Arcanagram:Volume00 19th card

From Word Craft
Jump to navigation Jump to search

Part 1

"Kau tidak apa-apa, Isshiki-san?"

"Ya, aku baik-baik saja..."

Asagiri Sora kini telah berkumpul kembali bersama Zekken Isshiki di sebuah stand makanan di tengah-tengah festival. Stand itu terletak di luar bangunan, dekat dengan jalanan dan keramainan, sehingga cukup aman untuk makan malam sambil menunggu hari berakhir.

Tentu saja, Asagiri Sora tidak memilih tempat ini hanya untuk menenangkan Isshiki.

"Ah."

"........"

Sesuai perkiraannya, pemain Arcanagram lain juga 'terundang' datang ke sini.

Seorang perempuan bertopi dan seorang lelaki dengan earphone tampak menghampiri stand terbuka tempat Sora dan Isshiki duduk saat ini. Di tangan mereka masing-masing sudah memegang nampan berisi makanan yang mereka pesan, namun kelihatannya mereka tak menyangka akan bertemu satu sama lain.

Perempuan bertopi itu menaruh nampannya yang berisi satu menu nasi dan lauk lengkap, seraya mengambil tempat duduk di seberang Sora tanpa curiga sedikitpun. Melihatnya, lelaki dengan rambut hitam pendek yang membawa nampan berisi ramen ikut duduk di sebelahnya.

Tidak, Asagiri Sora tidak benar-benar mengundang mereka. Bertemu saja belum pernah.

Ia hanya menggunakan kemampuan [The World] untuk menyempurnakan 'jumlah pemain tersisa yang berkumpul di satu tempat'. Hari sudah gelap, dan sebentar lagi permainan Arcanagram akan berakhir secara paksa kalau pemain yang tersisa tidak berusaha mencari keberadaan pemain lain. Jadi bisa dikatakan apa yang dilakukan oleh Sora sebenarnya menguntungkan bagi semua, karena menghemat waktu untuk mencari satu sama lain.

Dan kedua orang 'pemain lain' ini tampaknya sama sekali tidak curiga atau waspada dengan Sora atau Isshiki. Mengapa?

"Uh, kalian juga pemain Arcanagram, kan?"

Pertanyaan Sora dijawab dengan ekspresi yang seolah baru saja mendengar pertanyaan apakah 1+1=2 dari seorang anak SMA.

"Kukira kita semua tidak perlu menutupi diri lagi," ujar perempuan bertopi itu sambil melahap makanannya. "Tidak ada gunanya juga saat pemain yang tersisa tinggal kita yang berada di sini. Meski aku tidak begitu yakin, tapi kalau sampai pemilik [The Hermit] saja muncul begini, pasti dia juga berpikir sudah tidak perlu lagi bersembunyi."

Laki-laki di sebelah perempuan itu terlihat menaruh sumpitnya, kemudian mengeluarkan sebuah handphone dan mengetikkan sesuatu. Selang beberapa detik kemudian, perempuan bertopi itu membaca pesan (yang kelihatannya dikirimkan laki-laki itu) sambil tersenyum kecil.

"Kalau begitu, biar kuperkenalkan saja," ia memulai sambil menaruh tangan di dadanya. "Namaku Nakamori Ai, pemilik [The Devil]. Sementara orang di sampingku ini bernama Tobari Hideya-san, pemilik [The Hermit]. Kami sempat bertemu kemarin, dan dari situ aku mengetahui kalau dia ini tuli, jadi mungkin aku sekarang akan membantunya dalam pembicaraan kita ini."

Sora menatap ke arah Isshiki yang masih termangu, terlihat tak yakin ia akan mengenalkan diri atau tidak. Maka sebagai orang yang secara tidak langsung memanggil mereka, Sora pun mengambil inisiatif untuk membuka.

"Eh, ehem. Namaku Asagiri Sora, pemilik [The World]. Dan detektif yang ada di sampingku ini bernama Zekken Isshiki-san, pemilik [The Justice]. Kalau memang ini semua pemain sisa yang berkumpul, mungkin bisa kita mulai saja pembicaraannya?"

"Tunggu," sergah perempuan bernama Nakamori Ai.

"...ada apa?"

"Biarkan kami menghabiskan makanan kami dulu. Tidak enak rasanya berbicara sambil makan."

"Uh, oh, silakan! Maaf sudah tidak sopan dan malah seenaknya membuka pembicaraan."

"Tidak, tidak, kami juga yang datang tiba-tiba...walau memang aku sendiri tak menyangka akan bertemu para pemain terakhir seperti ini..."

Perempuan itu mengangguk dan mulai menyantap makanannya, sementara Sora menunggu dengan sabar hingga mereka berdua selesai.

Part 2

Asagiri Sora, Zekken Isshiki, Nakamori Ai, dan Tobari Hideya.

Empat orang pemain Arcanagram yang bertahan hingga sekitar 5 jam sebelum permainan ini usai, kini duduk di satu meja yang sama dan saling berhadapan. Suasana tampak tegang, namun kelihatannya setiap pihak yang hadir sadar kalau mereka memang perlu bertemu dan berdiskusi seperti ini bila memang ingin menyelesaikan permainan ini dengan cepat.

"...sebelumnya, aku ingin memastikan saja," tanya Sora memulai kembali pembicaraan. "Apakah di antara yang hadir di sini masih ada yang berniat untuk bertarung? Karena sejujurnya aku hanya ingin mengobrol dan mengakhiri permainan ini tanpa baku hantam lagi...aku sudah cukup lelah dengan semua itu."

"Aku tidak," jawab Nakamori Ai. "Dan sama sepertimu, aku juga lelah melihat pemain bertarung langsung satu sama lain. Mungkin memang seharusnya sejak awal kita tidak menyingkirkan yang lain seperti musuh, ya.."

Sora menatap ke arah lelaki bernama Tobari Hideya, dan lelaki itu terlihat mengangguk pelan tanpa bersuara.

"Bagaimana, Isshiki-san?"

"Hm."

Zekken Isshiki hanya menjawab pertanyaan Sora dengan satu kata yang tidak ia mengerti. Selepas pertarungannya dengan pemilik [The Judgement], Sora memang merasa ada yang berubah dengan Isshiki, namun mungkin karena shock melihat seseorang mati di depannya, jadi Sora membiarkan Isshiki tenang terlebih dahulu dan berusaha untuk tidak memaksakan pertanyaan apapun padanya.

"Eh...kalau begitu, sekarang kita benar-benar mulai, ya."

"Kau bilang begitu, tapi rasanya diskusi ini seperti hanya di antara kita berdua alih-alih empat orang," kata Nakamori Ai menimpali.

"Ahahaha. Yah, tidak begitu masalah sih, selama semua hadir," Sora berusaha menengahi. "Jadi, apa yang akan kita bahas terlebih dahulu? Kita punya batas waktu, tapi menurutku bukan berarti kita harus terburu-buru. Mari pikirkan baik-baik apa yang bisa kita raih dengan semua pemain berkumpul di sini.

Asagiri Sora secara tidak langsung juga membawa janjinya pada Sengoku Hime di sini. Ia memang gagal melindungi Hime, tetapi setidaknya ia akan menepati janjinya untuk mencoba mengakhiri permainan ini melalui pembicaraan antar pemain.

Di sisi lain, Nakamori Ai kini merasa sudah saatnya menerapkan apa yang ia tangkap dari Kiyama Kaoru. Sejak bertemu dengannya dan kehilangan target dendam atas kematian Kaoru, Ai sudah lama memikirkan bagaimana sebaiknya bila pemain membicarakan tentang permainan ini baik-baik.

Akhirnya Ai berbicara terlebih dahulu.

"Aku tahu salah satu di antara kita adalah [pencipta]," ia membuka dengan topik yang paling utama bagi semua yang ada di tempat ini. "Tetapi aku di sini bukan untuk menunjuk salah satu orang dan menyelesaikan permainan ini dengan segera. Sebelum hal itu terjadi, aku ingin memastikan satu hal; apakah kalian semua yang hadir di sini mengalami mimpi aneh sebelum kalian terbangun di pagi ini?"

Ai tidak perlu menunggu jawaban 'ya' saat melihat perubahan ekspresi di kedua orang lainnya. Hanya Hideya yang terlihat tidak tahu apa-apa, tapi kemungkinan karena ia memang tidak bisa mendengar, jadi Ai mencoba untuk berbicara sambil mengetik pesan mengenai apa yang sedang mereka bicarakan pada Hideya.

"Jadi semua melihatnya, ya... Aku hanya bingung, kenapa mimpi seperti itu disebut sebagai 'ingatan pra-permainan' yang dihapus. Apakah mimpi itu benar-benar ingatan kita? Aku meragukannya, tapi entah mengapa mimpi itu terasa nyata sekali...dan memang seingatku berhubungan dengan permainan ini."

Sora kembali membalas apa yang dibawakan oleh Ai dengan menyampaikan isi kepalanya.

"Aku juga ingat. Kalau tidak salah, mimpiku adalah mengenai beberapa pemain yang sudah kutemui dalam permainan, namun gugur di tengah-tengah. Aku dan mereka terlihat sedang terlibat dalam sebuah pembicaraan, namun anehnya hanya aku sendiri yang seolah tidak diajak berbicara. Topik pembicaraanku...uh, soal mengubah persepsi tentang dunia dengan mengubah hidup menjadi permainan? Kurasa kurang lebih begitu."

Dari balik topi yang Ai kenakan, ia terlihat mengernyitkan dahi mendengar penjelasan Sora.

"Tunggu, tunggu... Aku juga memimpikan mereka yang pernah kutemui, dan mereka juga berada di tengah pembicaraan di mana aku ada di sana, tapi aku tidak ikut berbicara. Hanya saja...topik pembicaraannya berbeda. Seingatku, mimpiku lebih berisi mengenai aturan permainan di mana yang menjadi 'target' adalah satu orang, dan...uuuh, intinya, aku mendengar mereka membicarakan soal perumusan aturan main."

"Mimpi kita berbeda?"

"Justru aneh kalau mimpi kita sama," sela Ai. "Tapi pola yang sama ini saja sudah membuatku heran. Belum lagi topik pembicaraannya, seolah-olah---"

"---para pemain yang kita lihat adalah pencipta permainan ini?"

Ucapan Sora kembali membuat Ai berpikir.

"Tunggu, lalu kenapa dalam permainan ini disebutkan [pencipta] hanya satu orang? Dan apa maksudnya mengubah persepsi soal hidup melalui permainan ini?"

"Aku tidak tahu soal itu...tapi mungkin kita bisa mendengar penjelasan dari Hideya-san dan Isshiki-san?"

"Oh, benar juga. Aku sampai lupa kalau kita tidak cuma berdua."

Ai segera mengetikkan pesan pada Hideya mengenai mimpi tersebut, dan selang beberapa waktu kemudian, Hideya membalas. Ai pun membacakan pesan balasan Hideya untuk didengar oleh Sora dan Isshiki.

"Hideya-san bilang kalau dia juga punya mimpi serupa, tetapi mimpinya lebih membahas soal 'menghapus ingatan' dan 'membuat kondisi hidup-mati' dalam permainan.. Hmm, apa maksudnya ini?"

"Isshiki-san? Bisakah kau menyampaikan apa yang kau lihat?"

Isshiki terlihat setengah hati dalam menjawab, namun membuka mulutnya setelah Sora berulang kali mendesaknya untuk bicara.

"Mimpiku adalah tentang sesuatu yang berakhir saat permainan ini dimulai, dan bermula saat permainan ini berakhir. Dan jangan tanya aku apa artinya. Aku juga tidak mengerti."

"Uwaa, rasanya mimpi kita semua terkesan abstrak ya," ujar Sora kebingungan.

Di lain pihak, Ai tampak berpikir sambil mengirimkan pesan pada Hideya yang duduk di sebelahnya mengenai mimpi Isshiki tersebut.

"Tidak. Semuanya memang tampak berbeda, tapi kurasa semuanya saling berhubungan."

"Eh? Apa maksudmu?"

"Begini," Ai mencoba menjelaskan. "Aku merasa, mimpi kita semua adalah seperti potongan puzzle yang tersebar, dan baru jelas bila semua menyatukan apa yang mereka ketahui. Dari empat testimoni ini, kurasa kita bisa menarik beberapa kesimpulan. Pertama, ada lebih dari satu pemain yang menciptakan permainan ini, meski kenapa hanya dianggap satu dalam permainan itu sendiri, kita tidak tahu. Kedua, permainan ini ternyata memiliki tujuan, seperti yang dikatakan oleh Asagiri-san dan Isshiki-san, meski sekali lagi kita tidak begitu mengerti apa artinya ini. Dan ketiga, ingatan kita semua mengenai permainan ini adalah satu kesatuan yang terpisah-pisah. Meski masih kurang jelas, tapi seperti itulah yang kupikirkan."

Usai penjelasan tersebut, Ai mengetikkan perkataannya barusan supaya bisa dibaca oleh Hideya, sementara Sora terkagum-kagum dengan kesimpulan yang dibuat oleh Ai.

"Kau hebat, Nakamori-san! Tak kusangka hanya berbekal informasi seperti itu saja kau bisa memikirkannya sejauh ini!"

"Ah, tapi kurasa ini masih kurang. Meski kita tahu isi pembicaraannya, percuma kalau kita tidak mengingat detilnya. Dan entah kenapa aku masih merasa banyak penjelasan yang kurang. Kalau saja pemain yang tersisa lebih dari ini, mungkin kita akan punya lebih banyak informasi..."

Mendengar perkataan Ai, Sora mengingat apa yang terjadi sebelum Nakamori Ai dan Tobari Hideya datang di hadapannya.

"Ada..."

"---? 'Ada' apa maksudmu?"

"Di awal hari ini, selain kita berempat, sebenarnya masih ada dua lagi pemain lain. Sayangnya, mereka terlanjur gugur. Kalau aku tahu mereka punya petunjuk mengenai permainan ini, harusnya---"

Perkataan Sora terhenti saat Isshiki menatap tajam ke arahnya. Pria itu kemudian bangkit dan berteriak dengan keras.

"Apa? Jadi kau ingin menyalahkanku karena sudah menyingkirkan Kiyotaka Tooru, begitu?"

"Eh? Aku tidak berkata begitu."

"Jangan bohong! Kau pasti merasa aku bertanggungjawab, kan? Karena itu kau membawa-bawa topik soal 'permainan' ini, sekalipun kau tahu aku hanya ingin menyelesaikannya tanpa memperpanjang lagi, kan? Mengakulah! Kalau memang ada [pencipta] di antara kalian, buat apa pembicaraan seperti ini, sebenarnya!?"

Situasi terasa semakin tidak terkendali saat Isshiki memegangi tangan Sora dengan erat.

"Isshiki-san, tenanglah!"

Bahkan Ai harus bagkit dari tempat duduknya dan mengitari meja untuk berusaha melerai Sora dan Isshiki, namun pria itu mendorongnya hingga jatuh.

"Jangan menyuruhku untuk tenang! Kalian semua...bersekongkol untuk menyingkirkanku, kan? Apa? Apa kalian sudah tahu siapa [pencipta] di antara kita? Apa--"

"Isshiki-san, tenanglah! Ingat, [pencipta] hanya satu orang, dan pemenang juga hanya ada satu orang. Kita tidak akan berdiskusi begini kalau--"

Tiba-tiba saja Isshiki telah merebut kartu [The World] dari tangan Sora tanpa ia sadari, membuat Sora berhenti berkata-kata.

"Sudah kubilang....jangan menyuruhku. Kau bukan hukum, kau tidak punya kuasa untuk memerintahku!"

Dan tanpa keraguan, Zekken Isshiki menghancurkan kartu milik Asagiri Sora begitu saja.

Part 3

Baik Nakamori Ai maupun Tobari Hideya tidak perlu bertukar kata sama sekali untuk melakukan hal yang sama ketika melihat apa yang terjadi di depan mata mereka.

Diskusi ini gagal. Seorang pemain lain telah menghilang begitu saja.

Mereka mengerti kalau waktu tinggal sedikit, tapi mereka berdua juga berpikir untuk tidak 'bertarung' lagi. Namun melihat apa yang terjadi pada Asagiri Sora sang pemilik [The World], spontan insting bertahan mereka meneriakkan untuk melarikan diri dari pria pemilik [The Justice] itu.

Di tengah-tengah keramaian festival di pusat kota malam hari, terpencar tiga orang pemain Arcanagram.

Hideya dan Ai telah menghilang dari pandangan Isshiki, tetapi pria itu tidak resah. Sebaliknya, ia menjadi lebih tenang setelah melenyapkan Asagiri Sora.

Dan kini, sebuah senyuman ganjil kembali muncul di wajahnya.


Sisa sekitar 4 jam sebelum permainan Arcanagram berakhir.

Sekarang, permainan ini akan benar-benar memasuki babak akhir!



Intermission Report

Inactive Player : No.X [The Fortune], No.III [The Empress], No.0 [The Fool], No.VIII [The Strength], No.XIV [The Temperance], No.V [The Hierophant], No.I [The Magician], No.II [The Priestess], No.VII [The Chariot], No.XII [The Hangedman], No.XVI [The Tower] , No.VI [The Lovers], No.XIII [The Death], No. XVIII [The Moon], No.XIX [The Sun], No.IV [The Emperor], No.XVII [The Star], No.XX [The Judgement], No.XXI [The World]

Player Remaining : 3

Arclist19.jpg


Additional Rules #10

> Siapapun selain sang pemenang yang bertahan hingga akhir permainan akan lenyap dari dunia ini. Bila [pencipta] bertahan hingga akhir, [pencipta] dianggap sebagai pemenang.