Arcanagram:Volume00 1st card

From Word Craft
Jump to navigation Jump to search

Part 1

“!?”

Tobari Hideya terbangun dengan perasaan nyeri sesaat di kepalanya.

Nyeri yang tidak biasa, seperti ada yang baru saja dicabut dari kepala. Tentu saja itu hanya perumpamaan karena kepala pemuda itu masih tersambung dengan lehernya tanpa kurang satu apapun.

Ia mencoba membuka mata dengan perlahan dan melihat ke arah sekitar. Di sekelilingnya, terhampar pemandangan sebuah hutan yang lebat namun sunyi. Sementara tangannya menggenggam sebuah handphone....

...dan sebuah kartu dengan motif abstrak.

Hideya tersentak sesaat melihat apa yang tengah tangannya pegang.

Memastikan bahwa apa yang ia pegang nyata adanya, ia pun mencoba melihat kartu di tangannya tersebut dengan seksama.

Tiba-tiba saja sebuah tulisan serupa hologram tampak muncul di atas kartu tersebut, membuat Hideya semakin terkejut. Tulisan tersebut berbunyi :

‘Status pemain No.X : Aktif. Arcanagram No.IX [The Hermit] : Pengasingan diri. Membuat pemiliknya tidak dapat disadari keberadaannya oleh orang lain saat menggunakan the Hermit.‘

“....”

Hideya masih tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, tapi toh di sekitarnya di tengah-tengah hutan ini tidak ada orang lain selain dirinya, jadi tidak ada yang perlu disembunyikan juga.

Pasalnya, Hideya selama ini tuli.

Ia tidak bisa mendengar sepanjang yang ia bisa ingat dalam kehidupannya. Karena itulah ia luar biasa kaget saat mendapati dirinya di ruangan putih antah-berantah, dan entah bagaimana dapat mendengar ‘suara’ yang menyebutkan bahwa dirinya akan terlibat dalam sebuah permainan bernama Arcanagram.

Apa yang ditampilkan oleh kartu di tangannya saat ini adalah bukti nyata kalau apa yang baru saja ia alami bukanlah sekedar mimpi.

Semua itu nyata.

Dan itu berarti, permainan Arcanagram ini pastilah memang tengah berlangsung juga.

Hideya mencoba mengingat apa yang terakhir kali ia lakukan sebelum sampai ke hutan ini.

“...”

Percuma, ia tidak bisa mengingatnya.

Kelihatannya perkataan suara tersebut mengenai ‘ingatan dihapus’ memang bukan kebohongan.

Tak yakin apa yang harus ia lakukan setelah ini, Hideya membuka handphone-nya dan melihat kalau-kalau ada petunjuk lain soal keadaannya saat ini.

Nihil.

Semua riwayat pesan, panggilan, dan pencariannya di handphone tersebut telah terhapus, seolah-olah handphone di tangannya ini adalah barang yang baru saja ia beli.

Dalam kebingungannya Hideya melihat aplikasi untuk membaca berita. Ia mencoba membukanya. Tidak ada berita yang begitu menarik perhatiannya, mungkin karena ia sendiri tidak ingat ada kejadian apa di dunia sebelum ia kehilangan ingatannya.

Setidaknya ia masih bisa mengingat namanya, dan untuk saat ini, ia merasa itu sudah cukup.

Hideya memasukkan handphone dan kartu Arcanagramnya ke saku, kemudian memasang headset yang sedari tadi bertengger di lehernya ke kedua telinganya.

Ia memakai headset bukan untuk mendengarkan lagu. Ia tuli, dan ia merasa orang-orang tidak akan mengajaknya bicara kalau mereka melihat ia ‘tidak sedang mendengar mereka’ tanpa perlu ia jelaskan.

Merasa sudah memeriksa apa yang perlu ia periksa, Hideya memutuskan untuk keluar dari hutan ini dan pergi ke arah kota. Ia tidak begitu ingat arah ke kota, namun untunglah handphonenya dibekali aplikasi peta yang menunjukkan lokasinya saat ini.

Sambil berjalan, Hideya mencoba merangkum informasi yang ia miliki saat ini, sesedikit apapun kelihatannya.

Pertama, ia terlibat dalam permainan yang disebut dengan nama Arcanagram. Tujuan dari permainan ini adalah 'menemukan [pencipta] di antara 22 pemain'. Kartu Arcanagram yang dimiliki masing-masing peserta memiliki kemampuan berbeda-beda yang dapat membantu setiap pemain selama permainan berlangsung.

Hanya sejauh itu yang Hideya mengerti soal garis besar permainan ini.

Namun itu bukan berarti pemikirannya berhenti sampai di situ.

Kedua, permainan ini melibatkan sesuatu yang bersifat supernatural. Hideya tidak bisa mengatakan ini secara pasti, namun intuisinya berkata demikian. Mulai dari ruangan putih (bagaimana pihak [pencipta] permainan menarik orang ke tempat seperti itu?), dihapusnya ingatan pemain (yang Hideya rasa sulit untuk menghapus ingatan seseorang secara spesifik), hingga kartu Arcanagram (yang dapat memunculkan tulisan hanya dengan sebuah kehendak dari pikiran) itu sendiri.

Semua ini terlalu aneh untuk ukuran permainan biasa.

Mau tak mau, Hideya pun jadi banyak berpikir.

Untuk apa permainan ini diciptakan?

Bagaimana permainan ini akan berlangsung?

Mengapa ia setuju untuk mengikuti permainan ini, bila kata-kata suara itu mengenai 'persetujuan semua pemain' benar adanya?

Dan...

....mengapa hal seperti ini disebut sebagai sebuah permainan?

Masih banyak hal yang menjadi tanda tanya di kepala Hideya saat ini.

Yang jelas, ia tidak bisa terus-terusan berada di tempat sepi yang tak aman seperti ini.

"...?"

Tunggu.

Mengapa ia merasa tidak aman sejak tadi?

Pendengaran Hideya memang tidak berfungsi, namun sebagai kompensasinya, matanya sangat awas terhadap gerakan dan bayangan sekecil apapun. Semua masukan visual itu diolah oleh otaknya sebagai satu persepsi mengenai keadaan yang tengah ia hadapi saat ini.

Dan keadaan yang dipersepsikan oleh otaknya sekarang adalah, 'kondisi tidak aman'.

Entah bagaimana hal pertama yang terlintas di pikiran Hideya adalah mengeluarkan kartu Arcanagramnya dari saku.

Ia mengingat kemampuan yang kartu itu miliki, meski tak yakin bagaimana ia dapat menggunakannya.

The Hermit.

Saat nama arcana itu muncul di benak Hideya, tiba-tiba tubuhnya perlahan memudar.

Hideya tidak mengerti apa yang terjadi.

Sebelum ia bisa mendapatkan jawabannya, sosoknya telah terlebih dahulu lenyap dari hutan tersebut.

Part 2

Kirika Nanano masih tak yakin apakah keadaannya saat ini bisa disebut beruntung atau tidak.

Permainan bernama Arcanagram ini baru berlangsung dalam hitungan menit, dan saat ia secara tak sengaja menggunakan kemampuannya, ia sudah bertemu dengan seorang pemain lawan.

Apakah ini sebuah keberuntungan? Ataukah ini merupakan sebuah kesialan?

1/21 kemungkinan sosok seseorang yang ada di hadapannya saat ini adalah [pencipta] yang ia cari. Kalau ia bisa menbaknya dengan benar, berarti ia akan menyelesaikan permainan ini dalam sekali jalan!

One-shot kill.

Dengan penuh semangat Nanano berlari menuju sosok pemuda yang ia lihat dari kejauhan.

Pikirannya dipenuhi apa yang akan ia lakukan seandainya ia benar-benar memenangkan permainan ini dalam waktu sesingkat ini.

Semua pemain lain pasti tidak akan ada yang menyangka kalau permainannya akan selesai dalam sesingkat ini. Ia begitu optimis sampai sesaat tak lagi peduli soal apakah ini merupakan sebuah keberuntungan atau sebuah kesialan.

Saat menyusuri hutan, sebuah suara tiba-tiba menyapa perempuan itu dari belakang.

"Mencariku?"

Terkesiap, Nanano segera berbalik dan melihat siapa yang berdiri di belakangnya.

"...huh?" adalah kata pertama yang keluar dari mulut Nanano saat melihat sosok yang kini berhadapan dengannya.

Sosok yang kini terlihat jelas di depan matanya rasanya bukan orang yang sama dengan yang ia lihat dari kejauhan.

Nanano melihat pemain 'lawan' tersebut dari balik kartunya.

"...!!"

Seketika itu pula keringat dingin mengucur di dahi perempuan muda itu.

Tulisan mengenai pria di hadapannya adalah sebagai berikut :

Arcanagram No.IV [The Emperor] : Perintah. Memberikan perintah absolut pada sesuatu / seseorang yang ia tunjuk.

Dan tulisan itu bukan tulisan yang sama dengan yang Nanano lihat sebelumnya.

Dengan kata lain, orang di depannya ini adalah orang yang berbeda dengan yang sebelumnya ia lihat.

Nanano berusaha untuk tetap tenang. Ia mengingat kembali setiap peraturan tambahan yang ada dalam permainan ini. Kemungkinan ia menebak benar juga masih 1/21. Kondisi saat ini juga seharusnya tidak membuatnya berada dalam kesulitan selama ia berhati-hati.

"Ah, ahahaha, tak kusangka akan bertemu peserta lain secepat ini," ujar Nanano berusaha menyembunyikan kegugupannya. "...eh, apa yang akan kita lakukan sekarang?"

"Kau bertanya padaku?" cibir pria di depan Nanano. "Kalau kita mengikuti aturan penguasa, maka cuma ada satu aturan, kan?"

Pria tersebut menatap Nanano dengan pandangan angkuh, membuat Nanano mau tak mau merasa terintimidasi karenanya.

"Buka bajumu."

"Eh? Eh?!"

Nanano tak mengerti apa yang terjadi.

Yang ia tahu detik berikutnya setelah ia mendengar kalimat itu, tubuhnya telah bergerak sendiri membuka kancing demi kancing pakaiannya hingga yang tersisa hanya pakaian dalam di atasan. Tak berhenti sampai situ, tangannya terus bergerak membuka rok yang tengah ia kenakan tanpa bisa ia kendalikan.

"...tidak, kumohon, hentikan...."

"Oke, stop. Terima kasih atas pertunjukan murahannya."

Seketika itu pula Nanano kembali dapat mengendalikan tubuhnya sendiri, dan dengan segera ia meraih pakaian yang baru saja ia buka sambil menahan rasa malu.

"Hahahaha! Tapi ini benar-benar hebat! Tak kusangka kemampuan Arcanagram ini bukan sekedar delusiku semata. Apa itu artinya aku bisa memerintahkanmu untuk melakukan hal lain?"

"Ti-tidak! Kumohon, jangan! Aku bersedia membantumu melakukan apa saja, tapi tolong, jangan---"

"Diamlah."

Hanya dengan satu perintah, mulut Nanano tak lagi mengeluarkan suara.

"Arcanagram No.X [The Fortune] : Keberuntungan. Pemilik the Fortune akan memiliki nasib yang sama sekali tidak bisa ditebak saat menggunakannya, yang dapat berarti baik atau buruk tergantung situasi. Hee... Kurasa mungkin itu artinya kau kurang beruntung bertemu denganku, ya. Benar-benar kemampuan yang tidak berguna!"

Pria tersebut meraih rambut Nanano dan menariknya dengan kuat, membuat Nanano sulit untuk melawan. Ia bahkan belum sempat memakai baju atasannya lagi, sehingga keadaannya saat ini benar-benar sesuatu yang memalukan bagi seorang perempuan seperti dirinya.

"Baiklah, kuberi kau satu permintaan terakhir agar kita tidak membuang-buang waktu lagi," ujar pria itu sinis. "Beritahu aku, apakah kau [pencipta] dari permainan ini?"

Spontan Nanano menggeleng.

"Kalau begitu, kau benar-benar tidak berguna."

Pria tersebut mencengkeram leher Nanano dengan satu tangan, sementara tangannya yang lain meraih kartu Arcanagram milik Nanano yang sedari tadi ia pegang secara paksa.

"Kubaca di peraturan tambahan kalau kau bisa membunuh ataupun menghancurkan kartu milik pemain lawan... Kau pasti tidak ingin merasakan sakit karena kubunuh, kan? Berterimakasihlah padaku, aku akan menyingkirkanmu dengan cara yang lebih tidak mennyakitkan...yaitu dengan menghancurkan kartumu yang tak berguna ini!"

Tangan sang pria meremas kartu Arcanagram milik Nanano.

Dengan satu bentukan kepalan, tangan itu meremukkan kartu tersebut, membuatnya hilang ke udara kosong seperti sebuah balon pecah.

Dan sosok Nanano juga hilang tanpa sisa sedikitpun dari cengkeraman tangan pria itu.

Pria itu hanya tersenyum sambil tertawa kecil.

"Fuh...fuh, hahahaha! Permainan ini benar-benar sungguhan! Oh ya ampun, darahku serasa terbakar! Rasanya baru kali ini aku merasakan semangat seperti ini dalam hiduku....ya, pasti tidak ada yang bisa memenangkan permainan ini kecuali diriku! Tuhan memang tidak pernah salah memilih siapa yang cocok dengan gelar penguasa, hahahaha!!"

Diiringi tawa yang menggema ke seluruh penjuru hutan, pria itu menghilang di balik kegelapan.

Part 3

Hideya menyaksikan semuanya.

Ia tak tahu bagaimana ia bisa berdiri dan menyaksikan semua yang baru saja terjadi di depan matanya, tetapi ia tidak bisa tidak menganggap apa yang baru saja terjadi sebagai sesuatu yang tidak nyata.

Seorang pemain baru saja gugur.

Seorang pemain baru saja memperlihatkan kemampuannya.

Dan di sinilah dia,

Berdiri mematung di tengah ketiadaan, tanpa bisa berbuat apa-apa untuk mencegah apa yang telah terjadi.

Hideya merasa tidak berdaya.

Permainan ini nyata.

Dan permainan ini baru saja dimulai.



Intermission Report

Inactive Player : No.X [The Fortune]

Player Remaining : 21

Arclist1.jpg



Additional Rules #01

> [Pencipta] adalah 'salah satu dari 22 pemain Arcanagram'. Hanya berjumlah satu orang dan tidak mungkin merupakan pihak di luar permainan.