak berdosa ini.

Dilihatnya kartunya masih ada di atas kotak pos, namun seorang penduduk kota terlihat bergerak dan berusaha mengambil kartu itu.

"---!!"

Refleks Isshiki meluncurkan pisau anginnya, menghempas orang itu jauh hingga menabrak penduduk lain di ujung-ujung pusat kota bagai sebuah pagar. Hebatnya, orang itu berdiri lagi meski terlihat terluka karena serangan Isshiki. Benar-benar seperti zombie.

Cepat-cepat Isshiki mengamankan kartunya sendiri dan melihat ke segala arah. Tempat ia berdiri ini adalah sebuah daerah terbuka yang lebar, dan di sekelilingnya 360 derajat, seluruh penduduk kota bergerak ke arahnya dengan tatapan tajam bagai haus darah dan siap menyerang kapan saja.

"Kalian! Kumohon, sadarlah!"

Percuma. Suara itu tidak meraih para penduduk sama sekali, seolah-olah mereka semua sudah dibuat tuli.

Isshiki merasa goyah. Benarkah ia berakhir begini? Apakah ia akan rela mengorbankan dirinya sendiri hanya untuk menyelamatkan orang-orang ini? Seperti inikah akhir dari kebenaran yang ia pegang selama ini?

"---tidak."

Menjawab dirinya sendiri, Isshiki bangkit dan kembali menatap sekelilingnya.

Nyaris tidak ada cara untuk lari. Kalau melihat keadaan saat ini, tidak ada jalan baginya untuk kabur. Satu-satunya cara adalah dengan menghadapi mereka semua.

"....maafkan aku!!"

Isshiki memutuskannya.

Ia tidak lagi bisa berpikir dalam tekanan ini.

Ia memutuskan bahwa keberadaan dirinya sebagai kebenaran lebih penting daripada apa yang dilindungi oleh kebenaran itu sendiri.

Dan kebenaran tetap berarti melindungi, sekalipun yang ia lindungi hanyalah satu orang. Dan sekalipun orang itu adalah dirinya sendiri.

"UWOOOOOOOOOOOOOOHHHHH!!"

Sekeras lolongan serigala, pertarungan maut antara Isshiki melawan ribuan penduduk kota dimulai dengan teriakan Isshiki.

Ia mengayunkan kakinya tanpa henti, menghempas puluhan orang yang menyerbu ke arahnya dalam sekali serangan. Ia bergerak ke kiri dan ke kanan, membuka ruang supaya dirinya tidak benar-benar berada dalam jarak sempit dengan semua penduduk itu. Namun jumlah adalah faktor yang tidak bisa dianggap remeh. Sekalipun bergerak seperti zombie, semua penduduk itu tidak sekalipun berhenti, hingga Isshiki tidak mungkin menjaga jarak bila tidak bergerak. Namun menyerang dan bergerak di saat yang bersamaan bukanlah hal yang mudah. Sesekali Isshiki mengayunkan kakinya, dan setiap orang-orang terhempas sehingga sebuah jalan terbuka, ia melaju dengan kaki berodanya untuk menjaga jarak.

Seperti apapun Isshiki berusaha, jumlah lawannya terlalu banyak.

Isshiki tidak tahu berapa lama waktu berlalu, tapi ia sudah merasa lelah. Sebagian mungkin karena ia tidak berhenti bergerak dan bertarung, tetapi sebagian lagi juga mungkin dipengaruhi oleh beban mental yang ia terima setiap ia menghabisi para penduduk yang datang menyerbunya.

Ia lelah. Ia ingin mengakhiri ini semua.

Tanpa harapan ia mengalahkan satu demi satu, puluhan, ratusan, entahlah, ia tidak menghitung lagi berapa banyak orang yang tumbang oleh serangannya. Ia tidak tahan lagi. Tolong, hentikan semua ini, pintanya dalam hati. Kalau saja semua ini berakhir dengan cepat, kalau saja---

"---!?"

Bagai mengabulkan permintaan di tengah keputusasaannya, mata Isshiki yang sangat awas menangkap sosok seseorang jauh di ujung keramainan ini.

Seseorang yang seharusnya merupakan satu-satunya lawan yang tersisa.

"TOBARI HIDEYAAAAAAAA---!!!!"

Isshiki meraung keras saat mendapati sosok itu tertangkap dalam pandangannya. Seakan melupakan semua peluh dan lelah dalam pertarungan tanpa henti sejak tadi, ia memfokuskan sisa tanganya untuk memacu roda di kakinya demi meraih tempat di mana Hideya berada.

Sepasukan penduduk menghalangi jalannya, namun Isshiki menyerbu dengan membabi buta.

"Jangan---halangi---aku!!"

Isshiki benar-benar berada di puncak kemarahannya. Ia tidak tahan melihat ini. Ia benar-benar tidak suka melihat orang ini mengadu domba dirinya dengan semua penduduk hanya untuk emmenangkan permainan konyol seperti ini. Ia muak. Muak. Muak!

Tak ada yang bisa menghentikan Isshiki, sekalipun berlapis-lapis tembok manusia berusaha untuk menahannya.

Dan akhirnya, Isshiki sampai di depan Tobari Hideya. Dengan sebuah lompatan di udara, Isshiki menyiapkan satu serangan terakhir untuk membunuh Hideya saat itu juga.

"Tamatlah riwayatmu!"

Part 7

---waktu seakan berhenti.

---seorang anak kecil menghalangi antara Zekken Isshiki di udara dan Tobari Hideya yang menatap kosong ke arah Isshiki.

---puluhan anak kecil lain ikut bergabung dan melindungi Hideya.

Dalam sepersekian detik, Hideya dapat melihat adanya perubahan ekspresi di wajah Isshiki. Sebagai orang yang mengandalkan mata dan pengamatan, Hideya tidak mungkin salah.

Saat itu juga, ia segera menggunakan [The Lovers] untuk meningkatkan perasaan ragu, atau mungkin kasihan, atau mungkin keputusasaan, yang dirasakan oleh Isshiki ketika melihat anak-anak itu hingga ke batas maksimum.

Siapa yang sangka kartu ini akan berguna di akhir?

Spontan Isshiki terjatuh, dan tidak lagi berdiri.

Seperti seorang ibu yang baru saja kehilangan anaknya, Isshiki diam begitu saja. Tepat seperti perkiraan Hideya.

Seluruh penduduk menyerangnya tanpa ampun.

Waktu terus berjalan.

Pengeroyokan terus berlangsung.

Dan Hideya hanya diam di sana, mengamati sambil menunggu waktu berlalu.

Part 8

Dalam keadaan terluka dan tak bisa lagi bergerak, Isshiki kagum dirinya masih bisa mempertahankan kesadaran seperti ini.

Kini ia terbaring tanpa tenaga. Penduduk kota telah berhenti menyerangnya, mungkin karena ia tidak bergerak lagi. Ia bahkan tidak yakin bisa merasakan setiap ujung dari tubuhnya sendiri. Seperti inikah yang kau rasakan saat mendekati kematian?

Ia melihat Tobari Hideya menghampirinya. Wajah lelaki itu terlihat tanpa ekspresi. Apa ia sedang mengasihaninya? Ataukah ia sedang mengejeknya yang kini terbaring tidak berdaya?

Ironis. Keinginan Isshiki untuk melindungi segalanya kandas di sini.

Semua ini pasti kesalahannya karena sudah mementingkan diri sendiri di atas segalanya. Ia kesal pada dirinya sendiri.

Namun, ia lebih kesal lagi pada Tobari Hideya.

Seharusnya laki-laki itu yang berada dalam keadaan yang sama sepertinya saat ini!

"...?"

Mendadak Tobari Hideya terlihat ambruk di sampingnya.

Isshiki terkekeh.

Ia terkekeh memandangi wajah Hideya yang kini berubah menjadi terkejut, tak mengerti dengan apa yang baru saja menimpa diirnya.

Isshiki baru saja menggunakan [The Justice] untuk membuat Hideya merasakan keadaan yang sama dengannya. Merasakan sakit yang ia terima, Merasakan ketidakberdayaan yang ia hadapi. Dan merasakan bagaimana hanya bisa terdiam menunggu akhir seperti ini.

Permainan ini akan segera berakhir...

...siapa yang akan keluar sebagai pemenang?

Dengan sisa-sisa tenaganya, Isshiki mencoba sesuatu.

Ia menggerakkan mulutnya, dan dengan susah payah, suara parau akhirnya keluar dari mulut yang penuh lebam tersebut.

"[Pencipta]--- adalah----"

Part 9

"--[The Justice]...."

Part 10

Sampai akhir, Tobari Hideya tidak pernah menyangka semua kartu yang ia pegang akan berguna seperti ini.

Tepat di detik-detik terakhir sebelum kematian Zekken Isshiki, pria itu menggerakkan bibirnya untuk mengucapkan sebuah kalimat.

Hanya dengan melihat, Hideya tahu apa yang berusaha Isshiki lakukan.

Maka ia menggunakan [The Hierophant] untuk mengambil alih kesadaran Isshiki, dan dengannya mengubah akhir kalimat Isshiki.

Ia tidak tahu kalau ia bisa berbicara semudah itu di tubuh Isshiki. Waktu yang singkat, tapi cukup untuk memberikannya pengalaman pertama mengucapkan kata-kata. Sesuatu yang tidak bisa ia lakukan selama ini.

Setelahnya, kesadarannya mendadak kembali ke tubuhnya sendiri, dan tubuh Zekken Isshiki telah menghilang dari hadapannya.

"...."

Dengan ini, tak salah lagi.


Tobari Hideya adalah [pencipta] dalam permainan ini.

Dan Tobari Hideya adalah pemenang, satu-satunya pemain, yang bertahan hingga akhir dalam permainan Arcanagram.



Final Result

Last Player Standing : No.IX [The Hermit]

Arclist21.jpg


Additional Rules #11

> Pemenang akan mendapatkan hak untuk memilih satu di antara 2 pilihan ; 1) 'kehidupan yang baru', atau 2) 'permainan yang baru'.