Arcanagram:Volume00 16th card

From Word Craft
Jump to navigation Jump to search

Part 1

Sanada Hoshina sudah kehilangan arti dalam permainan ini.

Tidak hanya kedua orang kakak yang selama ini bersamanya sepanjang permainan telah tiada, ia juga merasa tidak akan mampu melawan para pemain lain yang tersisa.

Seharusnya ia sadar.

Sejak awal, ia mengikuti kedua kakaknya hanya karena merasa lebih aman bila bersama mereka.

Alasan itu kemudian berkembang menjadi pembenaran baginya untuk terus melanjutkan hal ini.

Sekalipun sebenarnya, bukan itu yang diinginkan Hoshina.

Ia tahu, ia hanya merindukan keberadaan keluarganya.

Ia tidak bisa menghabiskan waktu bersama orangtuanya. Ketika akhirnya ia mendapat kesempatan untuk melewati waktu bersama kedua kakaknya, tentu saja ia tidak akan lari. Ia telah menunggu saat-saat ini. Saat di mana ia tidak lagi merasa sendiri.

Lalu mengapa?

Mengapa di pikirannya sempat terbersit pikiran untuk meninggalkan kakaknya?

Mengapa ia tidak membantunya, sekalipun ia tahu apa yang akan terjadi?

Karena ia hanya mengikuti takdir? Ataukah jauh di lubuk hatinya, ia masih mendendam pada kakaknya yang telah meninggalkannya selama ini?

Hoshina tahu jawabannya.

Tapi semuanya sudah terlambat.

Saat ini, tidak ada lagi yang tersisa baginya di dunia ini.

Namun seketika itu pula, ia mengingat pesan terakhir Asahina.

Pesan untuk 'meninggalkan tempat ini'.

Bagi Hoshina, 'merebut kembali kartu Tsukiyo' yang semula merupakan tujuan yang diembankan kepadanya kini tidak lagi terlihat sebagai sebuah tujuan, melainkan cara kakaknya menutupi tujuan aslinya, yaitu membuat Hoshina menjauh dari pria yang berdiri di depannya saat ini. 'Merebut kembali kartu Tsukiyo' itu pasti hanya tujuan sekunder.

Ya, pasti begitu.

Memikirkan hal ini, Hoshina segera membuang niat awalnya untuk mengambil kartu peninggalan kedua kakaknya. Untuk saat ini, yang terpenting baginya adalah mengikuti kata-kata terakhir dari Asahina yang ia tangkap.

Yaitu 'meninggalkan tempat ini'.

Maka sebelum pemilik [The Emperor] sempat melihat keberadaannya, Sanada Hoshina telah terlebih dahulu bergerak menuju pintu keluar gedung tersebut, dan melarikan diri.

Part 2

Ini adalah pertama kalinya Tobari Hideya benar-benar berhadapan langsung dengan pemain lain.

Ia tidak tahu bagaimana perempuan pemilik [The Star] itu melakukannya, tetapi yang jelas kini ia tidak lagi 'tersembunyi' seperti sebelumnya. Mungkinkah kemampuan [The Hermit] tidak berfungsi bila keberadaannya sudah disadari?

Hideya melirik ke arah sekitar. Di atas puing-puing, berdiri pemilik [The Emperor]. Di belakang dirinya, berdiri pemilik [The Devil] yang tampaknya masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.

Ia tidak bisa menemukan pemilik [The Star] di manapun. Apakah dia tertimbun reruntuhan ini dari atas? Kalau begitu berarti secara tidak langsung pemilik [The Emperoro] ini baru saja membunuhnya?

Hideya menjadi ngeri memikirkan berapa orang yang sudah mati di tangan pemilik [The Emperor] itu.

Dan pria menyeramkan itu kini melihat ke arah Hideya.

Ia tampak heran, tetapi kemudian mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Dengan kartunya ia melihat perempuan bertopi pemilik [The Devil] di belakang Hideya, kemudian tersenyum lebar dan mengatakan sesuatu.

Sekalipun Hideya tak bisa mendegar, ia dapat menduga kalau ini berhubungan dengan kartu-kartu yang saat ini dipegang oleh pemilik [The Devil]. Sejak awal kelihatannya pria itu memang mengincar perempuan bertopi yang ada di belakangnya ini.

Perempuan itu terlihat cemas...atau mungkin takut? Hideya juga takut, tetapi ia tidak tahu apa ia bisa kabur dalam keadaan seperti ini.

Pria pemilik [The Emperor] bergerak menuju ke arah mereka sambil mengatakan sesuatu.

Tak lama kemudian, perempuan di belakang Hideya bergerak seraya mengulurkan 4 buah kartu di tangannya.

Pria itu pasti tengah memberikan sebuah perintah pada pemilik [The Devil] ini.

Namun itu hanya berlaku sesaat, karena kemudian pemilik [The Devil] terlihat seperti melawan gerakan tubuhnya sendiri, dan segera mundur beberapa langkah ke belakang. Hideya sudah melihat hal serupa sebelumnya saat mereka masih di lantai atas. Dari pengamatan ini, ia menyimpulkan bahwa mungkin salah satu kartu sekunder yang dipegang oleh perempuan bertopi itu ada yang berfungsi ini menghilangkah efek kemampuan Arcanagram lain, meski ini hanya hipotesis hasil pengamatan singkat.

Sang pemilik [The Emperor] geram, kelihatannya tidak suka perintahnya tidak dilakukan. Ia kemudian berkata-kata lagi.

Kali ini ditujukan pada Hideya.

Sayangnya, Hideya tidak mengerti apa yang dia katakan.

Pria itu tampak kebingungan. Ia mengulang perintahnya pada Hideya, tetapi Hideya hanya berdiri dengan wajah yang sama tak mengertinya dengan pria itu. Tak lama kemudian pria itu terlihat seperti tertawa sendiri, mungkin jadi gila karena dua orang sudah menolak perintahnya. Benar-benar orang yang aneh.

Pikiran Hideya terpotong saat tiba-tiba saja pria itu melesat ke arahnya.

Dan saat itu pula, Hideya merasa sesuatu menariknya dengan kuat.

Part 3

Nakamori Ai tidak sempat mengembalikan dua buah kartu yang ia pegang kepada pemilik [The Star] saat pemilik [The Emperor] tiba-tiba saja muncul dari langit-langit.

Setelah jatuhnya puing-puing bangunan, ia tidak lagi bisa melihat perempuan dengan hiasan bunga di rambutnya itu. yang bisa ia lihat di depannya kini hanyalah pria yang berdiri dengan angkuhnya di atas bebatuan hasil runtuhan bangunan tersebut.

Pemilik [The Emperor]. Itu artinya...pemilik [The Sun] kemungkinan besar sudah mengalami nasib yang sama dengan pemilik [The Moon], dan entah bagaimana keadaan pemilik [The Star] saat ini.

Yang jelas, Ai yakin akan satu hal.

Pria di depannya ini adalah orang yang sangat berbahaya.

Begitu berbahaya hingga ia tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Cepat atau lambat, Ai tahu ia akan menghadapi orang seperti ini, dan mungkin memang sekaranglah saatnya. Kalau ia tidak bisa melawan pria ini, besar kemungkinan ia tidak bisa bertahan hingga kahir.

Ya. Entah mengapa, opsi 'melarikan diri' hilang begitu saja di kepala Ai.

Seolah-olah ia sudah memantapkan diri bahwa pemilik [The Emperor] ini adalah orang yang tidak boleh dibiarkan tetap ada di permainan ini lebih lama lagi.

"Apa yang kulihat di sini?" kata pria itu memecah keheningan di antara mereka. "Satu orang yang belum kulihat sebelumnya, dan satu orang dengan empat kartu? Heh."

'Satu orang yang belum terlihat'?

Astaga. Ai melupakan pemilik [The Hermit] yang entah sejak kapan ada di dekatnya.

Benar juga, laki-laki dengan kesan kikuk ini tadi muncul di antara dirinya dan pemilik [The Star]...kenapa ia bisa sampai lupa hal itu? Mungkin orang ini memang orang yang tipis keberadaannya.

"Ah, siapa yang peduli dengan satu tikus. Hei, kau yang bertopi, berikan kartumu padaku."

"--ukh?!"

Rasa itu datang lagi.

Perasaan aneh di mana Ai tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, dan bergerak mengikuti perintah dari pria itu. Tak salah lagi, ini pasti kemampuan [The Emperor]!

Baru berapa langkah Ai berjalan, ia segera menggunakan [The Fool] untuk melepas pengaruh [The Emperor] padanya.

"...hm? Ooh, benar juga, kau bisa menolak kemampuan orang lain ya? Menarik. Kalau begitu---"

Nakamori Ai bersiaga, sementara pria di atas puing itu tersenyum dan memandang ke arah lain.

Ke arah pemilik [The Hermit].

"Kau. Bunuh perempuan itu dan berikan kartunya padaku. Rasanya sesekali aku ingin melihat bagaimana dua binatang rendah seperti kalian bertarung, hahahaha!!"

Gawat, Ai tak menyangka kemungkinan ini.

Gunungan puing-puing dari runtuhan langit-langit tempat pria pemilik [The Emperor] itu berdiri cukup tinggi dan lebar, menghalangi jalan keluar dari gedung ini yang berada di belakangnya. Seandainya Ai sudah berada di posisi yang sama dengan pemilik [The Star] sebelumnya, mungkin ia bisa lari, tapi tidak saat ini. Dengan kata lain, ruang geraknya sedikit. Mau tidak mau ia perlu melewati pemilik [The Emperor] dan [The Hermit] ini kalau ingin keluar.

Secara tak sadar, mungkin inilah mengapa pikiran 'kabur' tidak ada di kepala Ai barusan.

Tapi ini juga berarti dua lawan satu, dan tanpa banyak tempat untuk lari, ia bisa terdesak.

Ai baru saja hendak meninggalkan tempat ini sekuat tenaga, ketika menyadari belum ada pergerakan dari pemilik [The Hermit].

"...?"

"..."

"..."

Ketiga orang yang ada di tempat itu hanya terdiam menyaksikan sesuatu yang tidak terjadi.

Baik Nakamori Ai maupun pemilik [The Emperor] kelihatannya tidak menyangka hal yang satu ini.

Ada dua orang pemain yang bisa menolak perintahnya.

"Kau!! Kau tidak dengar apa yang kukatakan?! Lepas earphonemu itu dan dengarkan aku!"

Pemilik [The Hermit] terlihat semakin bingung, dan kebingungan itu menular hingga tampak pula di wajah pemilik [The Emperor].

"Brengsek...beraninya kau tidak menghiraukanku..."

Ai dapat melihat kalau tubuh pemilik [The Emperor] sedikit bergetar.

Dan kini wajahnya menunjukkan ekspresi marah.

...tunggu. Ia marah hanya karena hal seperti itu? Karena dua orang yang ada di depannya saat ini tidak menurut padanya?

Ai nyaris tertawa kecil.

Namun melihat pria itu kemudian berteriak dan menerjang ke arah pemilik [The Hermit] yang tampak tak berdaya, seketika Ai ikut bergerak.

Untunglah ia sempat melihat kedua kartu baru yang ia pegang, jadi ia sedikit banyak tahu kegunaannya.

Nakamori Ai menggunakan [The Moon], mengubah persepsi waktu dari pemilik [The Emperor].

Ia baru pertama kali menggunakannya, jadi ia tidak tahu berapa lama dan seperti apa kemampuan ini akan bekerja. yang ia tahu hanyalah secara insting ia tergerak untuk menolong pemilik [The Hermit] itu dari serangan dadakan pemilik [The Emperor].

Dan untuk saat ini, ia mundur dan mencari tempat bagi mereka berdua untuk bersembunyi.

Part 4

Tobari Hideya tidak begitu mengerti bagaimana, tetapi kini ia berada di sebuah ruangan tertutup bersama pemilik [The Devil].

Kemungkinan besar mereka baru saja melarikan diri...atau lebih tepatnya, Hideya diseret untuk ikut melarikan diri bersama pemilik [The Devil] itu.

Pemilik [The Devil] itu tampak berbicara padanya.

Sayangnya, Hideya tidak bisa mendengar. ia juga tidak bisa berbicara, jadi ia tidak bisa membalas apapun yang ia katakan.

Melihat pemilik [The Devil] keheranan dan merasa tidak enak kalau begini terus, Hideya mengeluarkan handphonenya dan mengetikkan sesuatu.

[Aku tuli. Maaf tidak mendengarmu.]

Perempuan itu tampak terkejut dan menutup mulutnya, mungkin merasa tidak sopan. Tak lama kemudian wajahnya tampak heran lagi, lalu menunjuk ke arah earphone yang dikenakan Hideya.

Maka Hideya segera mengetikkan beberapa kata dengan cepat.

[Ini bukan alat bantu dengar. Aku mengenakannya agar orang tidak perlu mengajakku bicara. Maaf.]

Perempuan itu mengangguk tanda mengerti, kemudian mengeluarkan handphone dari sakunya dan mengetik sesuatu.

[Namaku Nakamori Ai. Aku tahu aneh kita berkenalan dalam situasi seperti ini, tapi aku membutuhkan bantuanmu, segera. Apakah kau bisa?]

Hideya merasa lucu juga mereka malah 'mengobrol' seperti ini. sekalipun normalnya seseorang mesti merasa keadaan ini adalah keadaan di mana nyawa taruhannya. Perempuan ini bahkan sama sekali tidak mempermasalhkan soal tulinya dia dan mengikuti caranya berkomunikasi begitu saja tanpa banyak tanya.

Namun berbicara dengan orang lain benar-benar membuat keadaan saat ini menjadi terasa lebih ringan.

Mungkin...itu juga dikarenakan dalam tiga hari ini, Hideya tidak berkomunikasi dengan siapapun.

Ia hanya berjalan ke sana kemari tanpa siapapun menyadari keberadaannya. Benar-benar seperti hantu.

Dan baru kali ini ia mendapat kesempatan untuk bertukar kata dengan orang lain.

[Namaku Tobari Hideya. Bantuan seperti apa yang kau perlukan? Waktu kita tidak banyak, biar kuberikan alamat emailku agar kita tetap bisa bertukar pesan seandainya kita harus lari sesaat lagi.]

Hideya mengisyaratkan untuk saling bertukar alamat email, dan perempuan itu mengerti. Dalam waktu singkat mereka sudah memiliki alamat masing-masing dan tidak perlu saling memperlihatkan layar handphone lagi untuk berkomunikasi.

[Aku sudah pernah bertemu dengan pemain setipe pemilik [The Emperor] itu, dan mereka bukan orang yang bisa diajak berpikir normal. Menurutku akan lebih baik kalau kita bersatu untuk menyingkirkannya. Siapa yang tahu berapa pemain yang sudah dan akan dibunuhnya bila ia terus ada di permainan ini?]

Hideya tersenyum kecil membaca pesan dari Nakamori Ai. Ia tahu siapa 'pemain' yang dimaksud Ai karena ia melihatnya. Ia juga tahu sudah berapa orang yang dibunuh pemilik [The Emperpr] karena memantaunya sejak lama.

Tetapi tentu saja, ia tidak perlu mengatakan hal itu.

Dan...'mengalahkan pemain lain'? Sejujurnya pikiran seperti ini belum terlintas di pikiran Hideya sendiri selama tiga hari permainan berlangusng, sekalipun sebenarnya kemampuannya cocok sekali kalau ia ingin menyingkirkan setipa pemain yang ia temukan diam-diam.

Apakah karena cara seperti itu terlalu pengecut? Ataukah karena ia berpikir bisa menjadi pahlawan yang datang di saat-saat terakhir?

Hideya tersadar dari lamunannya dan hampir lupa membalas pesan Ai.

[Setuju. Beritahu aku apa rencanamu.]

Balasannya datang dengan cepat. Pasti Nakamori Ai ini sudah mengetik pesan lanjutan selama Hideya berpikir barusan.

[Aku akan menjadi pengalih perhatian. Aku memegang 4 buah kartu yang kurasa cukup bervariasi dan bisa diandalkan dalam situasi pertarungan frontal. lagipula pria itu kalau tidak salah memegang 5 kartu, jadi aku ditambah kau sama-sama 5 lawan 5. Aku lebih punya peluang untuk bertahan sekalipun menjadi pengalih perhatian. Selama itulah, tolong kau cari kesempatan untuk merebut kartunya dan menghancurkannya.]

Rencananya ternyata cukup sederhana.

[Kau yakin? Memang kemampuanku punya fungsi serupa kamuflase, tapi tadi saja tiga orang sudah sadar dengan keberadaanku. Kupikir-- | ]

Hideya berhenti sejenak, dan menyadari apa yang salah sebelumnya. Ia pun menghapus pesannya dan menggantinya dengan sebuah pesan singkat.

[Kau yakin?]

Perempuan bertopi di hadapan Hideya tidak tampak ragu sedikitpun.

[Sangat.]

Maka Hideya hanya bisa membalas dengan sebuah pesan lagi.

[Kalau begitu, mohon kerjasamanya. Oh, dan senang berkenalan denganmu.]

Perempuan itu mengangguk pelan, dan mereka pun sepakat untuk bergerak meninggalkan ruangan tersebut.

Part 5

Terdengar suara sesuatu dihancurkan dengan bunyi yang sangat keras.

Nakamori Ai mendengarnya, namun laki-laki bernama Tobari Hideya yang ada di sampingnya tampak tidak mendengarnya. Terlihat dari raut wajahnya yang tidak berubah dan malah seolah bertanya 'ada yang salah?' pada Ai ketika bunyi itu terus muncul berulang-ulang.

Kemungkinan besar pemilik [The Emperor] sedang mengamuk dan menghancurkan dinding gedung satu-persatu untuk mencari mereka.

Cara itu mungkin lebih efektif dari pada memeriksa setiap ruangan yang ada di lorong ini, tetapi juga menghancurkan struktur bangunan ini. Kalau mereka tidak bergerak cepat, bukan tidak mungkin pemilik [The Emperor] itu meluapkan kekesalannya dengan membuat satu gedung ini runtuh dari bawah.

Mendengar bunyi tersebut datang semakin dekat, Ai mengisyaratkan Hideya untuk menggunakan kemampuannya dan berpisah di sini.

Ia berlari meninggalkan pertigaan lorong, kemudian menoleh dan mendapati Tobari Hideya tidak lagi berada di sana. Kalau mengikuti rencana mereka, seharusnya Hideya tidak akan bisa 'dilihat' keberadaannya selama siapapun tidak sadar dengan posisinya sejak awal, dan dengan ini mereka selangkah lebih maju daripada pemilik [The Emperor]. Ai akan mengalihkan perhatian sebisanya, dan ia hanya bisa mempercayakan sisanya pada Hideya.

Rasa percaya.

Entah mengapa Ai bisa percaya kalau Hideya tidak akan lari atau berkhianat dalam rencana ini, sekalipun ia baru mengenalnya tadi.

Ai mengenyahkan pikiran negatif itu dan segera menghadapi pemilik [The Emperor], yang ternyata memang berada tidak jauh dari tempatnya.

Menyadari kemunculan Ai, pria itu menoleh sambil tersenyum lebar.

"Sudah selesai main petak-umpetnya, hah? Berani sekali kau meninggalkan pandanganku tanpa seizinku!!"

"...siapa kau sampai aku harus minta izin hanya untuk pergi?"

Pria itu mengubah raut wajahnya menjadi geram seperti yang terakhir Ai lihat.

"Heh. Merasa hebat karena aku tidak bisa memerintahmu? Kurasa aku harus memberimu sedikit pelajaran!!"

Pria itu seketika melesat ke arah Ai dengan tangan terbuka, dan detik berikutnya ia seudah mencengkeram kepala Ai dengan kuat.

Merasakan bahaya, Ai segera menggunakan [The Moon] miliknya untuk mengulur waktu dan melepaskan diri, kemudian kembali mengambil jarak.

Ia benar-benar tidak boleh lengah. Ceroboh sedikit saja, tampaknya pria itu bisa menghabisinya hanya dengan satu gerakan.

"...masih bisa melarikan diri, eh. Kelihatannya punya 4 kartu membuatmu lebih percaya diri. Tapi, itu tidak cukup!"

Pria itu kembali menerjang Ai, dan Ai kembali menghindar. Pda dasarnya ia memang tidak akan berniat bermain ofensif, karena perannya hanyalah menngalihkan perhatian. Ai sudah menetapkan 10 menit batas waktu dengan Hideya sebelumnya, dan berjanji menahan gerakan pria pemilik [The Emperor] ini bila memungkinkan. Bagaimanapun juga, meski tidak bisa melihat di mana Hideya berada saat ini, Ai tahu akan sulit untuk merebut kartu dari target yang bergerak.

Karenanya, meski tidak mengambil peran ofensif, Ai juga tidak serta merta hanya akan diam dan terus menghindar.

Di antara 4 kartu yang ia pegang, ia belum mencoba menggunakan [The Chariot]. Deskripsinya masih terlalu abstrak untuk ia mengerti, dan dalam keadaan terus diserang sambil menghindar seperti ini, Ai sulit menentukan kartu mana yang harus ia pakai setiap saat, sehingga menyisakan [The Chariot] untuk saat-saat terakhir.

Meski ia sudah memikirkan satu kemungkinan untuk menggunakan kartu ini.

"Jadi ini yang kau bisa lakukan? Lari terus dan menghindariku, hah?!"

Meski gerakan pria itu sangat cepat dan terlihat destruktif (ia menghancurkan lantai dalam setiap langkahnya seperti monster), Ai masih bisa mengimbanginya dengan menggunakan [The Moon]. Sambil menjaga jarak dari kejaran pria itu, Ai mencoba untuk mengantarnya ke satu tempat yang tidak begitu luas, namun juga tidak begitu tertutup.

Pria itu tampak bosan dengan permainan kejar-mengejar ini, dan melakukan sesuatu dengan kartu yang ia pegang.

"--!?"

Mendadak gerakan Ai terhenti lagi. Apa pria itu menggunakan kartu [The Emperor] miliknya?

Tidak, badan Ai masih bisa digerakkan. Lalu kenapa---

Ai tiba-tiba saja tertarik mendekat ke arah pria tersebut, seperti sebuah magnet kuat yang menarik logam.

"Gyahahaha! Kartu perempuan itu ternyata bisa melakukan hal seperti ini!"

---kartu [The Sun]!

Tanpa membuang waktu untuk mencari tahu lagi, Ai segera menggunakan [The Fool] dan melepaskan dirinya dari efek kartu yang digunakan oleh pemilik [The Emperor]. Seharusnya ia melakukannya lebih cepat tanpa berpikir dua kali tadi.

"Cih, ternyata kau bisa lepas dari ini juga? ...tapi, jarak ini, cukup!"

Karena terlalu terfokus pada menghentikan efek yang menarik tubuhnya barusan, Ai tidak sadar dengan jarak antara dirinya dan pria itu, yang ternyata sudah cukup dekat.

Pria itu akhirnya berhasil menjatuhkan Ai dan membantingnya ke lantai.

"Kyaaah!?"

"Sekarang tamatlah riwayatmu!"

Lelaki itu mengangkat kakinya untuk menginjak Ai yang terbaring di lantai.

Sekarang!

Saat itulah Ai menggunakan [The Chariot] miliknya untuk membuat 'kemungkinan pria itu berhenti sesaat' menjadi 100%.

Sebelum kakinya sempat meluncur, ia melihat Nakamori Ai mengacungkan jempolnya.

"Heh? Apa yang kau---?"

Jempol itu sebenarnya ditujukan sebagai sinyal bagi Hideya, bila ia memang menyaksikannya saat ini. Dan tampaknya efek kemampuan [The Chariot] benar-benar bekerja, karena pria itu tertahan sepersekian detik dengan gestur aneh yang ditunjukkan Ai sebelum dia sempat menginjaknya.

Ai melanjutkannya dengan menggunakan [The Moon] sekali lagi, berharap ini cukup untuk memberi Hideya sedikit waktu.

Kumohon, bekerjalah!

Ai menutup mata....


...dan detik berikutnya, pria tersebut sudah lenyap seperti debu.

Part 6

[Terima kasih tidak lari dari rencanaku.}

Seperti itulah pesan singkat yang dikirimkan oleh Nakamori Ai pada Hideya.

Saat ini, Hideya telah berada di luar bangunan usai menghancurkan kartu milik [The Emperor]. Sesaat ia mengira akan merasakan keraguan karena melakukan hal ini rasanya sama saja seperti membunuh seseorang, namun ternyata tidak.

ia merasa sangat ringan ketika melakukannya.

Mungkinkah ini karena ia sudah terlalu banyak menyaksikan langsung pemain lain menghilang satu persatu?

Bagaimanapun juga, Hideya memperhitungkan segala kemungkinan, dan merasa tidak ada salahnya membantu pemilik [The Devil] itu barusan.

Akan tetapi, ia tidak bisa terus bersama dengannya.

Menurut peraturan tambahan, pada hari keempat permainan, pemain yang tersisa akan dikembalikan ingatannya tentang Arcanagram sebelum permainan ini dimulai. Dan kalau teori Hideya mengenai kemungkinan bahwa dirinya adalah [pencipta], maka bergerak bersama pemain lain akan sangat berisiko.

Karena itulah, ia meninggalkan Nakamori Ai tanpa mengucapkan perpisahan begitu saja setelah menyingkirkan pemilik [The Emperor].

Setidaknya dari isi pesannya, tampaknya perempuan itu juga mengerti dengan keputusan Hideya. Toh ia sudah melihat perempuan itu bekerjasama dengan pemilik [The Judgement], jadi ini pasti bukan yang pertama baginya.

Kini Hideya melihat apa saja yang ada di tangannya saat ini.

Ia saat ini memegang 7 buah kartu, meski tidak yakin akan menggunakan apapun selain [The Hermit]. Namun, tidak ada salahnya berjaga-jaga mengetahui permainan ini sudah memasuki babak akhir dan akan segera selesai dalam waktu dekat.

Kartu yang ada di tangan Hideya adalah [The Hermit], [The Temperance], [The Death], [The Lovers], [The Sun], [The Hierophant], dan [The Magician].

Bahkan pemain yang tersisa berjumlah lebih sedikit daripada kartu yang ia pegang saat ini.

Tentu saja, ia tidak akan punya kartu sebanyak ini kalau bukan karena mengikuti rencana pemilik [The Devil]. Meski sekali lagi, ia tidak berencana untuk memakai kartu lain selain [The Hermit], tapi rasanya ia perlu menunjukkan rasa terima kasihnya.

Maka ia membalas pesan Nakamori Ai.

[Terima kasih kembali.]


Intermission Report

Inactive Player : No.X [The Fortune], No.III [The Empress], No.0 [The Fool], No.VIII [The Strength], No.XIV [The Temperance], No.V [The Hierophant], No.I [The Magician], No.II [The Priestess], No.VII [The Chariot], No.XII [The Hangedman], No.XVI [The Tower] , No.VI [The Lovers], No.XIII [The Death], No. XVIII [The Moon], No.XIX [The Sun], No.IV [The Emperor]

Player Remaining : 6

Arclist16.jpg