Arcanagram:Volume00 13th card

From Word Craft
Jump to navigation Jump to search

Part 1

Asagiri Sora tidak pernah menyangka kalau keputusannya merekrut pemilik [The Death] sebagai salah satu rekan mereka adalah hal yang sulit.

Sebelum mendatangi tempat Sengoku Hime, ia memang telah lebih dulu mengecek keberadaan pemilik [The Death]. Namun karena merasa pria itu mungkin saja masih akan mengejarnya di bawah pengaruh [The Emperor] seperti kemarin malam, ia berpikir untuk mendekati Sengoku Hime terlebih dahulu. Dan ternyata perempuan itu memegang kartu [The Death], sehingga tercetuslah rencana Sora untuk menarik pemilik [The Death] dengan iming-iming pengembalian kartu.

Sayangnya, pemilik [The Death] tampaknya masih mengejar Sora.

Tidak, mungkin ia mengejar Sora lebih karena Sora saat ini tengah memegang kartunya. Dalam permainan ini, kartu tersebut seperti nyawamu sendiri, di mana ketika kartumu hancur, itu juga berarti kau akan lenyap dari dunia ini.

Saat ini Sora tengah berhadapan dengan pemilik [The Death], Tsuchikage Yadomaru, di koridor apartemen di mana Yadomaru tinggal.

"Kembalikan kartuku," katanya dengan tatapan tajam. "Atau aku akan merebutnya paksa darimu."

"Tunggu, dengar dulu, dong," balas Sora dengan ikut menatap langsung matanya. "Aku akan mengembalikan kartu ini kalau kau berjanji membantuku dan Sengoku Hime mengumpulkan semua pemain lain."

Yadomaru tampak semakin curiga sekaligus awas dengan apa yang Sora katakan.

"Mengumpulkan semua pemain lain? Untuk apa?"

"Untuk menyelesaikan permainan ini, tentu saja. Semakin cepat semua berkumpul di satu tempat, semakin mudah kita mencari siapa [pencipta] di antara kita, kan?"

"...kau sadar kan kalau hanya ada satu orang pemenang di akhir permainan?"

"Sadar, kok. Dan untukku, tidak masalah siapa yang menang selama permainan ini berakhir. Tidakkah kau berpikir demikian?"

"...kau gila. Bukankah semua selain pemenang akan dilenyapkan?"

"Itu kan cuma 'aturan tambahan'. Sampai kita melihat adanya pemenang, siapa yang tahu apa yang benar-benar akan terjadi di akhir."

Sora berusaha mengajak pemilik [The Death] tersebut sebisanya, namun dari raut wajah Yadomaru saja dapat terlihat kalau lelaki itu tidak setuju dengan ide Sora.

"Aku menolak."

"Tidak adakah ruang untuk diskusi?"

"Aku menolak, kau dengar?! Terserah kau mau menyebutku pengecut atau apa, tapi aku tidak akan mau lagi bertemu dengan pemain lain, apalagi kalau kau masih memegang kartuku seperti itu!"

"Eeeh, makanya sudah kubilang kan aku ingin me---"

Belum sempat Sora menyelesaikan kalimatnya, Yadomaru telah menggunakan [The Death] untuk mematikan pandangan Sora, membuat dunia di pandangannya menjadi hitam seketika.

"Eh? Eh?"

Tanpa kemampuan untuk melihat, Sora tidak menyadari ketika kartu [The Death] direbut begitu saja oleh Yadomaru. Kelihatannya Sora termasuk yang belum mengetahui kalau kemampuan Arcanagram bisa tetap dipakai tanpa memegang kartu.

Setelah mendapatkan kartunya kembali, Yadomaru segera berlari meninggalkan Sora.

"Tunggu! Kumohon, jangan lari!"

Segera setelah pengelihatannya kembali, Sora pun segera mengejar Yadomaru yang berlari keluar dari daerah apartemen tempat tinggalnya.

Sora sama sekali tidak tahu mengapa Yadomaru lari ataupun ke mana tujuan Yadomaru lari saat ini.

Ia hanya berpikir bahwa ia sudah berjanji kepada Sengoku Hime untuk membawa lelaki ini sebagai salah satu rekan, dan rasanya tidak mungkin ia akan kembali dengan tangan kosong.

Di bawah terpaan hujan, Yadomaru terus berlari. Jauh, bahkan hingga sampai ke area kota yang sepi dari kendaraan yang berlalu lalang. Karena tidak memegang kartu [The Magician], Sora tidak bisa mengejarnya dengan cepat. Padahal kalau kartu itu masih ada di tangannya, mungkin ia bisa mengejar pemilik [The Death] itu dengan terbang atau semacamnya.

"Tolong berhentilah! Kau tidak lelah berlari begini? Kita berdua kebasahan, lho!"

"Cerewet! Kau yang seharusnya berhenti mengejarku!"

Mereka terus berlari dan berlari, hingga mungkin keduanya tak tahu lagi berapa lama mereka telah berlari.

Akhirnya sampailah mereka di sebuah daerah perumahan yang sepi karena semua penghuninya pasti sedang berada di dalam rumah dalam keadaan hujan seperti ini. Bahkan kelihatannya sepanjang mereka berlari tadi, tidak banyak juga orang lain yang ada di jalanan. Mungkin hujan hari ini memang membuat orang enggan untuk keluar rumah.

Namun di sinilah mereka berdua, berdiri dalam keadaan basah kuyup dan kehabisan nafas.

Atau tidak.

Sebenarnya, hanya Tsuchikage Yadomaru di antara mereka berdua yang kehabisan nafas. Asagiri Sora telah menggunakan [The World] untuk mengembalikannya staminanya yang 'kurang' menjadi 'sempurna' kembali, sehingga ia tidak begitu lelah dibandingkan Yadomaru yang kelihatannya mulai lelah dan linglung karena berlari di tengah-tengah hujan seperti ini.

"Kurasa kita harus mengakhirinya," kata Sora berusaha meyakinkan Yadomaru. "Dengar, bisakah kau memberiku ruang untuk berbicara? Setidaknya aku benar-benar menjadikanmu seorang kawan dan bukan lawan, kau tahu."

Sora tidak dapat melihat jelas wajah lelah Yadomaru, namun ia tahu kalau raut muka lelaki itu pasti tidak sedang tersenyum.

Dan mendadak, pandangannya kembali hilang.

"!!"

Sora tidak hanya kehilangan penglihatan. Ditambah suara bising dari derasnya hujan yang turun, ia tidak dapat mendengar dengan jelas langkah Yadomaru.

Apakah lelaki itu lari lagi selama Sora kehilangan pandangannya?

"...gukh!?"

Ternyata jawabannya tidak.

Saat Sora membuka mata, sebuah tali yang kuat telah melingkari lehernya. Dari belakang tubuhnya, seseorang menarik kedua ujung tali tersebut dengan sekuat tenaga.

Orang itu tentu saja adalah Tsuchikage Yadomaru, dan Sora tahu itu tanpa perlu bertanya. yang saat ini Sora tidak ketahui adalah...

"...kau, kkkkh...benar-benar...berniat...membunuh...ku?!"

Bahkan Sora sulit untuk bicara dengan jelas karena jeratan tali di lehernya yang semakin lama semakin erat.

Sementara di belakangnya, Yadomaru berkata dengan gemetaran.

"Sejak semalam, aku sudah mengincarmu, asal kau tahu saja. Sayangnya terlalu banyak hal di luar rencanaku yang muncul malam itu. Aku tidak bisa mengalahkan semua pemain Arcanagram sekaligus, jadi kurasa aku perlu mengambil beberapa kartu sebelum menghadapi pemain lain!"

Kesadaran Sora semakin memudar, dan sayup-sayup di antara suara hujan, Sora dapat mendengar apa yang keluar dari mulu Yadomaru setelahnya.

"Selamat tinggal."

Part 2

Sepanjang malam hari sebelumnya, Tsuchikage Yadomaru dilanda depresi berat.

Sekalipun ia memberanikan diri untuk masuk kembali ke dalam, ia tidak bisa menemukan kartunya. Para staf gedung kelihatannya menyadari mayat korban [The Emperor], sehingga mereka menutup gedung itu lebih cepat setelah polisi datang, membuat Yadomaru tidak bisa mencari kartunya di dalam sana.

Ia menunggu dan menunggu, namun banyaknya korban membuat pemeriksaan polisi berlangsung lama, dan Yadomaru akhirnya menyerah untuk menunggu. Ia pun pulang kembali ke apartemennya dalam keadaan tak menentu.

Saat ia terbangun pagi keesokan harinya, ia merasa masih diberkati sebuah keajaiban karena masih hidup meski kartunya entah di mana saat ini.

Namun kemudian ia berpikir, bukankah cepat atau lambat ia pasti akan tersingkir?

Kartunya tidak ada. Kalaupun ada pemain lain yang mengambil kartunya, rasanya akan sama saja dengan dia sudah gugur dalam permainan ini.

Memikirkan hal itu membuat Yadomaru semakin frustasi. Ia sudah kehilangan kesempatannya untuk mendapatkan kartu lebih tadi malam, dan sekarang ia malah kehilangan kartunya sendiri.

Ia merasa sial. Sudah tidak ada harapan lagi bagi orang tak penting sepertinya untuk bertahan sampai akhir.

Entah bagaimana, tercetus di kepala Yadomaru untuk membunuh dirinya sendiri.

Ia sudah melihat mayat hancur yang kemungkinan merupakan perbuatan pemilik [The Tower] di hari pertama. Ia juga sudah melihat mayat bergelimpangan korban pemilik [The Emperor] kemarin malam. Kalau ia akan berakhir dalam keadaan brutal seperti itu, mungkin lebih baik kalau ia membunuh dirinya sendiri sebelum dibunuh oleh orang lain.

Maka ia mengambil sebuah tali dan berniat untuk menggantung dirinya.

Entah keberuntungan atau bukan, niatnya dihentikan saat pintu kamar apartemennya terdengar diketuk dari luar. Kemudian sebuah suara memanggilnya dengan nama 'pemilik [The Death]'. Terlebih lagi, ia mengenal suara itu.

Suara itu adalah suara pemilik [The World] yang kemarin malam ia incar, sekaligus menolongnya meloloskan diri dari pemilik [The Emperor].

Perempuan bernama Asagiri Sora itu kemudian datang dengan kartunya, membuat Yadomaru terkejut bukan main. Seketika Yadomaru mendapatkan kembali harapan. Kelihatannya di memang orang yang sangat mudah berubah pendirian.

Akan tetapi, apa yang kemudian diajukan oleh Sora sebagai 'syarat pengembalian kartunya' lebih mengejutkan Yadomaru daripada fakta bahwa ia berhasil menemukan kartunya.

Perempuan itu berkata bahwa ia ingin mengumpulkan semua pemain di satu tempat.

Bagi orang seperti Yadomaru yang pada dasarnya adalah pengecut dan tidak mau berhubungan dengan banyak orang, rencana itu benar-benar tidak masuk akal.

Ia belum siap. Tidak, ia tidak siap.

Ia ingin lari saja dari tempat ini dan bertahan sendiri hingga kahir, daripada harus mempertaruhkan nyawa bertemu dengan pemain lain seperti itu.

Di saat itulah, ia mengingat kejadian semalam di mana pemilik [The Hangedman] tetap dapat menggunakan kemampuannya tanpa memegang kartu.

Yadomaru mencobanya, dan berhasil. Ketika Asagiri Sora tidak bisa melihat, segera saja ia merebut kartunya kembali.

Namun setelah itu, ia tak yakin apa yang selanjutnya harus ia lakukan.

Didorong rasa dikejar sebagaimana saat ia berurusan dengan pemilik [The Tower], pikiran pertama yang muncul di kepala Yadomaru adalah lari sejauh mungkin. Tanpa mempedulikan keadaan yang masih hujan, iapun berlari menjauhi pemilik [The World], menjauhi apartemen tempat tinggalnya.

Ternyata pemilik [The World] cukup gigih dan mengejarnya. Maka mereka berlari hingga Yadomaru akhirnya kelelahan.

Yadomaru tak kuat lagi untuk berlari. Tapi ia juga tidak mau menuruti keinginan perempuan ini.

Maka satu-satunya pilihan yang tersisa adalah...

...berhenti menjadi pengecut dan mengalahkan perempuan itu.

Cepat atau lambat, Yadomaru sadar ia harus melakukan ini kalau ingin bertahan. Lagipula dengan kartu [The Death] miliknya, taktik pengecut memang sangat cocok.

Yadomaru tidak punya apapun yang bisa digunakan untuk senjata selain tali di balik bajunya yang sebelumnya hendak ia gunakan untuk gantung diri. Sebuah ide terlintas di kepalanya, dan dengan segera ia kembali mematikan pandangan dari Asagiri Sora, kemudian menjerat leher perempuan itu dengan tali tersebut.

Keadaan saat ini tengah hujan lebat, dan sama sekali tidak ada orang di jalanan. Kalau Yadomaru beruntung, maka tidak akan ada saksi dari aksi pembunuhan ini!

Sayangnya, pembunuhan itu tidak berhasil.

Bagaimanapun juga, Yadomaru hanya seorang amatir dalam 'pertarungan nyata'. Ia tidak mengantisipasi kalau sama seperti dirinya, Sora juga dapat menggunakan kemampuannya untuk banyak hal yang tidak bisa diprediksi.

Asagiri Sora menggunakan kartu [The World] miliknya untuk menciptakan 'ruang gerak' yang sempurna, sehingga seketika Yadomaru terhempas menjauh dari tubuh perempuan itu.

Yadomaru tak mengerti apa yang terjadi, tapi ia tahu kalau perempuan itu pasti menggunakan kemampuannya. Mata dibalas mata, maka kemampuan dibalas dengan kemampuan.

Sebelum Asagiri Sora benar-benar pulih dari rasa sesak di lehernya, Yadomaru segera mematikan gerakan Sora dengan membuat kedua kaki perempuan itu 'mati'. Sorapun terjatuh ke tanah tanpa adanya kekuatan kaki yang menyangga tubuhnya, sementara Yadomaru segera melesat kembali ke arah Sora untuk percobaan kedua.

Sekali lagi Yadomaru tak sadar kalau Sora dapat menggunakan kemampuannya untuk menyembuhkan kakinya dari keadaan 'kurang dapat bergerak' menjadi 'dapat bergerak sempurna'. Prinsip dasar kemampuan [The World] adalah 'menyempurnakan apapun yang bersifat kurang menjadi sempurna', sehingga Asagiri Sora sebenarnya dapat menjadi kebal terhadap apapun bila ia menghendakinya.

Karena tidak tahu akan hal ini, Yadomaru tidak menghentikan langkahnya dan terus bergerak menuju ke arah Sora.

Tepat saat tak ada jarak di antara mereka, Sora bangkit, membuat Yadomaru kaget sesaat dan melangkah mundur sedikit secara spontan.

"Berhentilah! Aku tidak akan bertarung denganmu!"

Yadomaru juga ingin mengatakan kalau ia tidak ingin bertarung, tapi sesuatu menghalanginya untuk berkata demikian.

Sesuatu bernama kekhawatiran.

Yadomaru menjadi kalap karenanya, dan kembali hal pertama yang terpikir olehnya dalah lari.

Ia meninggalkan blok perumahan, tidak lagi melihat ke belakang atau ke depan. Ia hanya ingin berlari meninggalkan semua ini.


BRAAAAKK!!!


"----!?"

Sebuah truk. Datang dari samping. Sama sekali tidak terlihat oleh Yadomaru yang baru meninggalkan area perumahan langsung ke jalan raya.

Kemungkinan besar pengemudinya tidak melihat jelas karena hujan. Begitulah pikir Yadomaru saat itu.

Ada kemungkinan lain kalau ia memang salah, berlari seperti itu tanpa membuka mata sama sekali. Ketika ia membuka mata, yang ada hanya langit kelabu dan jutaan titik-titik air yang seolah menghujam tubuhnya yang kini terbaring tak berdaya di tengah jalan.

Ya, ia bau saja ditabrak oleh truk-entah-dari-mana. Benar-benar tidak keren, pikir Yadomaru saat itu.

Ah, tetapi seorang pengecut tidak butuh akhir yang keren. Kalau pemilik [The World] itu tidak mendatangi tempatnya, mungkin ia sudah mati lebih dulu karena bunuh dari. Jadi, ia hanya sedikit menunda kematiannya.

Ia bisa melihat pengemudi truk itu turun dan melihatnya, namun terlambat. Ia sendiri tahu kalau sebentar lagi tubuhnya tak akan bisa bertahan.

Ia bahkan masih sempat melihat pemilik [The World] berlari ke arahnya dengan ekspresi khawatir. Mungkinkah perempuan itu akan mencoba menyembuhkannya?

Kalaupun iya, rasanya Yadomaru akan menolak.

Ia memejamkan mata.

Akhirnya, semua berakhir baginya.

Kini ia tidak akan perlu merasa khawatir lagi.....


Part 3

Sebagai seseorang yang tidak begitu mengikuti tren saat ini, Zekken Isshiki mungkin adalah sedikit dari sebagian orang di kota ini yang tidak mengenal nama Sengoku Hime.

Ia tidak mengenal nama perempuan itu hingga pagi ini, ketika ia diminta untuk mendatangi tempat di mana perempuan itu terbunuh. Walau sejujurnya, ia tidak begitu mementingkan siapa Sengoku Hime hingga ia sampai di tempat kejadian perkara.

Di kepalanya masih ada kasus yang ia kejar, yaitu mengenai 'pembunuhan Nishigami Kaito'. Belum lagi ia mendengar kabar kalau 'Takenatsu Riri' juga terbunuh di hari yang sama dengan saat ia bertemu dengannya.

Dan ketika melihat mayat Sengoku Hime, barulah ia mengetahui kalau perempuan ini adalah pemain Arcanagram juga melalui sebuah firasat kuat. Saat mengarahkan kartunya, ia dapat melihat bahwa Sengoku Hime adalah pemilik [The Lovers] dengan status inaktif.

Mengapa semua ini terjadi? Permainan macam apa sebenarnya Arcanagram ini, hingga mengharuskan setiap dari mereka yang bertemu saling membunuh seperti ini?

Bila Isshiki tidak salah ingat, ada peraturan tambahan di mana pemain dapat melenyapkan pemain lain dengan menghancurkan kartunya. Cara itu kelihatan lebih mudah daripada membunuh seseorang dan meninggalkan mayat dengan banyak bukti seperti ini.

Jadi, kenapa harus membunuh?

Kelihatannya ia butuh ruang untuk berpikir. Ia pun meninggalkan ruangan tersebut pada rekan polisinya yang lain dan keluar untuk menghirup udara segar.

Namun di luar masih hujan. Kelihatannya ia berpikir terlalu banyak hal hingga melupakan hal-hal kecil seperti itu.

Saat tengah memandang ke arah luar apartemen, matanya bertemu dengan seorang perempuan yang tampak basah kuyup diguyur hujan.

Seorang perempuan yang seperti halnya dengan Sengoku Hime, segera ia ketahui adalah salah seorang pemain Arcanagram.

Part 4

"...jadi seperti itulah ceritanya. Dan tidak kusangka, Sengoku Hime itu sampai terbunuh selama aku pergi... Aku benar-benar gagal hari ini."

Kini Zekken Isshiki dan Asagiri Sora tengah menyantap makan siang di sebuah kedai ramen pinggir jalan. Isshiki baru saja mendengar cerita perempuan itu soal keinginannya untuk mengumpulkan semua pemain di satu tempat, dan bagaimana ia merasa bertanggungjawab atas kematian dua pemain lain, pemilik [The Lovers] dan [The Death], pada hari ini.

"Itu bukan salahmu," sela isshiki di tengah-tengah santapannya. "Kalau ada yang harus disalahkan, maka hanya [pencipta] permainan inilah yang pantas untuk disalahkan. Kalaupun ternyata akulah [pencipta]nya, maka akupun akan merasa bertanggungjawab telah menciptakan permainan tidak jelas seperti ini."

Sora memandang Isshiki lekat-lekat, kemudian berkata.

"..entah mengapa aku merasa kita punya kesamaan pandangan. Apakah kau juga berminat untuk segera mengakhiri permainan ini?"

"Bisa dibilang iya. Lagipula, aku juga ingin tahu kebenaran di balik permainan ini dan mencegah pertumpahan darah yang tidak perlu. Kurasa aku termasuk tipe yang tidak ingin bertarung dengan siapapun dalam permainan ini, sama sepertimu."

"Kita sepemikiran!"

Mendadak ekspresi muram hilang begitu saja dari wajah Asagiri Sora, digantikan dengan keceriaan seperti anak TK yang baru mendapat teman pertamanya di sekolah.

"Zekken-san, kalau aku meminta bantuanmu, apakah kau bersedia?"

"..."

Isshiki meneguk kuah ramen di mangkuknya hingga habis sebelum memberikan sebuah jawaban pada Sora.

"...kuusahakan. Aku belum tahu bagaimana, tapi sampai hari ini berakhir, kurasa kita bisa memikirkan bagaimana 'mengumpulkan semua pemain' paling tidak di hari keempat permainan besok. Lagipula, ada sesuatu yang ingin kuketahui dari hari terakhir tersebut."

"Apakah ini soal 'pengembalian ingatan'?" tanya Sora.

Isshiki mengagguk pelan.

Ada sebuah 'peraturan tambahan' yang mengatakan bahwa ingatan setiap pemain mengenai segala sesuatu terkait Arcanagram sebelum permainan dimulai akan dikembalikan, bila dalam 3x24 jam belum ada yang keluar sebagai pemenang. Sejujurnya Isshiki sangat tertarik dengan poin tersebut, karena ia ingin tahu kebenaran apa yang sudah ia ketahui mengenai permainan ini sebelum permainan ini dimulai?

"Kalau ingatan kita semua kembali, kurasa mencari siapa [pencipta] di antara kita akan lebih mudah," tambah Isshiki. "Jadi sekarang, kita perlu mencari tahu cara mengumpulkan mereka semua di satu tempat. Sampai saat itu tiba, aku tidak keberatan membantumu."

"Terima kasih banyak~!"

Isshiki hanya bisa membalas senyum yang ada di wajah Sora dengan senyuman kembali.

Semoga saja hujan hari ini cepat berakhir...



Intermission Report

Inactive Player : No.X [The Fortune], No.III [The Empress], No.0 [The Fool], No.VIII [The Strength], No.XIV [The Temperance], No.V [The Hierophant], No.I [The Magician], No.II [The Priestess], No.VII [The Chariot], No.XII [The Hangedman], No.XVI [The Tower] , No.VI [The Lovers], No.XIII [The Death]

Player Remaining : 9

Arclist13.jpg


Additional Rules #07

> Pada kasus di mana seorang pemain memegang lebih dari satu kartu, ia hanya dapat memakai satu kemampuan Arcanagram dalam satu waktu.