Arcanagram:Volume00 20th card

From Word Craft
Jump to navigation Jump to search

Part 1

Malam telah mencapai puncaknya bagi masyarakat kota yang tengah merayakan festival hari jadi kota tersebut.

Berbagai musik dimainkan di sebuah panggung besar di alun-alun kota, banyak jalan ditutup untuk parade, dan malam itu memang lebih banyak orang yang berjalan kaki daripada menaiki kendaraan. Semeriah sebuah tahun baru, di mana-mana terlihat kerumunan orang dan stand yang ramai berjejer di setiap sudut. Perayaan yang kelihatannya menarik setiap orang yang hidup di dalam kota itu untuk turut memeriahkannya semakin malam hari menjelang tak pelak menyembunyikan sosok segelintir orang yang tidak terpengaruh dengan apa yang sedang berlangsung bagi orang-orang biasa saat ini.

Di antara keramaian itu, tiga orang pemain Arcanagram berada di posisi yang berbeda-beda.

Zekken Isshiki, pemilik kartu [The Justice] yang juga memegang kartu [The Judgement], tampak dengan santai berjalan di salah satu sudut kota. Ia sama sekali tidak terlihat khawatir dengan batas waktu akhir permainan yang semakin dekat, sekalipun baru saja ia seperti hilang kendali saat menghancurkan kartu [The World] milik Asagiri Sora tanpa perasaan.

Di tempat lain, Nakamori Ai pemilik [The Devil] berusaha berbaur dengan keramaian, namun dengan mencari-cari celah supaya dapat memantau pemandangan kota sambil berjalan dengan leluasa. Ia terlihat cukup terkejut dengan apa yang baru saja Zekken Isshiki lakukan, dan setelah melarikan diri dari tempat kejadian, kelihatannya ia belum memutuskan apakah sisa dua pemain lain ini bisa dipercaya atau ia harus menyingkirkan mereka dengan tangannya sendiri di akhir permainan ini.

Sementara yang terakhir dan justru berada cukup jauh dari pusat festival adalah Tobari Hideya sang pemilik [The Hermit]. Ia menjaga jarak dengan terus mengamati pergerakan dua pemain lain melalui handphonenya, dan secara posisi, ia termasuk yang cukup aman. Pasalnya, sementara Zekken Isshiki memegang 2 kartu dan Nakamori Ai memegang 4 kartu, ia sendiri memiliki 7 buah kartu Arcanagram di tangannya, lebih dari jumlah kartu kedua pemain yang tersisa bila digabung sekalipun. Meski demikian, ia berusaha untuk tidak selengah pemilik [The World] yang baru saja tersingkir dan mempertahankan posisi sebagai pengamat keadaan.

Hanya saja, Tobari Hideya sudah mengerti dengan jelas skenario yang mungkin terjadi setelah ini.

Ada sekitar 3 jam waktu untuk menyelesaikan permainan ini sebelum batas waktu berakhir. Bila permainan ini selesai begitu saja tanpa ada pemenang, maka [pencipta] otomatis dinyatakan menang. Masalahnya, sampai detik ini tidak ada yang benar-benar tahu siapa [pencipta] yang dimaksud, seklipun tinggal tersisa tiga pemain. Awalnya Hideya menyengajakan diri untuk tampil di antara tiga pemain lain sebelumnya karena mengira bisa menemukan siapa [pencipta] dari diskusi tersebut, namun sayang pembicaraan berhenti di tengah jalan karena pemilik [The Justice] tiba-tiba mengamuk tanpa alasan jelas.

Kalau ia sendiri adalah [pencipta], maka ia tinggal mengulur waktu sampai permainan ini selesai. Kalau ia bukan pencipta, ia harus bergerak sebelum permainan ini berakhir.

Tapi pilihan yang manapun tidak memerlukannya untuk bergerak cepat. Memang waktu yang tersisa tidak bisa dikatakan banyak, tapi juga tidak sedikit bagi orang seperti Hideya yang tidak merasa apapun perlu dilakukan secara terburu-buru.

Hideya memutuskan untuk berkeliling sebentar sambil memikirkan skenario yang mungkin terjadi bila ia benar-benar tersisa bersama satu peserta terakhir. Melihat keramaian jauh di sana, ia jadi berpikir,

Alangkah menyenangkannya kalau ia juga bisa merasakan keramaian yang didengar oleh orang-orang di sana.

Part 2

Sama halnya seperti Tobari Hideya, Nakamori Ai juga menyayangkan gagalnya diskusi di antara pemain yang tersisa.

Sejujurnya ia muak dengan permainan ini, yang telah membuatnya harus menyaksikan banyak jiwa menghilang, dan bahkan memaksanya untuk merasakan dendam sekalipun yang ia temui hanyalah kehampaan setelah dendam itu dibalaskan. Sejak awal, ia hanya ingin merasa damai. Salahkah ia merasa seperti itu? Salahkah ia karena berusaha untuk mengejar jalan tengah dan tidak mengikuti permainan ini sebagaimana mestinya?

Nakamori Ai hanya ingin percaya. Baginya, lebih mudah mempercayai sesuatu daripada harus meragukannya. Dan karena itu juga, ia merasa lebih tenang bila semuanya adalah kawan daripada lawan.

Itu juga yang membuatnya sedikit tenang saat melihat mimpi tentang 'ingatan pra-permainan' pagi ini. Di sana, ia melihat Kiyama Kaoru yang menjadi pemain pertama yang ia temui, Tsuchikage Yadomaru yang tidak ia ketahui nasibnya, dan Yuuzawa You yang sempat membuatnya merasakan dendam, berada di satu tempat dan mengobrol seperti sudah saling mengenal sebelumnya. Hal itu saja sudah cukup untuk membuatnya percaya kalau semua pemain sebenarnya saling berhubungan.

Namun ia juga masih tidak mengerti. Kalau memang demikian, kenapa semua pemain setuju untuk membuat permainan seperti ini?

Untuk mengubah persepsi terhadap dunia? Apakah sebelum permainan ini, setiap dari mereka tidak melihat dunia ini sebagaimana mestinya?

"...."

Ai sadar kalau berpikir saja tidak akan membawa apapun untuk sekarang. Yang ia perlu lakukan adalah bergerak, sebelum dirinya justru diincar oleh pemilik [The Justice].

Sejak hilangnya Asagiri Sora pemilik [The World], Ai tidak melihat Tobari Hideya ketika dirinya melarikan diri. Karena berusaha untuk menghindari Zekken Isshiki jugalah, ia belum sempat mengecek apakah Tobari Hideya masih baik-baik saja. Maka ia mengirimkan pesan singkat untuk menanyakan Hideya.

Jawaban dari Hideya cukup melegakan Ai, mengetahui lelaki itu baik-baik sja mengurangi bebannya untuk berjuang sendirian. Tanpa ragu, ia kemudian bertanya,

[Apa yang akan kau lakukan setelah ini?]

Hideya membalas,

[Aku tidak tahu. Kalau boleh memilih, aku akan diam saja sampai permainan nyaris berakhir...tapi pemilik [The Justice] itu pasti tidak berpikiran sama, dan kau pasti menentang ini. Jadi, katakan saja kalau kau perlu bantuanku.]

Ai bersyukur bahwa ternyata Tobari Hideya memang orang yang bersedia membantu seperti yang ia bayangkan. Meski tidak berada bersamanya saat ini, Ai cukup tenang mendengar Hideya menawarkan bantuan tanpa ia minta.

{Hideya-san, sejujurnya aku tidak yakin bisa membuat Zekken Isshiki berbicara lagi baik-baik dengan kita seperti yang diusahakan oleh Asagiri Sora sebelumnya. Pada kasus terburuk, aku akan memerlukan bantuanmu untuk menyingkirkannya seperti yang kita lakukan pada pemilik [The Emperor]. Kau mungkin akan membenciku karena hanya bisa meminta bantuan seperti ini, tapi aku tidak bisa memikirkan hal lain lagi. Aku lebih berharap bisa mengakhiri permainan ini dengan orang yang masih bisa berpikir dengan tenang sepertimu. Bagaimana? Sekali lagi, maaf bila permintaanku ini tidak enak bagimu.]

Ai tidak percaya seberapa panjang pesan yang ia kirimkan pada Hideya. Kelihatannya ia benar-benar bertaruh pada permintaan yang satu ini.

Lama ia menunggu, namun Tobari Hideya tak kunjung membalas pesannya.

Ai menjadi khawatir. Apakah Hideya tersinggung? Apakah dia memutuskan untuk membiarkan Ai tersingkir karena berusaha memanfaatkan kebaikannya? Apakah---

Pikiran buruk yang sesaat menghampiri Ai segera lenyap setelah mendapatkan pesan balasan dari Hideya dan membacanya.

[Apapun rencanamu, aku ikut.]

Part 3

Apa yang dilakukan Hideya sebenarnya lebih berlandaskan insting untuk mencari aman di saat-saat terakhir seperti ini alih-alih murni karena ingin membantu orang seperti Ai.

Lagipula, dibanding Zekken Isshiki, Nakamori Ai tampak lebih menakutkan sebagai lawan bagi Tobari Hideya. Tidak hanya karena dia memegang 4 kartu, tapi juga karena Hideya tahu, Ai sudah memiliki pengalaman berhadapan dengan pemain lain jauh banyak daripada Zekken Isshiki ataupun dirinya sendiri.

Terlebih lagi, kemampuan [The Devil] miliknya juga mencurigakan. Bila, seandainya saja, sebelum permainan ini dimulai setiap pemain memang memiliki kemampuan Arcanagram mereka seperti ini...bukankah kemampuan untuk memodifikasi ingatan adalah yang paling mungkin menjadi otak di balik semua ini?

Hideya tidak yakin, tapi juga lebih memilih untuk mengikuti apa yang direncanakan Nakamori Ai saat ini.

Kemungkinan perempuan bertopi itu adalah [pencipta] kini terasa lebih besar daripada kemungkinan Hideya adalah [pencipta] itu sendiri.

Part 4

Zekken Isshiki tidak mngerti apa yang terjadi pada dirinya sendiri.

Ia tidak mengerti, namun juga merasa ketidakmengertiannya itu sebagai sebuah masalah. Sebaliknya, ia merasa sangat ringan saat ini.

Kata-kata yang ditinggalkan oleh Kiyotaka Tooru masih terngiang di kepalanya. Ia bukanlah satu individu, bila terus bergerak atas nama keadilan seperti yang ia lakukan saat ini. Hanya ketika ia melakukan apa yang ia inginkan seperti inilah ia benar-benar merasa bebas.

Jauh di lubuk hatinya, ia menolak untuk mengakui kata-kata Kiyotaka Tooru. Namun sebagian besar dari dirinya sudah terlanjur menerima kalau keadilan absolut hanyalah apa yang dipersepsikan oleh satu orang, bukan apa yang ditetapkan oleh satu sistem.

Dengan kata lain, selama ia merasa dirinya benar, ialah representasi dari kebenaran itu sendiri.

Ia tidak peduli lagi dengan permainan Arcanagram ini. Tidak, sejak awal juga ia tahu kalau ia tidak akan begitu peduli seperti apapun hasil akhir dari permainan ini.

Berkebalikan dari pemikiran Nakamori Ai maupun Tobari Hideya, Zekken Isshiki benar-benar kehilangan minat untuk melanjutkan semua ini.

Dan ia tidak menyadari kalau apa yang ia lakukan saat menyingkirkan Asagiri Sora sudah terlanjur berbuah kesalahpahaman mengenai pandangan dua pemain tersebut terhadap dirinya.

Karena itulah, ia tidak menyadari saat tiba-tiba saja sebuah tangan berusaha menyambar kartunya.

"---!!"

Namun refeleks Isshiki jauh lebih cepat. Sebelum tangan asing itu berhasil meraih kartunya, ia sudah terlebih dahulu menghindar di tnegah-tengah keramaian.

Banyaknya orang lain juga berarti seseorang akan lebih mudah untuk menumbalkan orang lain atau bersembunyi di anntara orang lain saat diserang. Zekken Isshiki sadar betul kalau ini pasti perbuatan salah satu dari dua pemain lain yang baru saja ia lihat.

Jadi, mereka masih berniat untuk menyingkirkannya?

Entah mengapa, Isshiki tersenyum.

Penyerangnya kelihatannya sudah berbaur lagi dengan lautan manusia, sehingga Isshiki tidak bisa melihatnya. Namun ia bukan detektif bila tidak memiliki kemampuan mengenali dan melacak target yang ia kejar.

Dari seseorang yang diburu, Isshiki berubah menjadi pemburu.

Darahnya terasa meluap-luap. Isshiki kini merasa menyingkirkan pemain lain akan membuktikan bahwa dia adalah kebenaran dalam permainan ini. Ya, sekali lagi Isshiki mendadak berubah pandangan. ia sadar dengan hal ini, namun juga merasa inilah hal yang benar. Kebenaran harus bisa beradaptasi dengan situasi, dan situasi saat ini mengharuskannya untuk menyingkirkan mereka yang masih berani melawannya!

Isshiki mengejar sosok yang ia yakini sebagai penyerangnya barusan menerobos keramaian pejalan kaki di tengah kota di malam hari. Ia tidak akan membiarkan orang ini sampai lari ke tempat kosong. Menangkap basah orang ini di tengah-tengah keramaian pasti akan membuat orang tersebut ragu untuk memakai kemampuan Arcanagramnya!

Saat kerumunan orang yang berjejer menonton parade menghalangi jalur lari mereka, Isshiki akhirnya bisa mengenali penyerang yang saat ini ia kejar sebagai seorang perempuan bertopi bernama Nakamori AI.

Perempuan itu sekilas terlihat seperti panik dan mengeluarkan kartu lain dari sakunya. Isshiki tidak tahu apakah memegang kartu diperlukan untuk memakai kemampuan Arcanagram, tapi ia kini sadar seseorang memang bisa memakai lebih dari satu kemampuan. Maka ia mengeluarkan kartu [The Judgement] yang ditinggalkan oleh Kiyotaka Tooru dan mencoba memakainya.

Meski ini pertama kali ia menggunakan kartu tersebut, tanpa kesulitan ia segera membuat peraturan di mana 'dilarang menggunakan kemampuan kartu selain kartu asli milik sendiri' dengan hukuman 'kartu sekunder yang digunakan akan hancur setelah satu kali pemakaian'. Tentu saja, hal ini berarti [The Judgement] yang ia pegang akan hancur segera setelah peraturan itu berlaku, tapi Isshiki tidak begitu peduli. Toh ia memang tidak ingin memakai kartu yang ditinggalkan oleh Kiyotaka Tooru itu terlalu lama, sekaligus ingin mencoba apakah efek kemampuan Arcanagram ini masih berlangsung sekalipun kartunya hancur.

Sesuai dugaannya, kartu [The Judgement] hancur dengan sendirinya setelah ia mengkonfirmasi aturan tersebut. Kini ia hanya memiliki [The Justice] yang sudah ia miliki sejak awal permainan. Bagi Isshiki, satu kartu ini saja sudah lebih dari cukup.

Dan taruhannya terbukti berhasil. Perempuan yang ia kejar tadi memang sempat menghilang sesaat dari pandangannya, namun kini muncul lagi dengan kebingungan sambil melihat ke arah tangannya yang tidak memegang apa-apa.

Jarak mereka saat ini dipisahkan oleh jalan raya di mana parade berlangsung. Kelihatannya perempuan itu baru saja menggunakan sebuah kemampuan untuk kabur darinya ke seberang sana. Tapi kini, Isshiki yakin sekali dapat menangkapnya dengan mudah. Tanpa melepaskan pandangannya seperti seekor serigala yang menemukan dan mengunci pergerakan mangsanya, Isshiki segera bergerak saat perempuan itu kembali bergerak untuk berpindah tempat.

Apakah Isshiki perlu berteriak sesuatu sekarang agar perempuan itu berhenti?

Tidak, itu hanya akan buang-buang tenaga dan menarik perhatian orang-orang sekitar. Tentu saja, mereka sudah cukup menarik perhatian dengan berlari di tengah keramaian seperti ini, tetapi Isshiki tahu membawa mereka yang tidak terlibat cuma akan memberatkan dirinya. Mungkin sedikit bagian dari dirinya masih mencoba melindungi keadilan yang ia anut dengan tidak melibatkan warga sekitar.

Yang jelas, Isshiki tidak akan membiarkan perempuan ini hilang dari pandangannya!

Part 5

Nakamori Ai tidak mengerti apa yang terjadi.

Kartu [The Moon] yang dipegang Ai hilang begitu saja setelah ia gunakan. Ia tidak tahu kenapa, tapi ini pasti ada hubungannya dengan sesuatu yang dilakukan oleh Zekken Isshiki. Seingatnya, pria itu memegang kartu [The Judgement] milik Kiyotaka Tooru. Ai enggan bertanya darimana Isshiki mendapat kartu itu saat mereka pertama bertemu, tapi setidaknya ia mengenal betul kemampuan [The Judgement], dan keadaan saat ini kemungkinan adalah salah satu efek dari kartu itu. Bahkan rencananya untuk melakukan serangan diam-diam menjadi percuma karena Isshiki kini berbalik mengejarnya.

Sejauh ini, Ai memang bukan tipe yang akan bertarung secara langsung. Sebisa mungkin taktik yang ia miliki adalah mengulur musuh dan mengakhirinya dengan satu serangan pamungkas.

Ia berusaha untuk mencari jarak karena perlu menghubungi Tobari Hideya mengenai kondisinya. Namun tentu saja hal itu sulit dilakukan karena ia tidak bisa mengetik pesan sambil berlari seperti ini.

Apa yang harus ia lakukan? Seperti biasa Ai bertanya kepada dirinya sendiri. Dalam situasi seperti ini, ia tak bisa mengandalkan siapapun selain dirinya sendiri. Mungkin Tobari Hideya memang menyanggupi untuk membantunya, tapi entah kapan bantuan itu akan datang. Masihkah Ai bertahan hingga Hideya sampai di tempat yang sama dengannya?

Saat ini Ai memegang [The Devil], [The Fool], dan [The Chariot]. Ai menjadi enggan menggunakan kartu [The Devil] karena takut kartu itu hilang setelah digunakan seperti [The Moon], dan itu berarti sama dengan tersingkir dari permainan ini. [The Fool] adalah kartu kuat bagi Ai, dan ia akan sangat menyayangkan kalau harus kehilangan kemampuan yang satu ini. Sementara [The Chariot]...Ai masih tidak tahu apa yang bisa ia lakukan dengan [The Chariot] dalam kondisi ini.

Tiba-tiba ia mendapat ide.

Ia mencoba menggunakan [The Chariot] untuk membuat 'kemungkinan Hideya datang menyelamatkannya dalam waktu dekat' menjadi 100%. Sesuai dugaannya, kartu itu hilang setelah dipakai, dan ini membuktikan kalau ia memang harus berhati-hati dalam menggunakan kartu. Kebingungan, ia akhirnya kehilangan arah dan sulit untuk bergerak di tengah keramaian sementara Zekken Isshiki hampir berhasil menyusulnya.

Ia harus bertarung. Ia sama sekali tidak punya kemampuan bertarung tangan kosong, tetapi ia tak punya pilihan lain selain menghadapi Isshiki secara langsung.

Isshiki tampak menyeringai saat melihat Ai berhenti berlari. Dengan sebuah tangan terbuka ia tampak berusaha meraih Ai, sebelum kemudian mendadak terpental ke samping.

"Eh?"

Ai baru mengerti apa yang baru saja terjadi saat sosok Hideya muncul dan terhempas ke arah yang berlawanan dengan Isshiki, membuat kerumunan orang-orang menghindar dan mulai berbisik-bisik apa yang tengah terjadi.

Yang pertama Ai pikirkan bukanlah bahwa [The Chariot] yang ia gunakan telah bekerja, melainkan fakta bahwa Isshiki dan dirinya melihat Hideya. Setahunya Hideya pasti menggunakan [The Hermit] bila ingin melancarkan serangan tak terlihat pada Isshiki seperti yang ia lakukan juga pada pemilik [The Emperor] beberapa waktu lalu. Jadi kenapa beberapa detik tadi Isshiki bisa mengetahui keberadaan Hideya dan menyerangnya hingga terhempas seperti itu?

Sebuah kartu di tangan Isshiki mendadak lenyap, namun Ai masih sempat melihat kartu apa itu.

Itu adalah kartu yang telah menemaninya sepanjang permainan ini, yaitu kartu [The Fool]. Mengapa kartu itu ada di tangan Isshiki? Ia merogoh sakunya, tetapi kartu itu masih ada. Jadi, dari mana Isshiki bisa sampai memegang kartu [The Fool] kedua?

Ai mencoba bersembunyi di balik kerumunan, menghilangkan diri dari pandangan Isshiki sambil berpikir sebelum baik Hideya maupun Isshiki yang ada di depannya bangkit.

Ini pasti ada hubungannya dengan kemampuan [The Justice] milik Isshiki. Kemampuan [The Justice] adalah membuat keadaan satu orang sama dengan pemilik [The Justice] atau sebaliknya. Jadi bagaimana---

Tunggu. Ai segera menyadari sesuatu.

Pria itu...dalam waktu singkat menebak dan menduplikat kartu milik Ai saat merasakan datangnya Hideya? Bagaimana mungkin?

Selama ini Ai mengira hanya dirinya yang punya persepsi kuat terhadap keberadaan pemain lain dan penggunaan kartu Arcanagram. Tetapi kelihatannya pria ini setingkat lebih tinggi daripada dirinya.

Bila dugaannya benar, itu berarti [The Justice] bisa digunakan untuk menjadikan kemampuan satu kartu sama dengan kartu lain, atau mungkin menjadikan pemilik [The Justicce] memegang kartu yang sama dengan pemain lain. Tetapi ada yang aneh. Kenapa Isshiki yang menggunakan [The Justice] dan Hideya yang menggunakan [The Hermit] tidak kehilangan kartu utama mereka seperti yang sebelumnya terjadi pada dua kartu Ai?

Ai kembali berpikir dan segera menemukan kesamaan di antara keduanya.

Baik [The Justice] maupun [The Hermit] adalah kartu primer mereka, dan yang sejak tadi hilang adalah kartu sekunder. Ai mencoba memakai [The Devil] miliknya pada orang terdekat (untuk sekedar memanipulasi informasi soal kejadian ini), dan ternyata kartunya tidak hilang!

Kini Ai tidak takut lagi. Ia sudah memecahkan misteri kemampuan [The Justice] dan kondisi aneh ini!

Dengan segera ia mengetikkan pemikirannya untuk disampaikan pada Hideya. Tapi kemudian ia sadar kalau pesannya akan terlalu panjang dan sulit dibaca oleh Hideya dalam keadaan ini. Maka ia mengirimkan dua pesan singkat yang berbunyi, [Jangan gunakan kartu sekunder!], dan [Pemilik [The Justice] bisa meniru kemampuan kartu lain!].

Ia melihat kembali ke arah di mana dua lelaki itu seharusnya berada dari jarak yang cukup jauh dari tempat semula, namun tidak menemukan Isshiki atau Hideya di sana.

Ke mana hilangnya dua orang itu?

Merasa tidak enak telah mengandalkan Hideya, Ai mencari-cari sosok keduanya di antara keramaian malam ini.

Part 6

Saat akhirnya sempat membaca pesan Ai, Hideya sudah terlanjur kehilangan kartu [The Death] ketika ia mematikan pandangan Isshiki untuk kabur darinya setelah serangan diam-diam yang gagal.

Alhasil, kelihatannya target pengejaran Isshiki berubah dari Ai menjadi Hideya. Hideya tidak begitu percaya diri dengan kemampuan fisiknya apalagi kalau harus berlari dari kejaran seseorang yang kelihatannya lebih kuat secara fisik darinya, jadi tanpa segan-segan ia sudah menggunakan kartu [The Sun] untuk menjaga jarak antara dirinya dan Isshiki tanpa mengindahkan peringatan Ai.

Kartu [The Sun] memang lenyap setelah pemakaian, namun efeknya ternyata masih bekerja. Sebagai bukti, Isshiki tidak bisa mendekati Hideya sekalipun mereka berdua bisa saling melihat satu sama lain.

Posisi mereka saat ini adalah di depan daerah pertokoan yang kelihatannya sepi karena hampir tutup, mengingat jam sekarang sudah hampir menunjukkan pukul 10. Hideya dapat melihat Isshiki terus mengikuti dalam jarak tertentu yang tidak berubah ke manapun ia berjalan, membuatnya sedikit menyesal telah memakai [The Sun] kalau malah jadi menyeret orang ini ke mana-mana.


Sialnya lagi, ia tidak bisa berbicara. Jadi berkomunikasi dengan Zekken Isshiki tidak ada dalam pilihannya, sementara orang yang bersangkutan terlihat masih begitu berminat mengejar Hideya. Benar-benar orang yang merepotkan.

Part 7

Tanpa Tobari Hideya sadari, Isshiki telah berhasil mendapatkan duplikat dari 4 buah kartu yang dipegang oleh Hideya, yaitu [The Lovers], [The Magician], [The Temperance], dan [The Hierophant].

Sebelum aksi pengejaran dan penyerangan malam ini, Isshiki sendiri tidak tahu kalau kemampuannya bisa melakukan sesuatu seperti ini. Hanya saja, ia tidak bisa mendapatkan [The Hermit] untuk satu alasan yang tidak ia mengerti, tapi mungkin itu hanya berarti kemampuannya punya batasan.

Ia bereksperimen dengan mencoba menggunakan [The Hierophant] pada Hideya, namun gagal. kelihatannya kartu yang satu ini memiliki semacam jarak efektif penggunaan, karena entah mengapa ia tidakl bisa mengambil alih tubuh Hideya sejak tadi. Ia tidak mengerti apa yang bisa ia lakukan dengan [The Lovers], jadi ia menghancurkannya. Ia lalu memakai [The Temperance] untuk menyatukan sebuah motor di tempat parkir dengan sepatu yang ia kenakan, dan alhasil kini di kakinya terpasang sebuah roda motor dengan berbagai juluran mesin. Dan akhirnya dengan [The Magician], Isshiki mencoba untuk 'mengubah kemampuan kakinya untuk bisa mengeluarkan pisau angin dengan tendangan'.

Sejak tadi ia tidak bisa mempersempit jaraknya dengan Hideya. Kemungkinan orang itu melakukan sesuatu dengan kartunya yang tidak sempat Isshiki jiplak, namun itu berarti ia hanya perlu melakukan pertarungan jarak jauh.

"Terima ini!"

Isshiki mengayunkan kakinya, dan sebuah angin kencang bagi pisau tajam mengoyak udara. Di kejauhan, Hideya tampak menyadari apa yang Isshiki lakukan dan segera berlindung ke samping.

"--?!"

'Pisau angin' Isshiki mengenai bangunan pertokoan dan menghancurkan dindingnya semudah memotong kue.

Part 8

Ini tidak lucu, pikir Hideya. Apa-apaan perkembangan cerita yang mendadak seperti shounen manga generik begini? Hanya karena ini pertarungan terakhir, bukan berarti lawan terakhir harus mengembangkan kemampuan konyol seperti tokoh manga yang berubah wujud!

Tapi Hideya sendiri tak bisa menyangkal kalau 'pisau angin' Isshiki terbukti efektif (meski ia masih tak mengerti kenapa Isshiki harus mengubah kakinya...mungkin agar terlihat keren?). Sekalipun jarak antara mereka masih relatif terjaga karena efek [The Sun], kini Hideya mau tak mau jadi harus menghindar ke sana-sini setiap kali Isshiki mengejar sambil melepaskan tendangan ke arahnya dari kejauhan. Diam sedikit saja, pisau angin Isshiki yang memiliki kecepatan luar biasa pasti akan mengenainya meski dari jarak sejauh ini.

Hideya bingung harus berbuat apa. Haruskah ia mengambil alih kesadaran Isshiki dengan [The Hierophant]? Tapi kalau kartu ini hancur setelah pemakaian, itu berarti ia tidak akan bisa kembali ke tubuhnya sendiri. Ia masih tidak tahu apa yang bisa dilakukan tiga kartu lainnya (selain [The Hermit]), dan di tengah-tengah situasi suram ini, ia akhirnya bergantung pada satu kesempatan untuk mengetik dan mengirim sesuatu pada Nakamori Ai.

Sebuah pesan singkat yang menjelaskan di mana dia berada.

Bukan gaya Hideya untuk meminta pertolongan orang lain, tetapi harus ia akui ia sedang terdesak. Kalau sudah begini, yang bisa ia lakukan hanyalah mengulur waktu sampai Ai tiba dan membantunya dan tidak berpindah tempat sejauh mungkin supaya tetap berada di distrik pertokoan ini.

Yang Hideya tidak suka adalha, apa yang ia dan Isshiki lakukan saat ini menarik kembali perhatian warga sekitar. Daerah yang seharusnya sudah sepi karena toko-toko tutup kembali didatangi mereka yang mungkin baru pulang dari festival dan mendegar keributan dari tempat ini.

Ingin Hideya berteriak dan menyuruh mereka pergi, sayangnya ia bicarapun tak bisa. Ia hanya berharap di tengah kegilaannya, pria bernama Zekken Isshiki itu masih punya pandangan untuk tidak melibatkan mereka yang bukan pemain.

Tidak, Hideya bukan orang suci yang berusaha menyelamatkan mereka yang tak berdosa. Hanya saja, ia merasa akan sangat direpotkan kalau harus menanggung beban orang lain, sekalipun mereka hanya sekedar penonton.

"....?"

Kemudian Hideya menyadari sesuatu.

Serangan Isshiki berhenti, dan dia tidak lagi terlihat mengejarnya. Zekken Isshiki terlihat mengmati keadaan Sekitar, dan memberi isyarat dengan gerakan tangan untuk meminta orang-orang menjauh. pria itu kemudian menatap Hideya tajam, seolah juga menyuruhnya untuk menyingkirkan orang-orang ini dari tempat 'pertarungan' mereka.

Jadi, ternyata dia sepemikiran dengan dirinya?

Hideya tak menyangka orang yang mengincar nyawanya masih berpikir seperti itu. Atau mungkin dia salah sangka? Tidak tidak, orang ini bisa menghancurkan kartu orang lain dengan mudah dan jelas-jelas mengejar Ai dan dirinya sejak tadi dengan tujuan yang sama, jadi pasti dia cuma sepemikiran dengan Hideya mengenai keterlibatan orang lain.

Dan ini artinya, 'gencatan senjata' sementara.

Berusaha mengikuti kemaunan Isshiki, Hideya pun menunggu hingga kerumumana orang-orang mereda dengan tidak melakukan apa-apa, dan berharap mereka segera meninggalkan tempat ini.

Dipikir-pikir, ini cara yang bagus juga untuk mengulur waktu sambil menunggu Ai datang. Maka Hideya menggunakan kesempatan ini untuk mengirimkan pesan mengenai kondisinya dan apa yang ia amati dari Isshiki kepada Nakamori Ai.

Part 9

Zekken Isshiki masih merasa secara esensi ia adalah representasi dari keadilan, dan keadilan yang ia anut adalah keadilan yang melindungi banyak orang.

Dengan kata lain, sekalipun semenjak kematian Tooru pandangannya mengenai pihak yang benar berubah, itu bukan berarti ia mengubah prinsipnya soal siapa yang perlu terlibat dalam proses 'pengadilan'nya.

Ya, bagaimanapun juga ia adalah detektif polisi lebih dari pemain Arcanagram. Keselamatan warga masih menjadi prioritasnya sekalipun ia sendiri sadar ia tampak seperti tokoh antagonis bagi pemain Arcanagram lain. Beruntung tampaknya Tobari Hideya pemilik [The Hermit] mengerti apa yang sedang ia lakukan, jadi ia tidak perlu kehilangan momentum dengan melepaskan pandangan darinya.

"Polisi! Kami sedang menangani sebuah kasus, mohon tinggalkan tempat ini segera! Kuulangi, tolong tinggalkan tempat ini segera!"

Sulit membuat orang mengikuti apa yang kau katakan saaat kau tampak seperti setengah robot, tapi Isshiki kelihatannya tidak menyadari hal ini dan malah mengusir kerumunan orang dengan mengejar mereka seolah-olah dia seorang monster. Ia bahkan tidak sadar kalau orang-orang meninggalkan tempat ini karena takut dengan penampilannya alih-alih karena dia baru saja mengatakan dirinya polisi.

Tapi yang jelas, akhirnya tempat ini mulai berangsur-angsur sepi kembali.

Namun semua itu tidak berlangsung lama, karena Isshiki mendengar suara deru mesin yang terdengar semakin dekat.

"...?"

Semakin dekat, hingga ia dapat mengenali suara apa ini.

Sebuah mobil.

Sebuah mobil tiba-tiba saja muncul dari jalan raya dan melaju di sepanjang distrik pertokoan, seolah tidak memedulikan jalanan seperti halnya film aksi. Spontan orang-orang yang masih tersisa lari berhamburan meninggalkan tempat itu.

"Apa-apaan ini?!"

Mobil itu terus melaju kencang, lurus ke arah Isshiki, dan menabraknya.

Part 10

Bahkan Tobari Hideya sekalipun tidak menyangka apa yang ia lihat benar-benar terjadi.

Sebuah mobil sport berhenti tepat di depannya, dan dari balik jendela tampak Nakamori Ai yang sedang mengemudikan mobil ini. Tatapan matanya seolah meminta Hideya untuk 'cepat masuk!', jadi Hideya membuka pintu mobil itu dan masuk.

Dari kaca spion, Hideya dapat melihat Isshiki masih bangkit sekalipun baru saja ditabrak mobil dengan kecepatan tinggi. Tidak, mungkin kaki berodanya menyelamatkannya di detik-detik sebelum mobil ini menabrka dirinya? Hideya tidak tahu, tapi yang jelas berdirinya Isshiki bukan hal yang baik.

Ai mengirimkan sebuah pesan pada Hideya.

[Pakai sabukmu.]

Ternyata pesan sederhana. Mendengar mesin mobil kembali berderu, Hideya mengirimkan sebuah pesan,

[Dari mana kau dapat mobil ini? Apa yang akan kita lakukan? Bagaimana dengan dia?]

Ai hanya tersenyum kecil dan mengirim satu pesan sebelum menginjak gas.

[Jangan membuat pengemudi mengetik pesan sambil berkendara kalau tidak ingin celaka.]

Mengerti kalau mereka akan pergi jauh dari tempat ini, Hideya menghentikan efek [The Sun] supaya Isshiki tidak ikut tertarik saat mereka pergi dengan jarak jauh.

Part 11

Sumber kekuatan Nakamori Ai adalah 'kebersamaan dengan orang lain'.

Sepanjang permainan Arcanagram ini, Ai selalu bersama orang lain dalam menghadapi pemain yang menjadi lawan. Kartu [The Devil] , terlepas dari konotasi negatif yang mungkin orang-orang miliki saat melihat bahwa kartu ini adalah perlambangan iblis, memang memiliki makna serupa. Bagaimanapun juga, saat Tuhan mengeluarkan iblis dari surga, iblis telah berjanji akan menghasut dan menjadikan manusia-manusia yang bisa ia ajak sebagai rekannya di neraka setelah hari akhir. Dikatakan pula bahwa iblis selalu berada di tengah-tengah manusia, berteman dan kadang memanfaatkan manusia untuk hal-hal yang ia inginkan.

Kurang lebih hal yang sama terjadi pada Ai, entah ia sadari atau tidak. Ia akan lebih mudah bergerak kalau ada orang lain yang bisa membantunya.

Mobil yang ia dan Hideya naiki melaju meninggalkan daerah pertokoan. Sekalipun Zekken Isshiki belum 'kalah' dengan serangan dadakan tadi, Ai telah mencuci otak beberapa orang di keramaian parade sebelumnya untuk membantunya 'menahan Isshiki'. Ia melihat usahanya berhasil, karena kini Isshiki diserbu oleh kerumunan massa di belakang mereka, sementara Ai memacu gas untuk pergi sejauh mungkin.

Sebenarnya kabur bukan satu-satunya opsi yang mereka punya, tapi untuk saat ini, itu yang terbaik yang bisa Ai pikirkan.

Akhirnya mereka sampai kembali di jalan raya. Ai sengaja memilih orang-orang yang ada di tengah parade untuk 'membantunya' karena dengan begini, jalanan menjadi cukup kosong untuk kendaraan (yang memang tidak banyak terlihat malam itu karena beberapa jalan ditutup untuk parade) bisa lewat dan menggunakan jalan.

"Dengan begini, kita aman---"

Ai menatap Hideya, dan lelaki itu tampak menunjuk ke belakang.

"!?"

Di luar dugaan, Zekken Isshiki sudah mengejar mereka dengan dua kaki berodanya.

Apa yang terjadi dengan orang-orang di belakangnya? Apa mereka sudah dikalahkan secepat ini?

"Ukh.." Ai menggigit bibir. Beruntung jalanan kosong, jadi Ai memacu mobil sekencang mungkin untuk meninggalkan Isshiki di belakangnya.

Namun Isshiki tak kalah cepat. Kelihatannya mesin motor yang ia pakai untuk bergerak juga tidak bisa diremehkan.

Masih ada jarak di antara mereka bertiga, tetapi jelas Isshiki dapat mengimbangi kecepatan ini. Ada satu kesempatan saja, bukan tidak mungkin pria itu menyusul. Adegan serupa balapan liar kini terjadi antara sebuah mobil sport dan pria dengan roda motor di kakinya. Benar-benar pemandangan absurd bagi siapapun yang bisa melihatnya.

Ai terlalu terfokus pada jalanan hingga tidak menyadari kalau Isshiki melakukan sesuatu selain mengejar di belakang mereka.

Pria itu mengayunkan kakinya, dan sebuah pisau angin tercipta.

ZRAAAASH!!

"!!?"

Mendadak Ai kehilangan kendali atas mobilnya. Ia tidak tahu kalau Isshiki berhasil melucuti ban belakang mobil tersebut dengan pisau angin rendah. Ternyata kecepatan pisau angin dari kaki Isshiki bahkan lebih cepat daripada laju kendaraan itu.

Ai tidak sempat melakukan apa-apa saat ia kehilangan kendali selain membanting setir ke pinggiran jalan, Mereka telah berada di ujung kota, dan kini mobil tersebut terperosok ke daerah hutan di perbatasan kota.

Ai segera mengisyaratkan Hideya untuk meninggalkan mobil selepas mobil kahirnya berhasil direm sekuat tenaga dan berhenti di tengah perbatasan antara jalanan dan hutan.

Susah payah ia berpikir mengenai situasi ini, tapi kelihatannya tidak ada cara lain.

Mereka harus memecah perhatian Isshiki menjadi dua bila ingin selamat. Sekali lagi, mereka harus berpencar.

Ai tidak yakin ia bisa melakukan sesuatu selain mengalihkan perhatian, maka dalam waktu yang sempit ini, keputusan yang ia ambil adalah menyerahkan [The Devil] pada Hideya dan menyuruhnya hilang dari pandangan Isshiki ke dalam hutan.

"...?"

Hideya tampak tak mengerti, tapi tak ada waktu lagi. Sebentar lagi Isshiki pasti sampai ke sini. Ai mendorong Hideya untuk menjauh darinya sambil mengirim pesan singkat [Aku ulur waktu. Kau bantu aku.] tanpa bisa menjelaskan detil apa yang ada di kepalanya.

Sejak awal, rencana mereka untuk menangani Isshiki memang sama dengan cara mereka mengalahkan pemilik [The Emperor]. Ai akan mengalihkan perhatian, dan Hideya akan mengalhakn lawan mereka diam-diam.

Lalu kenapa Ai menyerahkan [The Devil] pada Hideya?

Semua itu semata-mata karena ia takut. Ia takut mati, tetapi ia lebih takut lagi kalau harus lenyap begitu saja seperti Asagiri Sora. Siapa yang tahu apa ayng akan Isshiki lakukan bila merebut kartunya? Siapa yang tahu kalau ia berhasil merebutnya dan memakainya untuk menyulitkan Hideya?

Ai tidak mau itu terjadi, sehingga ia memercayakan kartunya pada Hideya.

Lagipula, sejak awal baginya lebih puda memercayai daripada meragukan.

Part 12

Sumber kekuatan Zekken Isshiki adalah 'keadilan absolut yang berlaku'.

Tentu saja, pengertian keadilan di luar hukum dan aturan adalah abstrak, maka lebih tepat bila dikatakan keadilan yang dimaksud mengacu pada prinsip Isshiki sendiri mengenai apa yang benar dan apa yang salah. Selama ia melihat sesuatu sebagai benar, maka ia akan memperjuangkannya. Bila sesuatu itu salah, ia tidak akan segan-segan untuk memperbaiki atau menyingkirkannya. Dan dengan posisinya sebagai penegak hukum dan aturan, tidak ada posisi dan prinsip yang lebih tepat bagi seseorang seperti Zekken Isshiki. Semua ini sesuai dengan pola pikirnya dalam hidup.

Karena itulah, bila hanya ada satu pemenang dalam permainan Arcanagram ini, maka semua pemain selain dirinya pasti 'salah'.

Karena hanya ia yang memegang titel 'keadilan', dan keadilan selalu berdampingan bersama dengan kebenaran.

Karena itu pula, ia sangat membenci kenyataan bahwa pemilik [The Devil] itu melibatkan orang selain pemain dalam kekacauan ini, bahkan memanfaatkan mereka untuk menahannya. Semakin kuatlah keyakinan Isshiki bahwa hanya dirinya satu-satunya yang benar dalam permainan ini.

Tanpa kesulitan berarti ia melepaskan diri dari kepungan massa berkat kemampuan baru di kakinya. Berikutnya, ia segera mengejar mobil yang melarikan diri ke jalanan raya dengan kecepatan serupa, Kelihatannya tidak hanya kemampuan kakinya yang membantu, tetapi juga insting pemburu yang tidak melepaskan target sekalinya ia sudah bertekad untuk mengejar mereka.

Kaki beroda Isshiki memang praktis, tetapi sejujurnya itu bukan berarti Isshiki benar-benar terbiasa dengannya. Bagaimanapun juga, melaju dengan kecepatan tinggi hanya bermodalkan kakimu sendiri adalah sesuatu yang tak biasa, dan pasti menimbulkan perasaan aneh bila tidak mampu beradaptasi.

Saat mereka akhirnya sampai di jalanan ujung kota, Isshiki yang tak bisa mempersempit jarak memutuskan untuk mencoba menyerang.

Dan ternyata pisau angin dari kakinya berhasil menjangkau meobil tersebut.

Dalam beberapa kali percobaan serangan, Isshiki berhasil melucuti kendaraan tersebut hingga mereka terlihat terpaksa keluar dari jalur dan masuk ke hutan. Tak berapa lama kemudian Isshiki menyusul mereka, namun ia hanya mendapati perempuan bertopi tersebut di depan mobil yang telah berhenti sepenuhnya.

"...di mana laki-laki tuli itu?" tanya Isshiki.

"Kenapa aku harus memberitahumu?" balas perempuan itu.

"Hee...haruskah aku mencoba menari informasi darimu secara paksa?"

"Coba saja!"

Isshiki tidak tahu apa yang mampu dilakukan perempuan ini dengan [The Devil] miliknya, tetapi melihat perempuan itu terlihat yakin, Isshiki berpikir tidak ada salahnya berhati-hati.

Maka ia mengeluarkan kartu [The Hierophant] dan mencobanya kepada perempuan itu.

"!!"

Sesaat kemudian, sebuah reaksi aneh seperti penolakan terasa pada Isshiki.

Saat melihat sebuah kartu menghilang dari tangan perempuan itu, barulah Isshiki mengerti.

Perempuan ini...menggunakan [The Fool] untuk menghapus [The Hierophant] yang ia coba gunakan? Keputusannya bagus juga.

Akan tetapi, perempuan itu tidak memperhitungkan kalau Isshiki masih punya kaki ini.

Kini, perempuan itu pasti tidak punya apa-apa lagi untuk bertahan.

Begitulah pikir Isshiki, yang bahkan tidak memedulikan saat perempuan itu memencet sebuah tombol di handphone yang ia genggam.

Part 13

Sumber kekuatan Tobari Hideya adalah 'jarak jauh dari orang lain'.

Kemampuan [The Hermit] dalam pengertian sederhana dapat diinterpretasikan sebagai eksklusi diri dari dunia luar. Dengan begitu, semakin dirinya menjauhi maslaah dan tetap berada di luar pusat perhatian, Hideya akan merasa aman. Sangat cocok dengan pribadinya yang tak pernah tidak merasa lebih lemah dari orang lain dan apa yang ia lakukan selama permainan ini berlangusng : berada di pinggiran saat apapun terjadi dan lebih bergerak sebagai pengamat.

Saat beberapa pemain seperti pemilik [The Temperance] dan [The Death] mati meninggalkan kartu mereka tanpa ada yang mengambilnya, Hideya mengambilnya. Memegang lebih dari satu kartu cukup memberikan rasa aman bagi orang lemah sepertinya, sekalipun sampai 'babak terakhir' ini ia tidak pernah berpikir akan menggunakan kartu-kartu tersebut.

Dan karena dirinya lemah, ia juga tidak segan-segan kalaupun memang harus bergantung pada orang lain. Seperti Nakamori Ai pemilik [The Devil]. Mungkin itulah alasan kenapa Hideya mau menerima ajakannya untuk bekerjasama. Karena mereka berdua sebenarnya berbeda, dan justru perbedaan ini yang membuatnya merasa ada yang menutupi apa yang kurang dari dirinya.

Hideya tidak begitu mengerti, tetapi ia tahu Ai berusaha mengalihkan perhatian Isshiki sang pemilik [The Justice] saat menyuruhnya kabur ke hutan. Kemungkinan besar mereka akan menerapkan taktik yang sama lagi, sekalipun serangan pertama di awal sempat gagal. Berusaha menerima ide ini, Hideya pun mencari jarak aman dan menghilang dari padangan Ai.

Tak lama waktu berselang ketika handphonenya bergetar dan menunjukkan pesan singkat [Sekarang!].

Sebuah sinyal bagi Hideya untuk membantu Ai.

Akan tetapi...

...ia terlambat.

Saat ia sampai di tempat di mana Nakamori Ai berada, yang berdiri di sana hanyalah sosok Zekken Isshiki.


Nakamori Ai sudah tidak lagi bernyawa dan berbentuk sebagaimana mestinya.



Intermission Report

Inactive Player : No.X [The Fortune], No.III [The Empress], No.0 [The Fool], No.VIII [The Strength], No.XIV [The Temperance], No.V [The Hierophant], No.I [The Magician], No.II [The Priestess], No.VII [The Chariot], No.XII [The Hangedman], No.XVI [The Tower] , No.VI [The Lovers], No.XIII [The Death], No. XVIII [The Moon], No.XIX [The Sun], No.IV [The Emperor], No.XVII [The Star], No.XX [The Judgement], No.XXi [The World], No.XV [The Devil]

Player Remaining : 2

Arclist20.jpg