Arcanagram:Volume00 10th card

From Word Craft
Jump to navigation Jump to search

Part 1

Malam itu penampilan Sengoku Hime tidak tampak seperti biasanya.

Dengan kemampuan [The Lovers] miliknya, ia mampu untuk tetap memikat hati setiap dari mereka yang datang untuk menonton konser keduanya malam ini. Namun tak dapat dipungkiri kalau apa yang terjadi kemarin malam telah sedikit banyak menurunkan performanya.

Sepanjang konser, ia tidak bisa berhenti berpikir.

Tentang pria bernama Sakuraba Jo yang mati seperti monster. Tentang wanita bernama Fuyuno Kagari yang seolah mengorbankan diri untuk melindunginya.

Dan...

...tentang permainan Arcanagram ini.

Hal-hal tersebut tidak membuatnya lantas kehilangan fokus di hadapan ratusan fans-nya, tetapi tetap saja, seandainya perasaan mereka tidak dimanipulasi oleh kemampuan [The Lovers], siapapun pasti bisa melihat ada sesuatu yang membebani gerakan dan keceriaan yang biasanya seorang Sengoku Hime miliki dalam setiap penampilannya.

Hime khawatir.

Bagaimanapun juga, ia dikenal oleh terlalu banyak orang di kota ini.

Bukan tidak mungkin sepulang konser malam ini akan ada pemain lain yang menyergapnya. Kalau itu sampai terjadi, apa yang harus ia lakukan?

Sejujurnya, lebih dari sekedar khawatir, ia takut.

Ia menikmati kemampuan ini. Tapi itu semua hanya sesaat.

Ketika ia dihadapkan dengan kengerian macam apa yang bisa terjadi selama permainan ini berlangsung, Sengoku Hime menjadi frustasi.

Apakah ia masih akan dapat bertahan hingga permainan ini usai?

Hime hanya bisa menaruh harapan.

Sebuah harapan samar, bahwa apapun yang terjadi, ia tidak ingin terluka oleh siapapun.

Ia ingin tetap bisa menjadi dirinya sendiri, tetap menjalani hari tanpa perlu peduli terhadap permainan ini.

Apapun yang terjadi.

Part 2

Mungkin hanya Ohtori Hajime satu-satunya orang di dalam ruangan konser saat itu yang tidak mengerti apa yang bagus dari penampilan seorang Sengoku Hime.

Tidak. Sebagai pemilik [The Emperor], mungkin wajar bagi dirinya untuk menganggap semua orang selain dirinya lebih inferior dan tidak lebih menarik dibanding dirinya sendiri.

Lalu mengapa ia ada di sini?

Jawabannya sederhana.

Tentu saja, karena ia tahu Sengoku Hime ini adalah seorang pemain Arcanagram.

Kedatangannya malam ini semata-mata hanyalah untuk menghancurkan kartu semua pemain selain dirinya yang dapat ia temui.

Dan Sengoku Hime adalah salah satu pemain yang paling mudah untuk ditemui.

Ia tertawa.

Tak memedulikan pandangan heran orang-orang di sekitarnya, Ohtori Hajime terus tertawa.

Ia menertawakan betapa bodohnya pemain lain yang mengira mereka bisa menjalani hari-hari mereka seperti biasa.

Cepat atau lambat, mereka semua akan tersingkir.

Kalau harus ada satu orang yang bertahan di akhir, orang itu haruslah seseorang yang memang layak mendapatkan posisi tersebut.

Seperti dirinya.

Seorang penguasa. Seorang yang berdiri di atas segalanya.

Mengakhiri tawa Hajime, konser Sengoku Hime yang berdurasi cukup panjang malam ini akhirnya selesai.

Saat itulah Hajime bangkit dari tempat duduknya dan segera pergi ke satu tempat.

Tempat di mana ia bisa berhadapan langsung dengan Sengoku Hime.

Setiap orang dalam perjalanannya ke tempat Sengoku Hime yang melarangnya memasuki ruangan khusus staf konser ia buat membunuh diri mereka sendiri.

Ah, mungkin seharusnya sejak awal ia melakukan ini. Membunuh semua orang jauh lebih mudah daripada menunggu lama seperti yang ia lakukan sebelumnya.

Kembali ia tertawa, kali menertawakan waktu yang ia sia-siakan.

Kini pikirannya tertuju pada satu hal.

Sengoku Hime.

Ohtori Hajime tidak peduli pada siapapun yang menghalangi jalannya.

Part 3

Hingga malam tiba Asagiri Sora masih belum begitu menangkap apa yang sebenarnya terjadi pagi tadi.

Salah seorang pemain lain yang bernama Kurota Byakuya menghilang begitu saja di hadapannya.

Kenapa?

Pertanyaan itulah yang sampai detik ini belum Sora temukan jawabannya.

Tapi yang ia tahu, kini ia memegang kartu [The Magician] yang ditinggalkan oleh Byakuya dan dapat memakainya dengan bebas.

Sejak pagi tadi ia benar-benar sudah melakukan banyak hal yang dapat ia pikirkan. Ia sudah mencoba untuk terbang, membekukan air terjun hanya dengan meniupnya, menajamkan penglihatannya hingga mampu melihat dari jauh, dan lain-lain hingga ia tak ingat apa saja yang sudah ia coba. Kesimpulan yang ia dapat, kombinasi [The Magician] untuk melakukan apapun di luar akal dan [The World] untuk menyempurnakan apapun yang ia lakukan benar-benar hebat.

Asagiri Sora benar-benar senang dengan kemampuan kartu [The magician] yang ditinggalkan oleh Kurota Byakuya.

Sejujurnya ia tidak begitu bersedih dengan perginya Byakuya. Toh mereka belum begitu saling mengenal dekat satu sama lain dalam waktu singkat pertemuan mereka pagi ini.

Tapi tetap saja, Sora sendiri mengerti kalau perasaan ganjil itu tetap ada.

Hanya saja ia tidak terlalu memikirkannya.

Apa yang terjadi, ya terjadilah. Yang penting selama ia masih hidup, maka semua akan baik-baik saja.

Malam itu Asagiri Sora tengah berjalan di tengah-tengah keramaian kota di malam hari, saat ia menyaksikan tayangan konser Sengoku Hime yang ditayangkan layar raksasa di sebuah gedung dari jalanan.

Seperti halnya para pemain lain sejauh ini, Sora juga dapat merasakan kalau idola di konser itu adalah salah seorang pemain Arcanagram.

Ia jadi berpikir, bahaya sekali kalau sampai dirimu diketahui publik seperti itu dan kau didatangi oleh pemain lain.

Kira-kira seperti apa keadaan pemain bernama Sengoku Hime itu saat ini?

Sora menjadi penasaran.

Didorong rasa ingin tahu yang sederhana, ia pun pergi menuju ke tempat konser Sengoku Hime.

Ia tahu kalau saat ia sampai konsernya pasti sudah usai, tapi itu tidak masalah.

Ia hanya ingin mengobrol sebentar dan mencari tahu seperti apa orang bernama Sengoku Hime ini, dan siapa tahu ia cukup menyenangkan seperti halnya Byakuya yang ia jumpai tadi pagi.

Part 4

Tsuchikage Yadomaru tak percaya dengan apa yang matanya lihat.

Sejak kemarin, ia telah berulang kali memakai kartu [The Death] miliknya untuk melarikan diri dari kejaran Yuuzawa You, pemilik [The Tower]. Ia tidak tahu apa yang terjadi kemarin, tapi saat ia meninggalkan kafe, kedua wanita pemain Arcanagram dan Yuuzawa You telah hilang dari tempat itu, digantikan oleh polisi yang memeriksa kematian seseorang di depan kafe itu.

Ia tidak tahu siapa yang mati, tapi kemungkinan besar pasti bukan Yuuzawa You. Yadomaru tak bisa memikirkan pria itu mati dalam keadaan hancur seperti itu, kecuali ada kartu pemain lain yang punya kemampuan untuk membalikkan efek kemampuan [The Tower].

Yang jelas, ia lega telah lepas dari kejaran pemain lain.

Lebih dari 24 jam telah berlalu sejak ia dikejar Yuuzawa You, dan Yadomaru merasa cukup beruntung tidak perlu lagi berurusan dengan pemain lain.

Namun kelegaan itu tak berlangsung lama sejak ia tak sengaja mendapati seorang pria dengan aura mengerikan.

Seorang pria yang kelihatannya siap membunuh siapapun.

Yadomaru segera bersembunyi ketika melihat pria itu. Ia memang pengecut, namun insting pengecutnya inilah yang membuatnya dapat segera menyelamatkan diri sebelum sesuatu yang bruk terjadi padanya.

Berbeda dengan Yuuzawa You kemarin. Pria yang ia lihat diam-diam dari persembunyiannya di antara kerumunan orang saat itu adalah tipe orang yang mungkin lebih gila daripada pemilik [The Tower].

Begitu melihat kartu apa yang dimiliki pria itu, Tsuchikage Yadomaru segera mengerti kenapa baginya pria itu sangat mengerikan.

Arcanagram No.IV [The Emperor] : Perintah. Memberikan perintah absolut pada sesuatu / seseorang yang ia tunjuk.

Kemampuan curang macam apa itu?!

Kemampuan seperti itu bahkan lebih mengerikan daripada [The Tower] ataupun [The Death] miliknya!

Tsuchikage Yadomaru segera menjadi waspada.

Apapun yang terjadi, ia tidak boleh sampai terlibat dengan pria ini.

Sambil berpikir demikian, ia pun dengan berhati-hati meninggalkan kerumunan orang tanpa terlihat oleh pemilik [The Emperor] itu.

Saat ia merasa jauh dan aman, ia berpikir untuk pulang ke kamar apartemennya dan mengurung diri saja di sana sampai permainan ini memasuki hari ketiga. Mungkin keluar rumah memang berbahaya kalau kau sendiri tidak ingin ditemukan oleh orang lain dalam permainan ini.

Baru saja ia berpikir demikian, ia malah menemukan pemain lain lagi malam itu.

Kali ini seorang perempuan dengan rambut twintail dan overall jins yang terlihat mencolok sekali.

Arcanagram No.XXI [The World] : Penyempurnaan. Menyempurnakan segala sesuatu yang bersifat 'kurang'. Kartu sekunder : [The Magician].

Tunggu.

'Kartu sekunder'?

Perempuan ini memiliki lebih dari satu kartu?

Tsuchikage Yadomaru semakin terkejut dengan fakta ini. Ia baru sadar kalau dalam peraturan tambahan memang diperbolehkan untuk mengambil dan menggunakan kartu lain dari pemain yang sudah gugur.

Apa itu artinya, perempuan pemilik [The World] ini telah membunuh pemilik [The Magician] dan mengambil kartunya?

Ini gila.

Terlalu banyak orang yang mengerikan di antara pemain Arcanagram ini, pikir Yadomaru saat itu.

Sejak awal ia berniat untuk bersembunyi dan sebisa mungkin tidak bertemu pemain lain...tapi setelah melihat dua pemain lain malam ini, pikirannya sedikit berubah.

Kalau ia terus lari sementara ada pemain lain yang mendapatkan semua kartu pemain yang gugur, bagaimana ia bisa bertahan di akhir nantinya?

Ia pasti akan kalah.

Ia tidak akan bisa bertahan hanya dengan [The Death].

Karena itulah, entah mengapa Yadomaru memutuskan untuk mengambil kartu pemilik [The World].

Dari segi penampilan ataupun kemampuan, ia tidak terlihat begitu berbahaya seperti pemilik [The Emperor]. Selama taktiknya pas, Yadomaru merasa mungkin ia bisa berhasil mengalahkan pemain yang satu itu.

Maka sampailah ia di sini sekarang.

Pintu depan gedung tempat konser Sengoku Hime diadakan.

Part 5

Setelah melalui interogasi panjang dan melelahkan sebagai saksi atas kematian ganjil dari Sakuraba Jo, pihak kepolisian akhirnya melepaskan Fuyuno Kagari.

Mereka tidak menemukan bukti apapun yang mendukung bahwa Kagari adalah penyebab kematian Sakuraba Jo, dan mereka telah menahan Kagari terlalu lama.

Kagari bahkan tidak sadar kalau hari sudah mulai malam ketika ia meninggalkan kantor polisi. Kelihatannya ia benar-benar terlalu lama berada di dalam kantor polisi.

Ia lelah. Tetapi mengingat apa yang terjadi semalam, pikirannya segera terfokus kembali pada Sengoku Hime.

Seingatnya, Hime mengadakan konser tiga hari berturut-turut di berbagai tempat di kota setiap malam, dan Kagari sudah membeli tiket untuk malam ini.

Selain untuk mengecek keadaan Hime, ia rasa ia memang perlu hiburan setelah penat berada di kantor polisi selama itu.

Alangkah terkejutnya ia ketika melihat waktu telah menunjukkan kalau konser Hime akan selesai sebentar lagi.

Ia pun bergegas.

Setelah menaiki taksi, akhirnya ia sampai di tempat konser Hime diadakan, sekalipun ia yakin konsernya sendiri sudah usai.

Tapi bagaimanapun juga, ia merasa harus bertemu Hime malam ini.

Bahkan kalau memungkinkan, ia ingin menawarkan diri untuk terus bersama Hime dan menjaganya kalau-kalau ada pemain lain seperti pemilik [The Temperance] kemarin yang datang dan mencoba menyerang Hime.

Ketika Fuyuno Kagari hendak memasuki gedung tersebut, matanya segera mengankap sesosok pria mencurigakan yang juga datang telat sepertinya.

Ia tahu pria itu mencurigakan, karena di saat penonton lain berhamburan keluar, hanya dirinya dan pria itulah yang malah berjalan masuk ke arah tempat konser.

Dan ketika Kagari mengarahkan kartunya untuk melihat pria itu, semakin lengkaplah kecurgaannya.

Arcanagram No. XIII [The Death] : Kematian. Mematikan apapun pada satu mahluk hidup selain nyawa dari seseorang untuk jangka waktu tertentu.

Seseorang dengan kemampuan seperti itu tidak mungkin tidak berniat melakukan sesuatu yang buruk pada Hime-nya yang tercinta!

Dengan nafas memburu, Kagari segera berlari.

Ia tidak akan membiarkan siapapun selain dirinya mendekati Hime kali ini!

Part 6

"Berhenti di situ, pemilik [The Death]!"

Tsuchikage Yadomaru terkejut saat merasa dirinya dipanggil. Dengan ragu ia menoleh....dan mendapati sesosok perempuan dengan rambut berantakan dan postur tubuh mungil tengah berdiri di belakangnya.

"Pemain Arcanagram lagi? Ya ampun....setelah seharian menghindari mereka, kini aku bertemu tiga sekaligus seperti kemarin? Dasar takdir sialan!"

"...aku tidak mengerti apa yang kau katakan, tapi kuperingatkan saja : Menjauhlah dari Sengoku Hime-sama! Tidak akan kubiarkan kau melakukan hal yang sama dengan pemilik [The Temperance] kemarin!"

"Hah?"

Perlu tiga detik bagi Yadomaru untuk menyadari kalau Fuyuno Kagari salah sangka.

"Ah, ahaha. Dengar, nona. Aku sama sekali tidak sedang mengincar Sengoku Hime - aku bahkan tidak tahu kalau dia seorang pemain Arcanagram. Bagaimana kalau kita luruskan kesalahphaman ini? Percayalah, aku bukan orang yang ingin mencari masalah."

"Orang yang bisa sebegitu mudahnya bicara soal kepercayaan adalah orang yang paling tidak bisa dipercaya."

"..."

Yadomaru merasa telah mengatakan apa yang perlu ia katakan, tapi perempuan itu kelihatannya keras kepala. Seperti Yuuzawa You, Yadomaru paling tidak suka kalau harus berurusan dengan orang-orang seperti ini karena apapun yang ia coba lakukan dan katakan pasti percuma.

Apa boleh buat, ia harus menarik diri sekarang.

Eh, tunggu dulu. Kalau perempuan ini juga pemain Arcanagram, bukankah dia target yang lebih mudah diincar daripada pemilik [The World] barusan?

Yadomaru tidak tahu apa kartunya, tapi kalau ia mengeluarkan kartunya sekarang untuk melihat kartu perempuan itu, ia pasti kalah cepat dalam bergerak. Sebaiknya ia langsung gunakan kartunya dan merebut kartu milik perempuan itu.

Segera saja Yadomaru mematikan 'kaki' Kagari, membuatnya terjatuh seketika dan tak mampu berdiri.

"?!"

Kagari tampak terkejut dengan apa yang terjadi, sementara Yadomaru tahu betul kalau efek kemampuannya hanya bersifat sementara. Secepat mungkin ia harus merebut kartu perempuan itu dari tangannya.

"Dapat!"

Kartu [The Hangedman] kini berpindah ke tangan Yadomaru. Puas, ia segera beranjak dari tempat itu dan berniat melarikan diri.

"!?"

Namun ia lengah. Ia sama sekali tidak tahu kalau ternyata sebuah kemampuan Arcanagram masih dapat digunakan sekalipun kartunya terpisah dari pemilknya.

Yadomaru jatuh tersungkur. Ia merasa kakinya mati dan tak dapat digerakkan sama sekali.

"Guh...ini...kemampuanmu?"

Dengan susah payah Yadomaru membalikkan badannya ke belakang, dan ia lihat perempuan mungil itu sudah berdiri kembali.

"Selama aku masih bisa melihatmu, aku bisa mengarahkan kerusakan apapun yang kau berikan padaku ke orang lain, termasuk dirimu sendiri. Sudah kuduga, kau memang orang jahat!"

Kagari melangkah ke arah Yadomaru yang masih terduduk di lantai.

Bukan berarti Yadomaru akan diam saja. Ia segera menggunakan kembali [The Death] miliknya untuk mematikan 'penglihatan' Kagari.

"Eh? Ah? A-apa ini!?"

Kagari tidak bisa melihat apapun, sementara Yadomaru telah lepas dari senjata makan tuannya dan segera berlari menuju pintu masuk ruangan konser.

Ia tidak tahu bagaimana ia akan menyingkirkan pemain yang satu ini, tapi setidaknya ia sudah memegang kartunya. Kalau ada apa-apa, ia bisa menghancurkannya dan masalah selesai.

Saat pandangan Kagari kembali, ia segera mengejar Yadomaru sekuat tenaga. Nyawanya kini berada di tangan lelaki itu, dan ia dalam bahaya kalau lelaki itu sampai menghancurkannya sebelum ia memastikan Hime aman.

"Jangan lari! Kembalikan kartuku! Pengecut!"

"...."

Yadomaru kelihatannya harus mengakui kalau dirinya sendiri dan orang lain memang menganggapnya sebagai seorang pengecut.

Tapi apa pedulinya?

Akhirnya ia sampai di tempat konser yang kini sudah sepi dari pengunjung. Ia melihat ke arah sekitar, dan menemukan sosok pemilik [The World] hendak meninggalkan ruangan itu.

Yadomaru mencoba memakai [The Death] miliknya pada perempuan itu, tapi ia keburu menghilang dari pandangannya. Kelihatannya ia menemukan hal baru malam ini; bahwa kemampuan Arcanagram bisa dipakai sekalipun tidak memegang kartu, dan tidak berefek pada sesuatu yang tidak ada di depan mata.

"Kaaaaaaau!"

Teriakan nyaring dari belakangnya menyadarkan Yadomaru kalau Fuyuno Kagari masih mengejarnya.

Sesaat ia jadi berpikir, haruskah ia menghancurkan kartu [The Hangedman] di tangannya ini?

Tidak. Kemampuan kartu ini terlalu berguna bila ia ingin bertahan hidup dan terlalu sayang untuk dihancurkan begitu saja.

Terpaksa ia melarikan diri dari kejaran Kagari, sekaligus berusaha untuk menyusul pemilik [The World] barusan.

Malam ini, Tsuchikage Yadomaru memutuskan untuk mendapatkan sebanyak mungkin kartu yang ia bisa!

Part 7

Sengoku Hime sedang berada dalam situasi paling berbahaya dalam hidupnya saat ini.

Ya, bahkan lebih berbahaya dari apa yang terjadi padanya kemarin malam.

Kini di hadapannya di koridor ruangan khusus staf, terbaring puluhan mayat yang ia tak mengerti bagaimana mereka bisa sampai mati.

Semuanya mati, kecuali satu orang.

Satu orang pria dengan tatapan angkuh yang kini berdiri menghalangi jalannya.

Seorang pemain Arcanagram.

"Monster!" teriak Hime spontan. "Brengsek! Tidak puas ya kalau belum menghancurkan hidup dan karirku, hah?! Kenapa kalian malah berdatangan lagi saat aku tidak mengharapkannya? Aku muak dengan keberadaan kalian semua!"

Kalimat-kalimat tersebut bukanlah kalimat yang wajar keluar dari mulut seseorang yang sebenarnya tengah ketakutan, tapi entah mengapa itulah yang keluar dari mulut seorang Sengoku Hime.

Pria di depannya tertawa dengan suara yang menggema ke seisi koridor yang dipenuhi tubuh tak bernyawa.

"Ahahahahaha!! Hebat...tak kusangka ada orang seberani dirimu yang bisa bicara seperti itu di hadapan seorang penguasa. Entah apakah kau harus kusebut berani atau bodoh."

"Berhentilah bicara dan biarkan aku pergi dari sini!"

"Tidak, kau yang diam."

"?!"

Mendadak Hime kehilangan kemampuannya untuk bicara.

"Aah, membosankan," ujar pria di depannya. "Sudah kukira, kemampuanku terlalu luar biasa. Kelihatannya tidak akan ada pemain lain yang bisa mengimbangi diriku, hm? Ini berarti permainan ini nyaris pasti dimenangkan olehku..."

Hime tak mengerti apa yang terjadi, tapi ia segera berbalik dan berlari.

"Oh, jangan terburu-buru begitu. Berbaliklah ke arahku."

Lagi-lagi tubuh Hime seakan dikendalikan oleh sesuatu. Ia berbalik dan kembali menghadap ke arah pria itu.

"Buka bajumu."

"Kau! Apa-apaan----mesum biadab!"

Apapun kata-kata kotor yang keluar dari mulut Sengoku Hime, tangannya tidak menuruti keinginannya untuk melucuti pakaiannya sendiri.

Hime merasa sangat dihinakan oleh pria di depannya, yang kini masih saja menertawakan ketidakberdayaannya.

"Hmph. Bagaimana rasanya saat kau tidak bisa berbuat apa-apa seperti ini, hah? Seperti inikah tubuh seseorang yang hanya mengandalkan penampilan untuk memikat orang lain? Sungguh mengecewakan. Kau sama sekali tidak terlihat istimewa di mataku."

Pria itu mengulurkan tangannya ke arah tubuh Hime. Hime berusaha berontak, tetapi ia tidak bisa melakukan apa-apa.

Ia menutup mata dan pasrah, tak tahu lagi nasib seperti apa yang menantinya.

Di saat itulah, seseorang berteriak dari kejauhan.

"Yak, berhenti sampai di situ!"

Baik Ohtori Hajime maupun Sengoku Hime segera mengalihkan pandangan mereka ke arah sumber suara yang berteriak lantang tersebut.

Seorang perempuan dengan rambut twintail dan overall jins.

Seorang pemain Arcanagram lain - Asagiri Sora - tiba di tempat tersebut.

"Hoo," Hajime tampak tertarik dengan perempuan ini. "Pemegang kartu ganda, eh? Dan lagi, kartumu itu...[The World]. tampaknya sempurna sekali untuk seorang penguasa sepertiku. Berikan kartumu!"

"!?"

Tanpa Asagiri Sora mengerti, badannya bergerak sendiri menuju ke arah pemilik [The Emperor] sambil menyodorkan kedua kartu yang ia pegang.

"Apa ini...kau bisa mengendalikan orang lain?"

Belum sempat pertanyaan Sora terjawab, dari belakangnya terdengar derap langkah kaki seseorang.

"Ooooooo!"

Dan derap langkah kaki itu ternyata bukan milik seseorang, melainkan dua orang.

"Hah...ooh, aku menemukan pemilik [The World]... Geh?! Kenapa pemilik [The Emperor] ada di sini? Dan...kenapa Sengoku Hime tanpa busana (sial, aku tidak membawa kamera!)?"

"Berhenti lari! Pria pengecut, tidak akan kubiarkan--- Aaaaaaah!? Hime-sama, siapa yang melakukan ini padamu!?"

"...(badanku...kenapa masih tidak mau berhenti?)"

"Fuh...fuhahahaha! Empat orang, huh? Setelah selama ini tidak bertemu pemain lain selain saat permainan dimulai, kelihatannya dewi fortuna ingin menebus kesalahannya dengan memberiku satu kesempatan besar!"

"...(aku bisa bergerak?)"

.

Lima orang pemain Arcanagram, kini berkumpul di satu tempat.

Part 8

Yang pertama bergerak dalam situasi kacau itu adalah Sengoku Hime.

Ia segera menyadari kalau pria pemilik [The Emperor] ini hanya bisa memberikan satu perintah pada satu waktu, dan satu orang pada satu waktu. Singkatnya, karena saat ini ia tengah memberi perintah pada pemilik [The World], sekarang kondisinya menjadi bebas.

Di ujung koridor Hime dapat melihat seorang pria yang tidak ia ketahui dan wanita yang menolongnya kemarin. Di ujung koridor di belakangnya adalah jalan buntu, jadi ia harus melalui empat orang ini kalau mau pergi dari tempat ini.

Sekarang bagaimana?

Ia yakin kedua perempuan di antara empat orang itu ada di pihaknya - setidaknya pemilik [The World] terlihat bermaksud menolongnya tadi, dan pemilik [The Hangedman] pasti akan melakukan papaun untuk melindunginya. Kalau bisa mengorbankan mereka berdua untuk mengatasi dua orang pria di koridor ini, Hime akan selamat.

Ya.

Ia tidak peduli apapun yang terjadi. Ia hanya ingin menyelamatkan dirinya sendiri.

Ia takut, tapi juga tidak ingin diam di sini.

Dengan segera ia meraih pakaiannya di satu tangan dan sebuah mop yang ada di salah satu dinding di dekatnya, dan menusukkan ujung mop tersebut ke punggung sang pria pemilik [The Emperor] sekuat tenaga.

"---!? Perempuan...keparat!"

Bersamaan dengan jatuhnya pria itu, Hime segera berlari melewatinya, juga melewati pemilik [The World] yang kini berhenti bergerak sendiri.

"Oh? Aku bisa bergerak lagi? Trims, ya."

Hime tidak memedulikan perkataan pemilik [The World] saat ia melintasinya. Di depannya masih ada seorang pria yang tidak ia ketahui kartunya dan pemilik [The Hangedman].

"Kau! Bantu aku!"

"Baik, Hime-sama!"

"Eh? Eh?"

Pria itu tampak kebingungan karena dua orang perempuan berlari ke arahnya di saat yang sama. Tidak yakin ia harus menghindar ke mana, ia berlari ke arah pemilik [The Hangedman].

"...bagus. Tahan dia!"

Pemilik [The Hangedman] seolah tidak peduli dengan perbedaan fisik mereka dan melempar tubuhnya sekuat tenaga untuk menghentikan pria itu, yang kemudian terjatuh ke lantai karena serbuan mendadak darinya.

"Hime-sama, larilah!"

Memang itu yang Hime inginkan. Begitu keluar dari gedung ini, Hime akan selamat!

Sambil berlari ia memakaikan overcoat miliknya untuk menutupi tubuhnya, walaupun tidak sempat memakai apa-apa lagi di dalamnya karena mustahil berpakaian sambil berlari.

Di belakangnya, wanita mungil dan pria itu terlihat bergulat di lantai memperebutkan kartu, pemilik [The World] tampak tak yakin apa yang harus ia lakukan, sementara pemilik [The Emperor] kelihatannya sudah mulai bangkit kembali.

Sekuat tenaga Hime berlari, berusaha tidak lagi memedulikan apa yang terjadi di belakang sana.

Part 9

"Dapat!" ujar Kagari saat berhasil mengambil sebuah kartu dari Yadomaru.

"Menyingkir dariku, pendek!"

"Kyaah!'

Fuyuno Kagari dan Tsuchikage Yadomaru akhirnya terpisah satu sama lain.

Segera saja keduanya bangkit, namun Kagari bergerak lebih dulu...dengan segera berlari menyusul Sengoku Hime, meninggalkan koridor ini.

Sekarang yang tersisa hanya tiga orang.

Ohtori Hajime telah bangkit sepenuhnya dalam keadaan murka. Punggungnya mengucurkan darah karena Sengoku Hime benar-benar menusuknya dengan ujung mop yang telah dilepas paksa dari pelnya dan menyisakan paku di ujung tongkat tersebut.

"BERHENTI DI SINI, KEPARAT!"

"!!"

Suara Hajime menggetarkan seisi koridor itu hingga Yadomaru terdiam tanpa bisa bergerak.

"Tunggu, kenapa hanya aku!?"

Asagiri Sora terlihat baik-baik saja dan tidak terpengaruh kemampuan [The Emperor] milik Ohtori Hajime.

Apakah ini karena kemampuan tersebut hanya berlaku pada satu orang?

Tidak. Kalau melihat posisi, saat ini Sora berada lebih dekat dari Hajime daripada Yadomaru, dan pemilik [The Emperor] itu pasti memberikan perintah pada orang terdekat yang ia lihat lebih dulu.

Lalu kenapa Sora baik-baik saja?

Itu karena Sora baru saja memakai kartu [The Magician] untuk 'melawan kemampuan pemain Arcanagram lain', suatu hal yang 'tidak masuk akal' dalam keadaan normal. Dan dengan [The World], kini dirinya telah menjadi kebal terhadap apapun.

Hanya saja, ia sendiri tak yakin apa yang harus ia lakukan sekarang.

Sejak awal kedatangannya ke sini hanya untuk berbicara dengan Sengoku Hime, tapi orang yang bersangkutan malah sudah pergi. Ia juga tidak tertarik kalau harus 'bertarung' dengan pemilik [The Emperor] atau [The Death] yang kini ada di kedua sisinya. Haruskah ia lari saja?

Ya, sebaiknya ia lari saja. Toh seperti yang tadi pagi ia bicarakan dengan Kurota Byakuya, ia tidak ingin terlibat lebih jauh dalam permainan ini.

Maka Asagiri Sora berlari ke arah ujung koridor di mana Yadomaru masih berdiri mematung.

"Oi, oi, kalian semua akan meninggalkanku begitu saja di sini? Dengan pria semenyeramkan itu!?"

"Hentikan dia!"

"!?"

Rupanya kini Hajime justru mengontrol Yadomaru. Tanpa bisa ia kendalikan, tubuh Yadomaru bergerak sendiri menghalangi jalannya Sora menuju pintu keluar.

"Uh...maaf, aku juga tidak mengerti apa yang terjadi di sini, jadi--"

Omongan Yadomaru terpotong saat Sora mendadak meraih kerah bajunya dan menyeretnya begitu saja.

"Ng, terima kasih?"

"Pria itu kelihatan akan membunuh siapapun yang ia lihat. Sebisa mungkin aku tidak ingin melihat seseorang menghilang lagi di depanku. Itu saja."

"Berhenti, sialan! Keparat kalian semua....rrrgh!"

Ohtori Hajime tak mampu lagi menahan luka di punggungnya, dan kini ia pun tertatih-tatih berusaha keluar menyusul semua yang telah meninggalkan tempat ini.

Saat hendak meninggalkan koridor itulah, ia melihat sesuatu di lantai.

Sebuah kartu Arcanagram. Entah milik siapa.

Tanpa pikir panjang Hajime segera mengambilnya, dan meluapkan kekesalannya dengan menghancurkan kartu itu.

"Aku---pasti---akan menghancurkan kalian semua!"

Part 10

Di luar gedung konser, Sora akhirnya melempar Yadomaru setelah menyeretnya sambil berlari sejak tadi.

"Kh, uhuk, uhuk! Kasar sekali kau ini."

"Masih lebih baik daripada aku tidak menolongmu sama sekali, kan? Kalau begitu, kita berpisah di sini. Selamat tinggal."

Baru saja Sora berbalik, ia segera berputar lagi dan menahan gerakan Yadomaru yang tampak hendak menyerangnya.

"..? Kenapa lagi kau ini?"

"Ah...mungkin ini efek dari kemampuan [The Emperor] tadi (bohong)! Aku belum lepas seutuhnya!"

Tidak, semua itu bohong.

Entah sejak kapan dan bagaimana, efek [The Emperor] tidak lagi bekerja. Yadomaru hanya tidak melupakan tujuan awalnya untuk mendapatkan kartu perempuan ini. Tadinya ia bermaksud menyerangnya diam-diam, tapi kelihatannya perempuan ini sama menyulitkannya dengan pemilik [The Emperor] barusan.

"....kasihan juga, ya, kalau kau menghabiskan sisa hidupmu dengan harus mengejarku."

"Ah, ahahaha."

"Dan aku juga tidak mau dikejar. Jadi, selamat tinggal!"

Asagiri Sora melompat tinggi dan menghilang di balik langit malam.

"...."

Yadomaru menghela nafas dalam-dalam. Ia gagal mendapatkan apa yang ia inginkan. Yah, setidaknya ia masih selamat malam ini. Ia pasti punya kemampuan bertahan hidup selevel kecoa untuk bisa tetap hidup sekalipun sejak kemarin bertemu dengan banyak pemain sekaligus dalam satu waktu.

Memikirkan hal tersebut, Yadomaru kemudian menyadari satu hal yang penting.

"Hm?"

Keringat dingin mengucur di dahinya.

"Hmm? Hmm? Hmmmmmm??!!"

Kartunya tidak ada.

...pasti terjatuh saat pemilik [The World] menyeretnya kabur barusan.

"Bagaimana ini..."

Masihkah ia punya nyali untuk kembali ke dalam gedung itu?

Part 11

"Hime-sama...hah, hah...akhirnya aku dapat menyusulmu..."

"Kau..."

"Namaku Fuyuno Kagari...entah apa aku sudah memperkenalkan diri kemarin malam atau belum. Hime-sama, maaf kalau tiba-tiba, tetapi izinkan aku untuk melindungimu!"

"Melindungiku? Kau, serius!"

"Sangat. Setelah dua malam ini, kurasa akan sangat berbahaya bagi Hime-sama bila tidak dikawal olehku. Aku yakin ini tidak berakhir malam ini. Pasti orang-orang seperti mereka akan datang kembali di lain hari. Jadi tolong biarkan aku---"

Ucapan Kagari terpotong saat mendadak tubuhnya menghilang seperti debu.

Menghilang begitu saja, tanpa sempat ia mengerti ataupun Hime mengerti.

"....eh?"

Yang tersisa dari Kagari hanyalah sebuah kartu Arcanagram yang terjatuh di tanah.

Sengoku Hime benar-benar tak tahu apa yang baru saja terjadi, namun kemudian memungut kartu tersebut.

"I, ini...?"

Kartu tersebut bukanlah kartu [The Hangedman] yang seharusnya dimiliki oleh Fuyuno Kagari.

Kartu tersebut adalah kartu [The Death]. Kartu yang belum dilihat Hime sama sekali malam ini.

Milik siapa kartu ini?

Tidak tahu apa yang harus ia lakukan, Hime pun menyimpan kartu tersebut dan bergegas kembali ke tempat tinggalnya.

Ia tidak tahu apa-apa, tetapi satu yang pasti.

Ia tidak mau terlibat lagi dengan permainan ini. Dan ia tidak peduli dengan apapun yang telah terjadi.

Baik kemarin, ataupun malam ini.



Intermission Report

Inactive Player : No.X [The Fortune], No.III [The Empress], No.0 [The Fool], No.VIII [The Strength], No.XIV [The Temperance], No.V [The Hierophant], No.I [The Magician], No.II [The Priestess], No.VII [The Chariot], No.XII [The Hangedman]

Player Remaining : 12

Arclist10.jpg