Arcanagram:Volume00 11th card

From Word Craft
Jump to navigation Jump to search

Part 1

Permainan Arcanagram saat ini telah memasuki hari ketiga, dan hampir setengah dari pemain telah meninggalkan permainan ini.

Tentu saja, di antara para pemain yang masih bertahan tidak ada yang mengetahui jumlah pasti pemain yang tersisa. Sekalipun setiap dari mereka dapat mengetahui kalau orang yang mereka temui adalah pemain atau bukan, tetap saja mereka tidak punya semacam radar untuk menentukan koordinat dari semua pemain lain. Jangankan demikian, hingga saat inipun masih belum ada pemain yang benar-benar tahu siapa [pencipta] di antara mereka.

Yuuzawa You adalah salah satu orang yang pagi ini tengah memikirkan hal tersebut.

Sejak insiden yang terjadi dua hari lalu di mana ia tak sengaja membunuh seorang pemain lain, ia sempat gelisah. Hati kecilnya tidak tahu apakah ia berbuat benar atau salah, dan sepanjang hari kemarin ia terus mencari pembenaran atas apa yang telah ia lakukan.

Pembenaran, yang akhirnya di tengah jalan berubah menjadi sebuah pelarian berupa rokok dan minuman beralkohol.

Hanya dalam waktu singkat, Yuuzawa You sudah seutuhnya melupakan sesal ringan yang sempat ia rasakan. Ketika mabuk, ia justru merasa tercerahkan dengan berpikir kalau memang sudah sewajarnya ada yang mati dalam permainan ini, entah itu di tangannya atau di tangan orang lain.

Toh cepat atau lambat permainan ini pasti akan berakhir juga. Dan saat seseorang memenangkannya yang lain akan lenyap.

Jadi tidak masalah kalau mereka lenyap di akhir atau lenyap saat permainan berlangsung.

Setelah menghabiskan seharian penuh dengan bermabuk-mabukan dan melupakan segala masalah, pagi ini Yuuzawa You terbangun di pinggiran jalan.

Ia memandang matahari pagi yang baru terbit samar-samar di balik gumpalan awan dengan perasaan kesal. Kenapa tidak ada orang yang menolongnya atau menyuruhnya pindah dari jalanan kemarin?

Sambil menggerutu, ia merogoh sakunya. Kosong. Ternyata ia sudah kehabisan rokok.

Seakan melengkapi kekesalannya, dua sosok asing mendadak muncul di depannya pagi ini.

"Akhirnya... kutemukan kau," kata seorang perempuan bertopi yang menatap tajam ke arah You. Wajahnya hanya terlihat setengah karena topi yang menutupi wajahnya, namun You dapat melihat ada siratan kebencian di baliknya.

Sementara di samping wanita itu, berdiri seorang pria urakan dengan kaos yang menguap lebar.

"Padahal kita tidak perlu buru-buru begini, kan... Ini masih pagi, hoahm. Ah, kalau bukan karena [The Judgement] milikku, kita tidak akan sampai ke sini secara instan, jadi kenapa aku merasa sudah dimanfaatkan?"

"Kau baru berhasil melakukannya setelah puluhan kali percobaan, Kiyotaka-san. Kemampuan kartumu itu benar-benar merepotkan."

"Terserah apa katamu. Toh aku suka dengan kartu ini."

Yuuzawa You hanya terbengong-bengong menyaksikan adu mulut kedua orang asing di depannya ini.

Ya, dia tahu mereka pemain Arcanagram. Tapi kenapa mereka bersama-sama dan tidak saling bertarung?

Ia mengeluarkan kartunya dan segera mengetahui kalau mereka adalah pemilik [The Judgement] dan [The Devil]. Pemilik [The Devil] ini juga merupakan pemain dengan kartu ganda, sesuatu yang baru You ketahui pagi ini.

Sekarang, apa yang ingin mereka lakukan?

"Apa yang sekarang akan kita lakukan?"

Pria di depan You bertanya hal yang sama dengan apa yang ia pikirkan kepada perempuan di sampingnya.

"Tentu saja, menyingkirkannya. Kalau kau tidak sanggup membunuhnya, maka rebut dan hancurkan saja kartunya. Tetapi kusarankan hati-hati, karena tersentuh olehnya saja, tubuhmu bisa hancur berantakan. Kemampuan miliknya itu sama sekali bukan main-main."

"Hee...kulihat kau benar-benar dipenuhi dendam, ya," kata pria pemilik [The Judgement] sambil menggaruk rambutnya. "Tapi biar kupastikan satu hal dulu. Oi paman!"

Merasa dirinya dipanggil, You menatap balik pria itu dengan wajah yang seolah menanyakan 'apa yang kalian perlukan dariku?' tanpa membuka mulut.

"Aku ingin tahu, apa benar kau dua hari yang lalu membunuh seseorang?"

"...."

Oh. Jadi kedua anak muda ini datang untuk menghakiminya?

Atas dasar apa? Memangnya mereka ini siapa? Bukankah posisi mereka sama saja dengan dirinya, sebagai seorang pemain?

"Kalau iya, lalu kenapa, hah?! Apa masalahmu?! Kalau memang kau ingin menghancurkanku, cobalah!"

Yuuzawa You segera menerjang ke arah kedua orang itu. Terkejut, mereka segera berlari dan berpencar ke sisi yang berbeda.

"Memanfaatkan jumlah kalian...kalian sama pengecutnya dengan seorang pria yang kutemui dua hari lalu. Kalau tidak punya keberaninan untuk menghadapiku satu lawan satu, kalian sama sekali bukan apa-apa!"

Yuuzawa You kemudian bergerak menuju ke arah pria pemilik [The Judgement]. Sesaat pria itu terkejut, namun segera mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

Sebuah pistol.

"Kalau kau memang seorang pembunuh, maka aku tidak perlu merasa tidak enak hati menggunakan ini. Maaf paman, selamat tinggal!"

Sebuah peluru dengan cepat ditembakkan dari pistol tersebut, tepat mengenai dahi You.

Akan tetapi...

"!?"

Yuuzawa You sama sekali tidak terluka.

Tidak, bahkan peluru yang seharusnya menembus kepalanya kini telah menjadi butiran pasir logam yang terbang bersama udara.

Bagi You, apapun yang secara fisik dapat hancur akan hancur saat berkontak dengannya bila ia ingin. Dengan kata lain, ia benar-benar kebal kecuali lawannya bisa membunuhnya dengan sesuatu selain yang bersifat fisik.

Di tengah kebingungannya, sang pemilik [The Judgement] kemudian menembak kembali You dengan pistolnya.

Namun percuma. Peluru kedua itu menghilang begitu saja seperti peluru pertama sebelumnya.

Tanpa memberi jeda waktu, You menyergap pria itu dengan tinju yang siap diluncurkan.

"Awas!"

"---ap---"

Sebelum ia sempat memukul pria itu, sesosok orang lain menengahi mereka, membuat tinju You mengenai orang itu alih-alih pria di hadapannya.

Akan tetapi, yang aneh adalah efek [The Tower] miliknya tidak bekerja.

'Orang lain' yang merupakan perempuan bertopi itu terhempas karena tinju You, tapi tidak serta merta hancur seperti yang terjadi pada wanita yang ia bunuh dua hari lalu.

"Kau, bagaimana bisa--"

Tidak memedulikan keheranan You, perempuan itu berteriak dalam keadaan terbaring di tanah.

"Lakukan sesuatu dengan kemampuanmu!"

"Sedang kucoba!"

You segera melirik ke arah pemilik [The Judgement] dan mengganti targetnya.

Ia tidak lagi mengincar pria itu, tetapi perempuan yang tersungkur di depannya.

Sekalipun efek [The Tower] tidak bekerja - mungkin karena kemampuan kartu perempuan itu -, You masih bisa mengalahkannya hnaya dengan serangan fisik. Kalau permpuan itu manusia biasa, tinju dan tendangan You saja pasti cukup untuk menghabisinya, dan You bisa menghancurkan kartunya kalau ia belum mati setelahnya.

"Nakamori! Cih.."

Kelihatannya pria dengan pistol itu sadar dengan niat You, tapi ragu untuk menghalanginya karena tidak bisa berhadapan langsung dengannya.

Benar, kalau lelaki itu berani mengadu fisik dengannya, dipastikan lelaki itu akan segera hancur dalam waktu singkat.

Dan pistol juga tidak bekerja, jadi lelaki itu tidak punya apa-apa untuk menolong perempuan yang akan You serang ini.

Setidaknya begitulah pikir You, yang tidak mengetahui kalau pria itu sudah menggunakan kemampuan miliknya.

"Bekerjalah!"

Part 2

Kiyotaka Tooru tahu betul kalau pertarungan yang didasarkan pada dendam bukanlah pertarungan yang akan memberimu rasa kemenangan, sekalipun kau memenangkannya.

Ia tidak tahu seperti apa hubungan pemilik [The Devil] dengan pemilik [The Fool], tapi ia merasa perempuan bernama Nakamori Ai itu terlalu gegabah.

Menyerang pemilik [The Tower] di tengah jalanan seperti ini cepat atau lambat pasti akan menarik perhatian masyarakat sekitar, apalagi setelah Tooru melepaskan dua tembakan barusan. Ia bahkan sudah memikirkan kemungkinan terburuk di mana ia harus lari meninggalkan Nakamori Ai.

Tetapi sampai akhir, ia tidak bisa.

Padahal ia tidak punya kepentingan untuk menuruti permintaan balas dendam Ai. Jadi, kenapa?

Tooru sadar kalau jawabnnya sederhana.

Itu karena sosok Nakamori Ai saat ini mengingatkannya pada dirinya di masa lalu.

Yang dihantui oleh dendam yang tak terbalaskan.

Yang akhirnya terus melanjutkan hidup dalam bayang-bayang kebencian dan penyesalan.

Ia ingin menuntaskannya.

ia ingin melihat apa yang terjadi pada seseorang yang memiliki masalah yang sama dengannya bila orang tersebut berhasil melakukan apa yang gagal ia lakukan di masa lalu.

Karena itulah ia membantu Ai, semata-mata sebenarnya hanya untuk kepuasan pribadinya.

Dan karena itulah, ia tidak akan membiarkan perempuan itu mati di sini sebelum ia bisa melihat bagaimana perempuan itu akan hidup setelah dendamnya terbalaskan!

Aturan : Dilarang menyerang pemain Arcanagram lain. Detil : Serangan yang dimaksud adalah segala sesuatu dengan niat melukai.

Hukuman : Pemain yang melanggar akan kehilangan kemampuannya sampai ia berhenti menyimpan niat menyerang pemain lain.

Pesan konfirmasi : Anda tidak akan bisa menggunakan [The Judgement] dan membatalkan aturan ini bila melanggar aturan yang anda buat untuk sementara waktu. jalankan aturan?

[Y / N]

Selama ia tidak menyerang pemilik [The Tower], semuanya akan baik-baik, saja, kan?

"Bekerjalah!"

Dan saat itu juga, pria pemilik [The Tower] itu sampai di tempat Nakamori Ai tersungkur, kemudian menendang tubuhnya.

"Kyaaah!"

Tubuh Ai memang terluka karena tendangan itu, tapi tidak lantas hancur seperti bila kemampuan [The Tower] masih aktif.

Dalam keadaan begini, pasti sulit baginya untuk menggunakan [The Fool] secara tepat. Karenanya Tooru mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan dengan kemampuannya barusan.

Tetapi tetap saja, ia harus memikirkan sesuatu untuk menghentikan pria dengan rambut kuncir kuda yang tengah menganiaya Ai di depannya ini.

Haruskah ia menyerangnya?

Sekalipun itu artinya ia juga dalam bahaya karena tidak bisa menggunakan kemampuannya?

".....uwoooooooggh!!"

Merasa tak perlu bertanya pada dirinya sendiri, Kiyotaka Tooru berlari menerjang pemilik [The Tower].

Pria itu menyadari kedatangan Tooru, dan menyambutnya dengan sebuah tinju.

Tooru menangkap gerakan itu dan segera menghindarinya sepersekian detik sebelum ia tiba di depan pria itu. Segera saja ia melakukan gerak tipu dengan menundukkan badannya dan melepaskan sebuah tendangan dari bawah.

"!?"

Pria itu terjungkal karena Tooru menyerang kakinya. Segera saja Tooru melanjutkan serangannya dengan melompat dan berniat memberikan pria itu tendangan lurus langsung ke perutnya yang kini dalam keadaan terbuka.

Namun pria itu menangkap kaki Tooru dan membantingnya ke tanah. Kali ini giliran Tooru yang merasakan nyeri.

Pria itu kemudian menaiki tubuh Tooru, menahan gerakan badannya dan mulai memukuli wajahnya.

Menerima dua hingga tiga pukulan, Tooru segera berontak, berusaha membuat pria itu menyingkir dari atas tubuhnya. Namun karena sulit, yang akhirnya terjadi adalah Tooru bergulat dengan hebat melawan pria itu di tanh.

Kedua tangan mereka bertemu, dan terjadilah adu tenaga di antara keduanya.

"Bocah...harus kukatakan, aku menantikan pertarungan seperti ini!"

"Senang kalau kau puas bertemu denganku. Tapi aku sendiri lebih senang kalau kau segera tertidur, paman!"

Tooru berusaha mendesak pria itu, tapi ternyata tenaganya kalah kuat. Merasa akan terdorong, Tooru dengan sengaja segera melemahkan tangannya agar bisa melepaskan diri lebih awal.

Sayangnya, pria itu tahu Tooru berniat melarikan diri dari adu tenaga, dan segera mencengkeram erat tangan Tooru.

Mau tak mau Tooru berbalik dan mengayunkan kakinya, mengenai dagu pria itu dan membebaskan tangan mereka berdua.

Dengan langkah berat pria itu segera bangkit bahkan sebelum terjatuh dan menghempas Tooru ke tanah. Sebuah serangan balik yang taksempat Tooru tahan karena terlalu tiba-tiba datangnya.

Sekali lagi mereka berada dalam posisi di mana Tooru terbaring dan pria itu menaikinya. Namun laih-laih meninju, kini pria itu menrauh kedua tangannya di leher Tooru dan mencekiknya dengan kuat.

"Aku tidak akan meminta maaf. Kita semua ada di permainan dengan risiko yang sama bukan?"

"Hnggggghhh!! Hmffffhh! Rrrrgh!!"

"Berhentilah berontak agar tidak mempersulit kematianmu sendiri! Kau akan---"

Mendadak tangan pria itu terlepas dari leher Tooru. Tooru terbatuk dan bernafas tersengal-sengal, setelah aliran udara dan darahnya tertahan selama dicekik barusan.

"Ohok, ohok! Ukh, menyingkir dariku!"

Tooru menendang pria itu hingga terlempar dari atas tubuhnya, dan terjatuh ke tanah tanpa suara sama sekali.

"....?"

Tooru mengambil posisi duduk di tanah seraya menyeka luka-lukanya, heran mengapa pergerakan pria itu tiba-tiba saja berubah di saat-saat terakhir tadi.

Pertanyaannya segera terjawab ketika ia mendapati sosok Nakamori Ai yang kini berdiri di samping pria itu.

"..kau, baru saja memakai [The Devil] pada pria itu, ya?"

Ai mengangguk pelan. Kelihatannya ia juga masih menahan sakit setelah dihajar oleh pria itu sebelumnya.

"Aku membuatnya melupakan soal Arcanagram, sekaligus melupakan fakta bahwa ia sudah hidup selama ini. Mentalnya sekarang kurang lebih sama dengan anak kecil yang mengalami amnesia tanpa orang tua. Ia tidak akan mengerti kenapa ia di sini, dan tidak akan tahu harus berbuat apa dengan kita."

Tooru berusaha bagkit dan melangkah untuk berdiri di sebelah Ai.

Benar katanya. Pria itu kini bahkan hanya menatap kosong langit dan tak berkata apa-apa, sekalipun ia masih tersadar.

Kemampuan [The Devil] ini ternyata mengerikan juga, pikir Tooru saat itu.

"...jadi, sekarang bagaimana?"

"Bunuh dia."

"Kenapa tidak kau saja yang melakukannya? Kesepakatan kita hanya bahwa aku akan membantumu, jadi bagian akhir tetap bagianmu. Nih."

Tooru menyodorkan pistolnya kepada Ai, namun perempuan bertopi itu menolak.

"Tidak perlu."

"Kau tidak jadi balas dendam?"

"Bukan. Hanya saja, kurasa ada cara yang lebih mudah daripada sesuatu yang mengundang orang lain datang ke tempat ini."

Nakamori Ai terlihat merebut paksa sesuatu dari pria itu, namun dengan mental yang kosong seperti sekarang, pria itu tidak banyak memberikan perlawanan berarti.

Apa yang Ai rebut adalah sebuah kartu. Kartu Arcanagram [The Tower].

Tanpa keraguan Ai menghancurkannya.

Dan pria itupun lenyap seketika.

Part 3

Kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan Nakamori Ai saat ini adalah 'anti-klimatik'.

Seakan mengiringi perasaan tersebut, hujan turun dari langit.

Membasahi Ai yang kini tak yakin lagi dengan apa yang harus ia rasakan.

"Puas?"

Adalah kata pertama yang dikeluarkan Tooru di tengah terpaan air hujan di antara mereka. Ai hanya dapat mentapanya lemah, kemudian menjawab,

"Entahlah. Rasanya justru kini aku jadi merasa kehilangan sesuatu...walau aku tak begitu yakin apa itu."

"Kau kehilangan tujuan."

Ai bergidik sesaat.

"Sejauh yang kulihat, apa yang mendorongmu untuk bekerjasama denganku hanyalah pria itu. Saat dia sudah tidak ada, kelihatannya kau jadi kehilangan arti dalam permainan ini."

Ucapan Tooru tersebut kemudian dilanjutkan dengan sebuah acungan pistol ke arah Ai.

"...."

"Sekarang, baik kau dan aku adalah sama-sama penjahat. Pembunuh. Setelah ini, kau tidak akan keberatan sekalipun aku membunuhmu, kan?"

"..."

Kiyotaka Tooru benar. Kesepakatan kerjasama mereka hanya sebatas hingga Ai berhasil menemukan dan menyingkirkan pemilik [The Tower]. Lelaki di depannya ini memprioritaskan kemenangan dan pencarian [pencipta], sehingga keberadaan Ai kini baginya pasti sudah tidak berarti lagi.

Seperti pion yang usai menunaikan tugasnya.

"...tidak berusaha untuk melawan?"

Tooru melontarkan sebuah pertanyaan dengan tangan yang tetap mengarahkan mulut pistol ke arah Ai.

"Apa yang kudapat bila aku melawan?" tanya Ai datar.

"Tidak ada. Tapi setidaknya, aku tidak berminat mengambil nyawa seseorang yang bahkan tidak berusaha untuk mempertahankan diri."

Tooru pun menurunkan pistolnya dengan wajah yang entah mengapa terlihat kecewa.

"Selamat tinggal."

Kiyotaka Tooru berbalik, dan menghilang di ujung jalan diiringi dengan guyuran hujan yang semakin deras.

Nakamori Ai menatap langit selepas kepergian Tooru.

Setelah ini...apa lagi yang harus ia lakukan?

Part 4

Kini, permainan Arcanagram telah benar-benar memasuki babak kedua.

11 dari 22 pemain telah gugur, menyisakan setengah dari jumlah awal dengan sisa waktu kurang dari dua hari.

Saat ini pula tercatat ada 6 orang pemain dengan kartu ganda, bila catatan ini tidak salah. Dan semua pemilik kartu ganda itu adalah perempuan, sementara 5 orang sisanya adalah laki-laki.

Pemain yang tersisa adalah [The Emperor], [The Lovers], [The Justice], [The Death], [The Devil], [The Star], [The Moon], [The Sun], [The Judgement], [The World].

Dan dirinya sendiri, [The Hermit].

Ya. 'Catatan' tersebut adalah sesuatu yang merupakan hasil mencatat dan mengamati dari seorang Tobari Hideya.

Hideya adalah satu-satunya pemain sepanjang Arcanagram berlangsung ini yang belum pernah sekalipun berkontak langsung dengan pemain lain. Sejak awal permainan dimulai, [The Hermit] miliknya membuatnya bahkan seperti tidak bisa dilihat oleh siapapun yang ia lewati atau dekati. Alhasil, Hideya memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan menjadi pengamat.

Karena tak bisa dilihat itulah, Hideya bisa berada di banyak tempat selama permainan berlangsung tanpa disadari oleh pemain manapun. Di hari pertama, ia melihat beberapa pemain gugur sepanjang hari. Di hari kedua, ia berhasil menempelkan semacam alat pemancar pada semua pemain yang tersisa tanpa satupun pemain sadari.

Kini Tobari Hideya benar-benar dapat memantau posisi dan pergerakan pemain lain hanya dengan berbekal handphone miliknya.

Kalau begini terus, ada kemungkinan ialah yang akan bertahan hingga akhir.

Namun itu, adalah skenario apabila Tobari Hideya adalah [pencipta] Arcanagram.

Hideya mengerti adanya kemungkinan ini. Kalau memang ingatan semua pemain termasuk [pencipta] itu sendiri dihapus tanpa kecuali, bukan tidak mungkin dirinyalah yang merupakan [pencipta], hanya saja ia tidak mengingatnya. Dan kalau memang demikian, maka tidak akan ada pemain yang dapat memenangkan permainan ini selama tidak ada satupun dari mereka yang menyadari eksistensi pemilik [The Hermit], yang sama sekali belum pernah ditemui oleh siapapun selama permainan berlangsung.

Untuk itulah Hideya memutuskan untuk hanya mengamati.

Menurut salah satu peraturan tambahan. akan ada sebuah 'bantuan' berupa pengembalian ingatan bila belum ada yang keluar sebagai pemenang dalam 3x24 jam sejak permainan berlangsung. Saat ini menurut hitungan Hideya, permainan telah memasuki hari ketiga.

Jadi, ada baiknya ia menunggu hari ini berakhir sebelum memutuskan apakah perlu melakukan sesuatu pada pemain lain.

Hideya telah menghabiskan dua hari sebelumnya dengan berpikir segala macam kemungkinan di balik permainan ini dan apa yang dapat ia lakukan di hari terakhir permainan dengan pemain yang tersisa. Sementara pemain lain saling 'bertarung', Hideya sama sekali belum mengalami perubahan berarti bagi dirinya sendiri.

Kalau ini game RPG, HP Hideya masih penuh, dan para pemain lain pasti akan terkejut bila ia baru muncul di saat-saat terakhir. Cocok sekali sebagai seorang last boss.

Tapi dalam hatinya Hideya sendiri tidak berminat memiliki peran seperti itu.

Lagipula, ia lemah.

Dan karena sadar dengan kelemahannya, ia tidak ingin berbuat apa-apa.

Kalau permainan ini adalah 'berburu atau diburu', maka hukum rimba di mana yang kuat memakan yang lemah akan berlaku.

Bagi Tobari Hideya, cara paling mudah untuk menghindarinya adalah dengan berada di luar permainan itu sendiri.

Seperti saat ini.


Sambil memakan roti sebagai sarapannya di balik sebuah gedung, Tobari Hideya berpikir, mengapa tidak ada pemain yang punya pikiran sama dengannya? Atau mungkin pemain seperti itu sebenarnya ada, tapi sudah tersingkir?

Ia tidak tahu.

Untuk saat ini, ia sudah selesai mengamati apa yang dilakukan pemilik [The Devil] dan [The Judgement] di bawah hujan, meski tidak tahu apa yang terjadi di antara mereka karena dirinya tidak bisa mendengar, dan sulit membaca gerak bibir mereka di tengah-tengah pertarungan sebelumnya dan hujan sekarang.

Untuk saat ini, Tobari Hideya akan bergerak ke tempat selanjutnya.

Bila ia tidak salah, maka hari ini akan ada beberapa pemain yang saling bertemu.

Dan setiap kali ada pemain yang saling bertemu, takdir seolah memastikan akan adanya seorang pemain yang gugur.


Intermission Report

Inactive Player : No.X [The Fortune], No.III [The Empress], No.0 [The Fool], No.VIII [The Strength], No.XIV [The Temperance], No.V [The Hierophant], No.I [The Magician], No.II [The Priestess], No.VII [The Chariot], No.XII [The Hangedman], No.XVI [The Tower]

Player Remaining : 11

Arclist11.jpg


Additional Rules #06

> Pemain dapat mengambil kartu pemain yang gugur sebagai miliknya ataupun menghancurkannya. Pemain tidak bisa memiliki kartu pemain lain yang masih aktif dalam permainan.